Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 22 September 2011

Aku Rela Jika Kau Bahagia (Chapter 3)



Aku harus melupakannya. Dan harus mulai dari awal lagi. Aku harus menjadi Queen yang kuat. Tidak...namaku Kim So Eun, mengapa aku begitu suka dipanggil Queen hanya karena kau suka memanggilku begitu. Kau tetap saja memanggilku Queen meski kau tahu namaku Kim So Eun. Karena menurutmu, aku adalah Ratu dihatimu.

Tak ada yang perlu aku sembunyikan, termasuk semua kekuranganku. Dan kau menerimanya tanpa penolakan sedikitpun. Namun kau menolak setelahnya, setelah aku bersedia menyerahkan sepenuh hatiku. Ughh…mengapa aku mengulang cerita itu lagi.

Aku mulai, menghapus memory inboxku, semua pesan sejak pertama kali kita menjalin perkenalan. Aku tak berani membacanya, aku takut mengingatnya lagi. Seperti ketakutanku, tak bisa melupakanmu. Dan aku takut merasakannya lagi, mungkinkah ada laki-laki yang baik tersisa untukku, seorang pendamba cinta sejati. Ughh...aku tak tahu lagi betapa beratnya, menanggung desakan dari ibu dan ayahku, yang menginginkanku untuk segera membina rumah tangga.

Tuhan…Aku memandang sekeliling kamarku, takkan kubiarkan satu wajahmu pun muncul di depan mataku. Melihat wajahmu sama saja seperti aku melihat monster yang paling menakutkan di muka bumi ini.

Aku mengambil dengan jijik sebuah foto yang terpajang tepat diatas ranjangku. Membongkar piguranya, dan kudapati fotoku dengan senyum manis tepat disamping manusia berwajah monster itu. Foto waktu kita bertemu untuk ketiga kalinya di sebuah taman hiburan.

“Wajah yang tampan...” Aku tersenyum, melihat wajah dengan senyum termanis, kulit yang putih dan tubuh yang tegap semampai.

“Tidakkk…”aku tak boleh mengaguminya. Aku tak boleh buta lagi karena wajah itu. Andai waktu itu Tuhan membuka mataku untuk menatapnya lebih jelas, mungkin fotoku disampingnya bukan tersenyum manis, tapi terbelalak histeris.

Aku tertawa hambar.

Perlahan aku memotong foto itu. Memisahkan wajah manisku dengan wajah monster itu. Aku menyimpan bagian fotoku dan memotong kecil-kecil bagian monster itu, seakan-akan dia ada didepanku.

Apa kabar dengan fotoku yang ada padanya? Mungkinkah akan mengalami nasib yang sama, atau mungkin lebih parah. Apalagi jika ditemukan istrinya.

“Kim So Eun… Kim So Eun….” panggil ibu.

''Untukmu!!!''

“Untukku…?!!!” tanyaku heran, ketika sebuah bouquet mawar putih untukku. Deggg…..bukankah biasanya Kim Bum yang selalu mengirimkannya untukku. Apakah ini juga darinya? Aku tersadar untuk segera bertanya.

“Dari siapa, bu?”

Ibu menggeleng tak tahu.

Aku mencari kertas kecil berisi memo yang biasanya selalu diletakkan didalam bouquet ini.

“Maafkan aku…”

“Uggh….!!!” Aku mendengus kesal, dan meletakkannya serampangan. Tak seperti biasanya, bunga itu selalu terpajang segar di atas meja riasku. Untuk apa aku harus merawatnya kini. Dan…untuk apa kau mengirimiku bunga itu lagi. Meskipun kau belikan aku toko bunga, kata maaf tak juga bisa aku berikan untukmu…

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...