Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Jumat, 23 September 2011
Kabut Cinta (Chapter 1)
Mengapa aku ada di sini? Aku menggeleng. Bukan pertanyaan itu yang harus dilantunkan batinku. Mengapa pertanyaan itu baru hadir di benakku? Itu yang harus kupikir sekarang! Harusnya, sebelum aku meninggalkan Incheon, menuju Gwangju, aku berpikir seratus kali. Tentang jauhnya perjalanan Incheon-Gwangju, terlebih tentang Kim Bum yang akan kutemui di kota ini.
Ajakan Kim Bum untuk datang ke kotanya, membuatku gelap mata. Membutakan mata hatiku. Hingga yang ada di benakku, hanyalah bagaimana bahagianya bisa melihat kembali senyum manis Kim Bum, tutur tenang Kim Bum, dan semua yang ada pada Kim Bum, yang tak pernah membuatku bisa berkata, “tidak!”. Meski akhirnya kupaksa untuk menggeleng, saat memintaku berpikir dua kali, saat aku berkeputusan untuk putus saja.
Aku menggeleng. Menyesali kebodohanku. Merutuki kemalanganku. Ya, betapa bodohnya aku. Mengiyakan begitu saja, saat Kim Bum mengajakku ke Gwangju, via SMS pula. Cerita malang akan kukecap lagi. Sudah hampir lima jam kedatanganku, Kim Bum belum juga muncul. Bahkan, untuk sampai di Hotel Shinhwa, Gwangju pun, aku mencari alamat sendiri. Padahal jika Kim Bum tak punya niat buruk untukku, harusnya dia menjemputku di Stasiun Gyeryongsan. Lebih menyebalkan lagi, ponsel Kim Bum tidak diaktifkan.
Gelap telah turun, meski memang aku tak tahu dari mana arah datangnya matahari. Sejak kedatanganku tadi pagi, Gwangju diselimuti kabut. Pekat! Hanya saat tengah hari tadi, Gunung Seoraksan yang berdiri angkuh, tak jauh dari Hotel Shinhwa, menampakkan wajahnya yang kurang bersahabat.
Kurapatkan jaket dengan melipat tangan di atas dada. Aku masih berharap, kabut Gwangju yang semakin menebal, menampakkan wajah Kim Bum. Tapi tetap saja tidak! Percuma menghitung detik, sia-sia membangun asa. Semakin jelas, Kim Bum tengah bersorak kegirangan karena telah berhasil menggiringku ke kotanya, lalu ditelantarkan.
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar