PARK SHIN HYE
Aku harus memanggil Song Seung Hun dengan sebutan Ayah, karena Ibu telah menjelaskan semuanya.
Hubunganku dengan Jung Yong Hwa tentu saja hancur lebur, karena aku harus menyebutnya Paman Jung Yong Hwa.
Semuanya terasa seperti kebetulan. Mungkin kepergianku ke Seoul untuk pameran tempo hari bukan sekadar suatu kebetulan, tapi jalan yang digariskan untuk aku bertemu keluargaku.
Ibu tidak melarangku untuk dekat dengan Ayah Song Seung Hun, karena Ayahku hanya Gong Yoo.
Awalnya aku merasa canggung. Tapi Ibu mengajariku untuk ikhlas akan masa lalu yang pernah terjadi, tidak boleh dendam, tidak boleh sakit hati, karena semua yang pernah terjadi tidak akan bisa berubah.
Ayah Song Seung Hun mengajakku ke Seoul untuk diperkenalkan dengan Kim Yoo Jung dan Wang Suk Hyun, anaknya dari Bibi Kim Tae Hee.
Lalu Kim So Eun harus kupanggil apa? Kalau dia itu pacar Ayah Song Seung Hun, otomatis aku harus panggil dia Bibi.
Di Seoul aku tinggal di rumah Bibi Kim Tae Hee, setelah aku lulus sekolah. Awalnya Ibu tak mengizinkan, tapi aku tidak lulus Ujian masuk Universitas di Pulau Jeju. Ibu mengalah. Aku pun kuliah di salah satu Universitas di Seoul, awalnya ingin masuk fakultas hukum, tapi Ayah Song Seung Hun tidak mengizinkan, aku pun mengambil fakultas kedokteran.
Setiap akhir minggu aku menelepon Ibu atau mengirim e-mail.
Aku masih tetap melukis, semua keperluan melukisku dibelikan oleh Ayah Song Seung Hun, aku sedang menyiapkan diri untuk bisa ikut pameran lagi.
Bibi Kim Tae Hee cukup baik, dia menyayangiku, dan tidak pilih kasih, malah kadang jika besoknya aku libur kuliah, kami mengobrol berdua sampai pagi.
Kami sering berbelanja berdua lalu memasak. Kami melewati hal-hal yang menyenangkan.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar