Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 22 September 2011

Aku Rela Jika Kau Bahagia (Chapter 6)



“Kim So Eun, Line 3 untukmu.”

“Siapa yang berani menggangguku di jam sibuk seperti ini.” Protesku pada Jung Yong Hwa, rekan kerjaku.

“Siapa?!”sapaku ketus.

“Kim So Eun, ini aku...Baek Suzy.”

“Ada apa?!”

“Ikut aku,”aku mengernyit.

“Ini masih jam kantor!”

“Ya, aku tahu…”

“Aku tunggu, diparkiran…”

“Tapi kemana, Baek Suzy?” belum sempat aku mendengarnya. Aku sudah mendengar tanda putus.

“Ada apa sebenarnya?? Seenaknya saja mengganggu orang kerja.” runtukku sendiri. Namun aku bergegas ke ruangan Boss-ku untuk minta ijin. Dan tak lama kemudian aku sudah melihat wajah Baek Suzy diantara barisan mobil-mobil di parkiran kantorku ini.

“Ayo cepat?!”

“Sebenarnya kita mau kemana, Baek Suzy?''

Baek Suzy sama sekali tak menggubrisku. Wajahnya yang terlihat bingung membuatku khawatir. Bagaimana mungkin Baek Suzy yang selalu ceria bisa benar-benar serius. Dan akupun ikut diam.

“Ayo turun…” ajak Baek Suzy.

Aku diam tak bergerak. Untuk apa dia mengajakku ke rumah Kim Bum.

“Untuk apa?” tanyaku curiga.

“Turun saja…” ia menyeretku dengan paksa.

Aku membelot. Tapi melihat wajahnya yang masih saja serius tanpa ekspresi, aku menurut. Perasaanku mulai tak enak.

“Aku bisa jalan sendiri…” sekali lagi aku protes karena Baek Suzy masih saja menggandeng tanganku.

Aku heran, pakaian hitam seolah menjadi dress code dirumah ini. Dan aku tak menjupai satu wajahpun yang bisa aku kenal. Apa yang terjadi? Aku tak tahu harus bertanya pada siapa. Aku menurut saja, mengekori Baek Suzy yang berjalan terburu-buru. Semua orang yang sempat berpapasan denganku seolah sibuk dengan mereka sendiri.

Kamar Kim Bum.

Sayup-sayup aku mendengar suara tangis, mungkinkah istrinya meninggal seperti cerita Baek Suzy beberapa waktu lalu yang mengatakan istrinya sedang sakit.

Ya Tuhan secepat itukah. Tapi untuk apa aku harus datang. Apakah Kim Bum akan merengek untuk memintaku menjadi istrinya. Aku tersenyum, memikirkan bagaimana jika aku menikah dengan seorang duda. Agak ragu aku melangkah. Suara tangis semakin nyaring kudengar. Ketika wajahku tersembul dari balik pintu, aku mengenali satu persatu wajah itu.

Bibi Kim Tae Hee, ibu Kim Bum dan suaminya. Park Shin Hye, adik semata wayangnya dan saudaranya yang lain yang tak bisa aku kenali satu persatu.

“Masuklah Kim So Eun…” pinta Bibi Kim Tae Hee, dengan wajahnya yang sembab. Aku berjalan mendekati kerumunan itu, sementara Baek Suzy memilih berhenti dan berdiri tepat di depan pintu.

“Kim Bum, sudah lama menunggumu…”kata Bibi Kim Tae Hee lagi.

Satu persatu orang mulai menjauh, dan aku melihat tubuh itu. Tubuh yang tergolek tak berdaya dengan selang infus dan oksigen berselang-seling dari mulut dan hidungnya.

“Kim Bum…”desisku perlahan.

Aku terhenyak, sedih. Aku berdiri tepat disamping ranjangnya. Dia mencoba tersenyum dengan kepayahan. Tangannya bergerak mencari tanganku, dan aku menggenggamnya hingga tangan itu diam dengan sendirinya, bersama senyum yang masih mengambang. Matanya menutup perlahan, dan tangis mulai menyayat.

“Kim Bummm…”teriakku histeris. Aku bingung. Tangan itu masih saja diam, meski aku meremasnya.

“Dia sudah pergi, Kim So Eun.” Sebuah suara dibelakangku, mengabarkanku akan apa yang baru saja terjadi.

”Relakan kepergiannya…” Kalimat itu saling bersahutan kudengar dan aku menimpalinya dalam hati.

“Kim Bum…” desisku tertahan. Aku lunglai tak berdaya. Mengapa secepat itu kau pergi…

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...