Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Rabu, 21 September 2011

Senyum Termahal (Chapter 4-Tamat)



Hari ini aku hanya ingin ikut lari-lari kecil di lapangan pada jam pelajaran Olahraga. Tapi Mr. Park Shi Hoo - Guru Olahraga Shinhwa High School melarangku, dengan alasan tidak mau melihat penyakitku kambuh. Dan itu membuatku merasa kesal, hal itu membuatku terlihat seperti pesakitan yang di karantina. Membuatku terlihat seperti gadis tak berguna di depan teman-temanku. Dan aku tidak suka itu.

“Aaaahh!” kucoba tuk mengeluarkan kekesalanku dengan cara berteriak.

Tapi aku tidak bisa berteriak sekencang-kencangnya, karena teman-teman yang lain pasti terganggu.

“Kim So Eun, bagaimana kalau kita ke pantai?” ajak Kim Bum.

“Mau apa ke pantai?” tanyaku.

“Di sana kau bisa berteriak sepuasnya. Biar semua beban dalam hatimu berkurang.”

“Kalau begitu, ayo kita pergi,” tanpa pikir panjang aku langsung menyetujui ajakannya.

Setelah aku menyetujui ajakan Kim Bum, Kim Bum langsung undur diri. Ia mau mengambil motornya dulu. Tidak lama kemudian Kim Bum keluar dari tempat parkir dengan motor Sport miliknya. Kemudian aku naik dan motor pun melaju dengan kencang.

Semilir angin menerpa wajahku. Niat hati, aku ingin berteriak sekencang-kencangnya di pantai ini. Tapi tidak tahu mengapa, aku langsung merasa tenang, hanya dengan menghirup segarnya udara pantai.

“Kim Bum, waktu itu kau sudah berjanji mau memperlihatkan bidadari penyemangat hidupmu itu padaku, kalau gambarnya sudah selesai. Bagaimana, apa sekarang gambar itu sudah selesai?”

“Emm... sudah,” jawabnya, dengan roman wajah yang langsung berubah seperti orang gugup.

“Kalau begitu, boleh aku melihatnya?”

“Tunggu Sebentar ya.” Kim Bum lalu meninggalkanku seorang diri. Tak lama kemudian dia kembali dan berkata, “Inilah bidadari penyemangat hidupku,” sambil memperlihatkan sebuah cermin ke hadapanku.

“Mana? Itukan hanya sebuah cermin?” tanyaku keheranan.

“Coba kau perhatikan dengan seksama, gambar siapa yang berada di seberkas bayangan cermin itu?”

“Aku?” tanyaku ragu-ragu.

“Iya, bidadari penyemangat hidupku adalah kau.”

Tiba-tiba saja dadaku terasa sesak. Napasku tersengal-sengal. Oh, God, penyakit asmaku kambuh! Inhaler yang seharusnya aku bawa setiap hari, aku tinggal di kamarku.

“Kim So Eun, kau kenapa?” tanya Kim Bum panik.

“Asss... maaa... kuuu... kammm... buh,” jawabku dengan napas tersengal-sengal.

“Kim So Eun, maafkan aku. Aku tidak tahu kau punya penyakit asma.”

“Kaaauuu... ti... dak saaa... lah. Tooo... long annn... tar aaakuuu... puuu... lang.”

“Ya sudah, kita pulang sekarang.” Segera saja Kim Bum memboyongku pulang dengan motornya.

* * *

Sesampainya di rumah, Kim Bum langsung membawaku ke ruang tamu. Ia duduk di sampingku, sambil memeluk pundakku. Ibu yang melihat keadaanku seperti itu, langsung mencarikan inhaler di kamarku. Setelah dapat, buru-buru saja Ibu memberikannya kepadaku. Aku langsung menghirup inhaler itu dalam-dalam. Setelah napasku kembali normal, aku mengucapkan terima kasih kepada Kim Bum. Tapi tak kusangka Kim Bum berkata kepada Ibu,

“Bibi, ini semua salah saya. Saya yang mengajak Kim So Eun ke pantai. Akhirnya asma Kim So Eun kambuh.”

“Kim Bum tidak salah, Bu. Aku yang salah. Tadi pagi aku tidak membawa inhaler ini. Aku bosan kalau harus terus bergantung
pada inhaler ini, Bu.”

“Ya, sudah. Tapi lain kali jangan diulangi ya, sayang. Ibu tinggal ke belakang dulu, ya.”

“Kim Bum, kau sudah lihat bagaimana keadaanku. Aku memiliki penyakit asma. Penyakit genetis yang tidak bisa disembuhkan. Apakah kau akan tetap menganggapku sebagai bidadari penyamangat hidupmu?”

“Kim So Eun, kau tetap bidadari penyemangat dalam hidupku. Aku mau menerimamu apa adanya,” jawab Kim Bum dengan tatapan yang begitu lembut, disertai senyumnya yang begitu mempesona.

“Kim Bum, demi mendapatkan senyum termahalmu, aku bersedia menjadi bidadari penyemangat dalam hidupmu. Karena senyum termahalmu pun telah menjadi penyemangat dalam hidupku.”

“Senyum termahal?” tanya Kim Bum, keheranan.

“Ya, senyum termahal. Karena kau itu jarang sekali tersenyum pada orang lain.”

''Karena senyum termahalku itu, hanya akan kuberikan pada bidadari penyemangatku. Hanya pada dirimu.'' katanya sambil meyunggingkan sebuah senyuman.


Tamat
Copyright Sweety Qliquers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...