Kini Kim So Eun merasa telah tahu duduk persoalannya, kenapa Park Shin Hye begitu ngotot memaksanya datang. Sebenarnya Kim So Eun ingin tertawa geli, tapi ia tak tega. Betapapun Park Shin Hye memang nampaknya sangat berantakan. Air matanya tak juga kunjung berhenti menetes.
Namanya juga anak manja! Persoalan sebenarnya sederhana saja, dan seperti yang sudah-sudah, Park Shin Hye selalu menunggu jalan penyelesaian atau pemecahannya dari mulut Kim So Eun.
Menghadapi situasi seperti ini, Kim So Eun sering kali menyesal walau tak punya pilihan lain. Park Shin Hye, sepupunya ini, memang anak tunggal. Dan untuk urusan-urusan tertentu, nampaknya ia tak cukup punya keberanian untuk mengungkapkannya di depan orang tua-nya sendiri. Termasuk urusan yang satu ini.
“Masa, kau tidak kenal dengan Kim Bum?”
Kim So Eun menggeleng.
“Sama sekali?” Mata yang masih basah itu melotot. “Omong kosong! Kalian kan satu sekolah, masa' kau tidak mengenalnya?”
“Aku hanya sekedar tahu saja, bukan benar-benar mengenalnya. Park Shin Hye… sekolahku penghuninya hampir empat ratus manusia. Masa', aku harus kenal satu per satu? Lagipula kelas Kim Bum memang jauh sekali letaknya dari kelasku. Paham?”
Kini Park Shin Hye yang menggeleng.
Kim So Eun melengos untuk menahan kata yang nyaris meluncur dari bibirnya yang senantiasa basah. Sebenarnya ia hendak mengatakan bahwa Kim Bum sama sekali bukan Pemuda populer di sekolah. Ia bahkan tak pernah masuk hitungan dalam kancah pergosipan di sekolah.
Yang ia tahu, Kim Bum justru tergolong Pemuda aneh. Pendiam, penyendiri. Jelas sekali, ia seperti sering sengaja menarik diri dari persahabatan yang intens dengan orang lain, terlebih dengan lawan jenis.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar