Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 04 Juli 2011

Selubung Hati (Chapter 2)



Duduk di taman kecil depan perpustakaan kampus kerap dilakukan Kim Bum bila tak tahu apa yang harus dikerjakannya sambil menunggu kuliah berikutnya. Mengedarkan pandangan sambil melamun memang jadi keasyikan tersendiri bagi dirinya.

Tidak jarang matanya tertumbuk pada sosok gadis cantik. Tapi hatinya buru-buru menyisihkan hasrat yang kemudian timbul. Sebuah nama di masa lalu telah menciptakan kenangan yang menggurat di hatinya....

Park Shin Hye jadi siswa baru kelas dua. Ia langsung populer dengan kecantikannya ditambah lagi mobil mewah yang bergantian mengantar-jemputnya. Banyak pemuda berusahan mendekati, tapi semua harus puas dengan mimpi mereka saja tanpa berhasil mewujudkannya. Sementara sebagian dari mereka mimpi pun sudah tak berani, termasuk Kim Bum yang duduk di belakang Park Shin Hye.
Sampai suatu siang sepulang sekolah, sewaktu Kim Bum hendak menghidupkan motornya.

"Kim Bum, kau mau menolongku tidak?" suara Park Shin Hye mengejutkannya.

"Asalkan aku sanggup."

"Aku harus buru-buru pulang ke rumah. Tapi jemputanku belum datang juga. Aku...."

"Mengantarmu dengan motorku ini? Apa kau tidak risih?"

"Sudahlah. Mau apa tidak?"

Kim Bum langsung menyambar helm yang tergantung di stang motor di sebelahnya. Ia menyodorkan helm itu kepada Park Shin Hye.

"Baiklah. Tapi kalau kau masuk angin aku tidak tanggung," Kim Bum menghidupkan motornya dan membiarkan Park Shin Hye membonceng.

Ternyata itu jadi sebuah awal dari jalinan manis antara mereka. Beberapa kali Park Shin Hye membonceng Kim Bum. Sampai akhirnya Kim Bum merasa perlu mengungkapkan isi hatinya.

"Kau mau jadi kekasihku, Park Shin Hye?" tanya Kim Bum sehabis mengajak Park Shin Hye menyaksikan pertandingan basket antarkelas.

Park Shin Hye mengangguk dan tersenyum. "Tapi dengan syarat kau jangan sampai datang ke rumahku," katanya kemudian.

"Kenapa?"

"Ayah melarangku pacaran."

"Backstreet juga tidak apa-apa," angguk Kim Bum mantap. Siapa tahu waktu mengubah hal itu.

Tapi waktu tak pernah memberi kesempatan untuk mengubah hubungan mereka menjadi lebih baik. Lima bulan berlalu tetap saja mereka harus pacaran sembunyi-sembunyi. Malah tiba-tiba waktu mengubahnya menjadi amat pahit.

Kim Bum membonceng Park Shin Hye sepulang sekolah. Dan kecelakaan yang tak pernah diinginkan siapa pun itu terjadi. Kim Bum luka gores di tangan dan kaki. Tapi Park Shin Hye sampai gegar otak.
Langit untuk Kim Bum benar-benar runtuh kemudian. Park Shin Hye menghilang entah ke mana. Usaha yang dilakukannya hanya membuat panjang kepedihannya.

Park Shin Hye....

Kim Bum tersentak dari lamunannya. Sekelebat ia melihat bayangan punggung seorang gadis. Ia berambut panjang. Dan gaun biru yang dipakai itu sama persis dengan gaun yang dibelikan Kim Bum di hari ulang tahun Park Shin Hye yang ke tujuh belas.

Kim Bum berlari mengejar sosok itu ke dalam perpustakaan. Tapi di pintu masuk langkahnya tertahan.

"Kim Bum, aku mencarimu dari tadi," Kim So Eun langsung mendekatinya. "Bagaimana dengan final pertandingan antarklub itu?"

"Jadi besok malam. Kau mau menontonnya?"

"Kebetulan tidak ada kegiatan. Sudah makan siang? Kita ke Blue Café ya. Aku lapar."

Kim Bum menurut saja. Sulit untuk menolak setiap ajakan Kim So Eun. Gadis ini memang seperti hampir kebanyakan anak orang berada, semua kemauannya harus dipenuhi. meski Kim So Eun berusaha menutupinya dengan berorganisasi di senat, sifat manja itu sangat dirasakan Kim Bum. Tapi lepas dari itu semua, Kim Bum lagi-lagi harus bersyukur bisa dekat dengan gadis yang diincar banyak temannya. Seperti dulu seperti Park Shin Hye....

Kim Bum mendesah mengingat nama itu. Dan siapakah gadis bergaun biru itu?

"Kau kelihatan gelisah, Kim Bum?" tanya Kim So Eun.

"Tidak apa-apa," sembunyi Kim Bum.

"Sungguh?"

"Sungguh." Kim Bum menatap bola mata Kim So Eun agar lebih meyakinkan. Dan hatinya senantiasa bergetar usai menatap binar bola mata itu. Binar itu mirip sekali dengan milik Park Shin Hye.

Mereka masuk ke Toyota Yaris merah Kim So Eun. Sambil menghidupkan mesin Kim So Eun berujar, "Dulu kau pernah cerita SMA-mu, SMA Shinhwa, kan?"

"Iya. Lumayan terkenal di Incheon. Kalau SMA di Seoul barangkali bisa disamakan dengan SMA-mu itu."

"Biasanya sekolah terkenal, siswi-siswi cantik-cantik," lanjut Kim So Eun.

"Memang."

"Benarkah, kau benar-benar tidak punya pacar di sana?"

Kim Bum tak menjawab. Ia memang selalu berupaya merahasiakan jalinan cintanya dengan Park Shin Hye.

"Pasti kau pernah patah hati ya, sampai akhirnya terbawa ke masa kuliah. Patah hati boleh saja, asal jangan menjadi dingin seperti ini, Kim Bum."

"Dingin?"

"Eh, kau tidak merasa kalau kau itu pemuda yang dingin. Tidak pernah mengobrol dengan siapa pun di kampus selain aku. Kau lebih senang menyendiri di taman perpustakaan."

Kim Bum cuma tersenyum. Ia yakin Kim So Eun tengah memancingnya untuk cerita soal masa lalunya. Sudah sering Kim Bum membaca gelagat itu. Belum, belum tiba saat untuk itu semua, Kim Bum membatin.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...