Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 19 September 2011

Love Diary (Chapter 25)



KIM SO EUN

Aku tengah mengepas baju pengantin. Pesanannya sudah jadi dan dikirim dari Seoul, karena Kim Bum mau yang made in Korea.

Rumah kami di San Francisco adalah rumah yang tidak besar, sederhana namun asri, bercat putih. Kim Bum telah mengurus semuanya untuk mendesain interior dan eksterior. Dan aku senang-senang saja. Sesaat aku sering menatap Kim Bum, betapa dia baik, bertanggung jawab, mencintaiku.

Aku sudah banyak berubah, tak lagi kekanakan, lebih dewasa dalam memilih segala hal, dari segi memilih mode pakaian, berdandan, hobi sampai cara berpikir. Begitu juga Kim Bum, dia sudah dewasa, tubuh atletisnya selalu siaga menjagaku, tempatku berlindung.

Dia tulus menyayangiku, dan sekarang aku baru sadar aku bisa membalas cintanya, betapa Kim Bum yang terbaik untukku. Dan aku akan bahagia dengannya.

Lalu aku berputar-putar di depan kaca, aku melihat wajah dalam cermin, wajahku sendiri, dengan gaun pengantin. Selama lima menit aku mematut diri di depan cermin, tersenyum sendiri. Gaun putih yang cantik, yang akan membuatku menjadi ratu sehari.

“Kau cantik sekali, Kim So Eun!”

Sebuah suara dari balik pintu mengejutkanku, kurasa itu Ayah. Lalu aku berbalik arah dari cermin menuju pintu.

Dan jantungku mau copot, ya Tuhan! Itu kan Song Seung Hun! Mau apa dia?

Tiba-tiba aku kehilangan kata, aku merasa dunia ini berputar. Lalu Song Seung Hun menghampiriku. Benar-benar aku tak bisa berkata apa-apa.

Aku menunduk, “Dari mana kau tahu aku akan menikah?” tanyaku.

“Kim Hyun Joong.”

Kim Hyun Joong? Selama ini kakakku itu tak pernah bilang apa-apa.

Song Seung Hun? Kau tak banyak berubah, dan senyum itu, tubuh itu, yang telah lama dari masa lalu. Aku masih hafal wangimu, suaramu, tanganmu. Aku seperti merinding. Aku tiba-tiba terbawa emosi masa lalu.

Ya Tuhan, apakah ini godaan?

“Bagaimana kabarmu?” tanyaku.

“Baik.”

“Lalu Song Hye Gyo?” tanyaku sedikit pahit. Sangat getir, juga memilukan, mengingat apa yang pernah terjadi.

“Aku tak bersama dia, Kim So Eun, dan sekarang dia dipenjara?”

Di penjara? Kenapa? Apa kesalahan yang telah diperbuat? Mungkin aku pun membenci Song Hye Gyo, tapi kalau dia dipenjara, maka aku turut prihatin.

Song Hye Gyo merencanakan pembunuhan untuk suami dan anaknya dalam kecelakaan sebuah mobil, hanya karena ingin bersama cinta pertamanya, Cintanya pada Song Seung Hun. Hanya karena cinta haruskah dia mengakhiri nyawa suami dan anaknya?? Sebegitu hebatnya kah cinta???

“Ceritanya panjang, dan tidak perlu kujelaskan panjang lebar,” jelas Song Seung Hun.

“Lalu kau sekarang dengan siapa?” tanyaku sangat ingin tahu, sekadar memastikan atau memang ingin tahu.

“Ah, Kim So Eun, sudahlah. Oh, ya aku kemari tidak sendirian, tapi dengan satu rombongan besar.”

Rombongan?

“Kim Tae Hee, Kim Yoo Jung, Wang Suk Hyun, Yoon Eun Hye, Park Shin Hye, Jung Yong Hwa, Im Yoona, Baek Suzy, Jung So Min….”

“Ya ampun! Senang sekali,” aku senang. Bagaimana kabarnya Kim Tae Hee? Kim Yoo Jung, Wang Suk Hyun dan lainnya, betapa aku rindu, ingin bertemu, ingin bercanda bersama mereka lagi.

Lalu Song Seung Hun memberiku secarik kertas. “Selama di San Francisco aku tinggal di alamat ini, Kim Tae Hee sangat merindukanmu.”

Aku tersenyum.

“Baiklah, Kim So Eun, semoga hidupmu bahagia,” Song Seung Hun menyalamiku, memberi selamat.

Tapi, aku tidak menyambutnya, aku menghambur ke arahnya, aku memeluknya, lalu dia pun memelukku erat. Aku merindukanmu, Song Seung Hun. Lalu dia mengelus rambutku dan pipiku.

“Kim Bum akan membahagiakanmu, Kim So Eun. Dia mencintaimu, kau harus yakini itu.”

Lalu aku pun menangis tiba-tiba, menangis di pelukan Song Seung Hun, seperti tangis yang tertahan bertahun-tahun. Tangis dari puncak beban. Dari segalanya. Membasahi pipiku, membasahi dada Song Seung Hun, dan baju pengatinku.

Song Seung Hun melepaskanku. “Sudahlah, Kim So Eun, jangan seperti ini, dua hari lagi kau akan menikah, dan kau tak boleh seperti ini ya!” ucapnya lembut. Suara yang kurindukan, yang menenangkanku, dan mungkin hanya dia yang tahu caranya.

Aku mengangguk.

Lalu Song Seung Hun meninggalkanku, dan pamit.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...