Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Jumat, 23 September 2011
Sebuah Rahasia (Chapter 4)
“Kau tidak salah alamat, kan, Kim So Eun? Betul kan ini nomor 33? Ya ampun.... Ini bukan rumah namanya, tapi istana,” komentar Jung Yong Hwa sambil membuka helmnya.
Aku turun dari boncengan Jung Yong Hwa. “Iya, ini nomor 33.... Tapi, apa benar ini rumah Park Shin Hye?”
Jung Yong Hwa mengangkat bahu. “Coba ketuk saja dulu.”
Aku mendatangi gerbang depan rumah bergaya Victorian itu. Memang benar kata Jung Yong Hwa, rumah ini besar sekali!
Aku mencoba mengetuk-ngetuk gembok besar di gerbang ketika tiba-tiba seorang petugas keamanan datang tergesa-gesa sambil memarahiku.
“Hei, anak muda! Jangan diketuk-ketuk seperti itu! Itu kan ada bel!” katanya terengah-engah.
Aku melihat ke arah yang ditunjuknya. Bodoh! Masa, tidak terpikir olehku bahwa rumah sebesar ini tak mungkin tidak punya bel!
“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau belnya ada di situ.”
“Memangnya kalian berduan ini mau mencari siapa?” tanya petugas keamanan tadi sambil melihat ke arahku dan Jung Yong Hwa dengan pandangan curiga.
“Park Shin Hye.”
“Apaaa? Siapa? Maksud kalian Tn. Muda Kim Bum kan? Oh, saya tahu... kalian ini teman sekolahnya, kan? Ya sudah, sebentar saya panggilkan dulu. Kalian masuk saja,” kata Petugas Keamanan tadi sambil membukakan pintu gerbang untuk kami.
Ternyata, bagian dalam rumah Park Shin Hye lebih mewah daripada yang tampak di luarnya. Seorang pelayan dangan pakaian seragam khusus berwarna biru muda mengantarkan kami masuk dan mempersilakan duduk di sebuah ruang tamu dengan kursi-kursi besar yang dikelilingi hiasan-hiasan kristal di atas meja-meja marmer.
“Mau minum apa?” tanya pelayan itu. “Jus buah, cappuccino, atau soft drink?”
“Hah! Harganya berapa? Seperti di restoran saja,” kata Jung Yong Hwa panik, takut disuruh membayar.
Aku menepuk tangan Jung Yong Hwa.
“Air putih saja. Terima kasih....” kataku pada si pelayan yang mengangguk dan langsung pergi menuju dapur.
“Jung Yong Hwa.... Aku benar-benar tidak menyangka, rumah Park Shin Hye besar sekali!” bisikku pada Jung Yong Hwa, takut ada yang mendengar pembicaraan kami.
“Iya,” jawab Jung Yong Hwa singkat sambil sibuk memperhatikan sebuah gambar besar yang dipajang di dinding seberang kami. Sebuah foto keluarga. Ada seorang ayah, ibu, dan seorang anak laki-laki, juga seorang anak perempuan.
“Itu Park Shin Hye, bukan?” tanya Jung Yong Hwa sambil menunjuk ke arah foto anak perempuan tadi.
Aku memicingkan mataku, mencoba untuk melihat lebih jelas.
“Tidak tahu... di situ rambutnya panjang... Tapi sepertinya iya.”
“Hei, kalian sudah lama menunggu ya?” sebuah suara dari belakang kami membuat kami menengok. “Kalian ini...”
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar