Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Kamis, 22 September 2011
Cinta Untuk Kim Bum (Chapter 3)
“Kim Bum, ini catatan Kimia-mu. Terima kasih banyak, ya,” kataku sambil menyerahkan buku catatan Kimia yang kupinjam tempo hari kepada Kim Bum.
Kim Bum tidak menjawab, hanya mengangguk singkat.
Aku berdiri terdiam. Sebenarnya aku ingin mengobrol lebih banyak lagi dengan Kim Bum, bertanya tentang kehidupan pribadinya. Siapa tahu saja ide cerpenku bisa muncul dari pembicaraanku dengannya.
“Kenapa kau masih berdiri di situ? Masih ada urusan dengan saya?”
Aduh! Kenapa anak ini ketus sekali?
“Kim Bum, apa kau itu anak bungsu?” tanyaku memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut mengenai keluarganya.
Kim Bum mengangguk.
“Lalu, yang kemarin itu ibu-mu, kan? Kakak-kakak-mu ke mana?” kataku sambil duduk di hadapannya.
Kim Bum tampak risih. Namun tiba-tiba dia menghela napas dan melepaskan kacamatanya, lalu memandang ke arahku, lama.
Kini, aku yang menjadi sedikit risih. Ternyata, tanpa kacamata tebalnya, wajah Kim Bum sangat tampan!
Kemudian, Kim Bum menghembuskan napas panjang.
“Iya. Yang kemarin itu ibu saya. Kakak-kakak saya yang perempuan sudah menikah, sedangkan yang laki-laki sudah pindah ke Jepang bersama istrinya,” kata Kim Bum menjawab rentetan pertanyaanku tadi.
Semenjak kejadian itu, Kim Bum menjadi lebih terbuka kepadaku. Beberapa kali aku mengunjungi rumahnya dan mencoba mengakrabkan diri dengan ibunya.
Dekat dengan Kim Bum, aku jadi mengetahui masalah-masalah yang dialaminya.
Tentang ayahnya yang meninggal semenjak Kim Bum berumur dua tahun karena sebuah kecelakaan, tentang betapa sulitnya harus bertahan hidup berdua saja dengan ibunya, tentang pekerjaan-pekerjaan sampingannya yang membuatnya tak bisa banyak bergaul dengan teman-teman yang lain, tentang beban dan keharusan untuk memperoleh nilai baik untuk mendapatkan beasiswa di sekolah, dan sebagainya.
Lama-lama, aku jadi simpati pada Kim Bum.
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar