Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Jumat, 09 September 2011

Diantara Lelah (Oneshot)



Title : Diantara Lelah
Genre : Romance
Author : Sweety Qliquers
Episode : Oneshot
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 19 Agustus 2011, 12.56 PM
Cast :
Kim Bum
Kim So Eun
Park Shin Hye
Jung So Min


Kim Bum! Sosok itu kembali tertangkap mataku siang kemarin di sekolah. Jika tahu sekolah baru ini menyimpan sosok Kim Bum, aku tak mungkin mau sekolah di sini. Ada rasa tak percaya saat menemukan sosoknya kemarin. Bahkan, kuanggap itu halusinasi. Tapi, saat dia mencoba tersenyum dan menyapaku, aku semakin yakin, dia adalah Kim Bum. Kuakui, diantara benci yang selalu membuatku menangis, ada sisa cinta yang tak bisa kubersihkan dihatiku.

''Kim So Eun, kau mengenal Kim Bum? Dia titip salam untukmu.'' ucap Park Shin Hye sambil mendekatiku.

Aku pura-pura tak mendengar kalimat itu. Melanjutkan kegiatanku, memainkan games di ponselku.

Padahal, mendengar Park Shin Hye menyebut nama Kim Bum telah membuat permainanku game over.

''Jangan pura-pura tuli, Kim So Eun! Atau kau belum mengenal Kim Bum? Itu...Senior kita yang punya tindik di telinga sebelah kanan dan mengenakan kacamata minus.''

Aku berbalik menatap Park Shin Hye. Tanpa kedip! ''Hmm...tadi karena kau belum tahu orangnya yang mana, kau cuek saja. Setelah tahu, sekarang kau malah marah.''

''Aku kembalikan salamnya.''

''Kembali salam apa salam kembali?'' Park Shin Hye masih menggodaku.

Park Shin Hye memang tak pernah tahu jika Kim Bum pernah ada di hatiku, namun kemudian tergilas takdir. Masih ingin kubalas godaan Park Shin Hye dengan tatapan seriusku, Tapi pemuda tampan bertindik dan berkacamata itu, telah berdiri di depanku. Di antara lalu-lalang mahasiswa lain di Sungkyunkwan University.

''Kim So Eun, aku yakin kau masih ingat padaku...''

Aku melangkah pergi. Hanya Park Shin Hye yang mengikuti langkahku dengan tatapan tak mengerti.

''Kau pernah kenal dia sebelumnya?'' tanyanya mengiringi langkahku.

Bagaimana mungkin aku melupakan dia. Seorang senior yang pernah hadir di hatiku sebagai seorang kekasih. Bukan sejenak, tapi selama 1 tahun saat masih SMA dulu. Dia memang banyak berubah, telinga bertindik dan kacamata, tak pernah ada sebelumnya.

Karena ketampanannya, aku jatuh ke pelukannya. Padahal, kutahu saat itu dia adalah seorang playboy. Hati yang disinggahinya, biasanya hanya bertahan selama 1 bulan. Pindah dari satu hati ke hati lain dengan mengantongi wajah tampan dan otak cemerlangnya sebagai bahan promosi. Apalagi dengan reputasinya sebagai anak konglomerat. Aku tak mau berpikir dua kali saat dia mengungkapkan cintanya padaku. Aku tak peduli jika dia baru saja hinggap di hati Jung So Min sahabatku.

Tangis Jung So Min di depanku kutepis begitu saja. Barulah kusadar, jika karma itu memang ada, saat Kim Bum mencampakkanku seperti dia mencampakkan Jung So Min. Aku menangis, tersiksa perih hati. Padahal, aku baru saja terbuai bahagia oleh janji-janji manis Kim Bum.

Dan janji itu kupercaya, apalagi kehadirannya di hatiku telah berbilang tahun. Waktu yang cukup lama dan bisa dianggap pemecah rekor. Karena sebelumnya, pacar-pacar Kim Bum hanya bertahan 1 bulan.

“Kau gadis terakhir yang akan singgah di hatiku. Bersamamu, barulah kusadari arti cinta yang sesungguhnya.”

Kalimat itu tak ‘kan pernah kulupa. Rangkaiannya telah melambungkanku, tapi kemudian di luar dugaan menghempaskanku.

“Tapi kau masih mencintainya, bukan?” Pertanyaan itu tiba-tiba saja hadir di hatiku. Kupejamkan mata. Menenangkan perasaanku, demi mencari jawaban dari pertanyaan itu. Tapi tetap saja, kenangan manis yang pernah tercipta, bertarung dengan kebencianku pada sikapnya dulu. Benci yang begitu menyakitkan! Mungkin tidak terlalu sakit, seandainya saat itu Kim Bum meninggalkan sekolah dengan kelulusannya, tanpa harus memutuskan cintanya padaku terlebih dahulu.

“Aku ingin kau mengerti. Cintaku harus berakhir bersama kepergianku dari sekolah ini.”

Aku tersentak. Meski aku juga berharap itu hanyalah candaannya.

Tapi menit-menit berikutnya, yang terpancar dari matanya adalah sinar kesungguhan.

“Sakit memang. Aku juga merasakan sakit itu….”

“Siapa yang menyakitimu?” potongku membentak. “Atau kau pikir aku tidak bisa menjaga kesetiaan saat kau tidak ada lagi di sekolah ini?”

Dia menggeleng pelan, seolah terpaksa. Tapi, kalimat yang kutunggu darinya, tak pernah ada.

Dia melangkah pergi tanpa pernah menoleh lagi padaku yang sedang menangisi kepergiannya.

* * *

“Kim So Eun, aku ingin bicara.”

Kebencian yang bergemuruh saat mendengar suara itu, membuatku yakin jika suara itu milik Kim Bum. Tanpa berbalik, aku mencoba meneruskan langkah. Meski langkah itu harus berakhir saat dia menghadangku.

“Aku masih mencintaimu, Kim So Eun!”

Kutancapkan tatapanku ke bola matanya.

Dia bergeming, seolah tak bisa membaca kebencian yang terpancar dari sorot mataku.

“Aku ingin kau mengerti. Cintaku harus berakhir bersama kepergianku dari sekolah ini.” Kalimat yang pernah diucapkannya padaku 3 tahun lalu, kuperdengarkan kembali untuknya. “Kau masih ingat kalimatmu itu, Kim Bum?”

Dia mengangguk. “Tidak mungkin aku melupakannya!” katanya singkat. “Kau gadis terakhir yang akan singgah di hatiku. Bersamamu, barulah kusadari arti cinta yang sesungguhnya,” ucapnya sambil menatapku. “Aku juga pernah mengucapkan kalimat itu padamu, kan?”

“Aku tak mungkin melupakannya!”

“Aku tahu aku salah. Aku minta maaf!”

Aku malah menamparnya. ”Jangan pikir sakit hati karenamu bisa sembuh hanya mendengar kata maaf, juga cintamu.”

“Kim So Eun!” ucapnya sambil menggenggam tanganku yang telah menamparnya. “Saat itu aku kehilangan pegangan. Ayahku bangkrut! Aku kehilangan muka di depan semua orang. Sebelum kau mencampakkanku, menertawaiku. Aku memilih pergi dari hatimu.”

“Apa kau pikir aku tidak bisa menertawaimu sekarang?”

“Silakan! Aku tidak takut lagi dipandang sebagai orang miskin. Dulu tidak! Aku begitu malu dengan kekurangan dan kesederhanaan yang tiba-tiba harus kuperankan.”

Aku membisu, bahkan tak berusaha untuk menghindar saat dia telah melepaskan tanganku dari genggamannya.

“Kesederhanaan ternyata bisa membuatku kuat dan tegar. Berani menunduk ke bumi, berani datang untuk mencintaimu lagi.”

Menit berlalu tanpa kata. Aku sadar kini dia sedang menatapku, tapi aku tak memiliki keberanian untuk berbalik membalas tatapannya. Apalagi kebencian di hatiku masih bertarung dahsyat dengan cinta yang berusaha menyusup kembali masuk ke daratan hatiku. Aku tertunduk. Aku takut saat bola mataku kuarahkan padanya, dia memberiku senyum. Senyum yang lagi-lagi kuakui begitu sempurna.

“Kim So Eun, aku memang playboy. Tapi, Itu dulu! Tanpamu aku memilih untuk istirahat sejenak. Mengosongkan hati di antara kenangan manis yang pernah kita lalui, untuk merenung! Ternyata, aku tidak bisa berhenti mencintaimu.”

Kucoba mengangkat wajahku dan menatapnya, mencari kesungguhan dari sinar matanya saat mengucapkan kalimatnya barusan. Tatapan mata tajam itu begitu teduh di bawah naungan alis dan bulu matanya. Akh, aku tidak ingin terluka untuk kedua kalinya. Apalagi dengan orang yang sama. Benci ingin membawaku berbalik, tapi gerakanku kalah gesit, dia telah meraih pergelanganku lalu menghipnotisku dengan senyum manisnya.

Kurasakan pertarungan benci dan cinta di hatiku telah selesai. Hatiku lelah, letih tak berdaya, dan memilih pasrah, saat Kim Bum menyandarkanku di pelukannya. Akhirnya aku pun memilih untuk tetap mencintainya dan menerima cintanya kembali.


Tamat
Copyright Sweety Qliquers

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...