“Hiks... Hiks.... Aduh, Kim So Eun.... Cerpen-mu sedih sekali.... Aku saja sampai menangis membacanya,” kata Jung So Min di sela isaknya. Di tangan kanannya terdapat majalah remaja yang memuat cerpenku yang baru saja terbit kemarin.
“Terima kasih, Jung So Min...,” kataku lesu.
“Kenapa, kau lesu seperti itu? Apa karena Kim Bum?” tanya Jung So Min.
Aku mengangguk.
“Kim So Eun, saya mau bicara denganmu,” tiba-tiba, Kim Bum muncul di hadapanku dan Jung So Min.
Aku menatap Jung So Min dalam diam, sebelum akhirnya beringsut mengikuti Kim Bum, menuju taman sekolah.
“Ternyata benar,” kata Kim Bum membuka percakapan.
“Apa?” tanyaku tak mengerti.
“Ini!” kata Kim Bum sambil menunjukkan sebuah majalah. “Ternyata benar kalau saya telah kau jadikan objek untuk cerpen-mu.”
Aku merasakan air mata di ujung kelopak mataku yang siap membanjir. “Tapi, Kim Bum....”
Kim Bum mengangkat tangannya, mengisyaratkanku untuk diam.
“Tapi ternyata saya juga benar, kau ternyata memang berbeda dengan anak-anak yang lain,” kata Kim Bum sambil tersenyum dan mendekapku erat.
Aku tersentak kaget sebelum membiarkan tubuhku didekap Kim Bum. Aku tersenyum.
Sementara itu, majalah yang dipegang Kim Bum tadi terjatuh ke tanah, terbuka tepat di sebuah halaman berisi cerpen yang berjudul Cinta untuk Kim Bum.
Tamat
Copyright Sweety Qliquers
Copyright Sweety Qliquers
Lho Hei!
BalasHapusHanya sebegitukah ceritax author?
Ya ampun thor... kurang panjang!!!
blom puas bacax....