Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 04 Juli 2011

Selubung Hati (Chapter 3-Tamat)



Tidak tahu, sampai berapa lama lagi kau bisa bertahan seperti ini. Mencari, menunggu, mengejar bayanganmu yang hilang entah ke mana. Sementara sisi hatiku telah hampa begitu lama. Akankah kau salahkan aku bila saat ini sebuah nama hadir mengisi kehampaan itu? Tidakkah kau akan merutukku tak setia dan mengutukku agar mengalami luka itu lagi?

Kalau saja tidak kulihat lagi kelebat bayangmu belakangan ini, aku sudah memasukkan namanya pada hari-hariku. Dan bila bayangmu itu tak juga dapat kuraih, akan kuakhiri penantianku ini....

Kim Bum menutup buku catatannya. Buku yang isinya melulu tentang Park Shin Hye dan sejuta harapan yang menggurat di hatinya. Hampir dua tahun penantian itu terjadi.

Ia beranjak untuk bersiap ke gelanggang olahraga. Park Shin Hye... Kim So Eun... nama itu terus mengiringi desah napasnya. Satu sisi hatinya ingin agar Kim Bum segera memberi kepastian kepada Kim So Eun tentang hubungan yang mereka jalin. Sementara sisi lain hatinya justru ingin mempertahankan kasih Park Shin Hye.

Briefing yang diberikan pelatih menjelang pertandingan final pertandingan antarklub bola basket se-Incheon nyaris tak digubris Kim Bum. Begitu masuk ke sisi lapangan matanya langsung mengitari tribun penonton.

"Mencari pacarmu, Kim Bum?" usik Jung Yong Hwa.

"Jangan asal bicara. Kim So Eun bukan pacarku," kilah Kim Bum.

"Tapi setia sekali, ya. Hanya kali ini sepertinya terlambat lagi."

Kim Bum cuma nyengir. Bangku yang biasa diduduki Kim So Eun sudah diisi orang lain. Tapi bangku di sudut lain itu masih kosong. Tempat favorit Park Shin Hye bila menyaksikan Kim Bum bertanding.

Priit. Peluit wasit memanggil peserta berbunyi. Kim Bum bersama timnya langsung memenuhi lapangan. Rebutan bola segera dimulai seiring tiupan peluit.

Lawan kali ini cukup tangguh. Lima menit pertama nyaris dilalui Kim Bum hanya dengan mengover bola. Baru kemudian akhirnya ia mendapat bola tanpa dihadang. Ada kesempatan untuk menciptakan three point. Hanya saja saat bola itu diangkat mata Kim Bum menangkap sosok gadis bergaun biru di tempat duduk kosong itu. Tempat yang sama diduduki gadis itu saat babak penyisihan lalu. Lemparan bola Kim Bum tak sampai ring, untungnya sempat diraih Lee Ki Kwang. Tapi peluit wasit berbunyi lantaran pelatih klub Twilight meminta time out.

"Konsentrasimu kacau sekali, Kim Bum!" hardik Kim Hyun Joong saat timnya mendekat.

"Maafkan aku, Hyung. Ganti saja aku dulu," usul Kim Bum.

"Kekasihnya belum datang, Hyung," celetuk Lee Ki Kwang.

Kim Hyun Joong setuju. Ia memanggil Jang Geun Suk. Dan pertandingan dimulai lagi.

Kim Bum langsung mengarahkan pandangannya ke tribun penonton di seberangnya. Agak sulit juga untuk menyidiki wajah gadis yang masih terduduk di sana itu. Apalagi wajahnya menunduk, seolah tahu sedang diamati Kim Bum.

Gadis itu beringsut ke pinggir dan berjalan cepat meninggalkan tempat duduknya. Kim Bum reflek berdiri.

"Hyung, aku ke belakang sebentar," izin Kim Bum.

"Ya, jangan lama-lama! Cepat kembali!"

Kim Bum bergegas mengayunkan langkahnya. Gadis itu pasti keluar. Siapakah dia? Park Shin Hye-kah? Mengapa begitu misterius?
Sampai di ambang pintu keluar, Kim Bum masih sempat menangkap kelebat bayangan gadis itu menuju tempat parkir mobil. Kim Bum menyusul. Tapi napasnya tertahan sewaktu melihat gadis itu meluncur dengan Honda Jazz biru.

"Kim Bum!" suara khas itu mengejutkan Kim Bum.

Kim So Eun baru hendak keluar dari Toyota Yaris-nya.

"Jangan turun. Antar aku," Kim Bum langsung menyerbu masuk ke dalam mobil. Suatu kebetulan yang menguntungkan.

"Ada apa ini?" Kim So Eun bingung melihat Kim Bum panik.
"Kau lihat Honda Jazz biri tadi, kan? Tolong susul mobil itu."

"Orang di dalam mobil itu beberapa kali menguntitku. Aku penasaran. Kurasa kita belok kiri, Kim So Eun. Nah, itu mobilnya!" Kim Bum mengarahkan jarinya ke depan, nyaris menembus kaca.

Mobil yang mereka kejar melaju kian kencang, masuk ke jalan agak besar. Kim So Eun membelokkan mobilnya tiba-tiba. Kim Bum tercengang.

"Kenapa membelok, Kim So Eun?" tanya Kim Bum.

Kim So Eun tak menjawab. Ia malah membawa mobilnya ke jalan yang agak sepi sampai akhirnya ke pelataran parkir sebuah kompleks pemakaman umum. Suasana hening menyergap mereka.

"Ada yang ingin kuutarakan padamu, Kim Bum. Barangkali aku terlalu lancang...." Kim So Eun menggantung kalimatnya, menunggu reaksi Kim Bum.

Tahu Kim Bum hanya membisu, Kim So Eun keluar dari mobil. Tubuhnya lantas bersandar pada badan mobil. Kim Bum dihinggapi sejuta tanya. Belum terpecahkan persoalan yang satu, sudah muncul persoalan lainnya.

"Barangkali aku harus menceritakannya dari pertama padamu," Kim So Eun membuka mulutnya lagi. "Dimulai dari perkenalan kita. Terus terang kau langsung menyita perhatianku begitu kukenal. Tentu saja aku punya batasan untuk mengungkapkan perasaanku itu."

Kim Bum merasakan hal itu.

"Cara yang kulakukan untuk menarik perhatianmu kupikir sudah tepat. Tapi rupanya ada selubung misteri yang menutupi hatimu. Segala upaya kulakukan untuk memancingmu, tapi kau seperti enggan membukanya. Katakanlah, kenapa, Kim Bum?"

"A-aku... aku tak bisa menceritakannya...."

"Kurasa kini memang tak perlu lagi, Kim Bum. Waktu yang membelaku memberitahukan itu semua. Satu bulan lalu aku berkunjung ke rumah paman-ku. Kutempati bekas kamar sepupuku. Tanpa sengaja aku menemukan tempat rahasia menyimpan buku harian sepupuku itu. Isinya banyak bertutur tentangmu dan cerita cinta rahasia kalian berdua...."

"Park Shin Hye? Dia sepupumu? Di mana dia sekarang?"

"Setahun yang lalu dia telah meninggalkan kita," nada suara Kim So Eun melemah.

Kim Bum mendongakkan kepalanya ke langit. Gara-gara kecelakaan itukah?

"Kau tak perlu merutuki dirimu sendiri, Kim Bum. Tanpa kau ketahui, sebenarnya kesehatan Park Shin Hye memang rapuh. Itu sebanya Ayahnya sangat ketat mengawasi. Ada kanker di otaknya. Dulu pernah dioperasi di Amerika, tapi kemudian tumbuh lagi. Operasinya yang kedua gagal."

Kim Bum menahan airmata yang hampa keluar.

"Setelah tahu itu semua, aku masih bersabar diri, Kim Bum. Aku ingin satu bentuk kejujuran darimu. Sebagai orang yang dekat, tadinya kupikir kau mau mengungkapkan itu semua. Tapi harapanku sia-sia. Dan itu menimbulkan ide gila untuk menganggumu...."

"Gadis bergaun biru itu?"

"Ya, gadis itu bagian dari permainanku. Tapi ternyata aku tak sanggup untuk terus mempermainkanmu. Tuntutan untuk jujur kepadamu sangat menyiksaku," Kim So Eun berupaya untuk tetap tegar mengeluarkan kata-katanya.

"Kau...."

"Apa pun pandanganmu padaku saat ini akan kuterima. Tapi beri aku kesempatan untuk mengantarkanmu melihat makam Park Shin Hye," Kim So Eun mulai tak kuat menahan isaknya. Ia tahu resiko paling berat apa yang akan diterimanya. Bisa saja Kim Bum membencinya lantas menjauhinya tanpa secuil maaf.

Tanpa diduga Kim Bum malah merengkuh Kim So Eun ke pelukannya. Tentu saja isak Kim So Eun semakin tak terbendung. Ia tumpahkan gundah yang mengganjal perasaannya selama ini.

"Aku yang salah, Kim So Eun. Aku bukan hanya tidak jujur pada hatiku sendiri. Aku telah mendustai banyak hal. Kesalahanku sangat banyak. Aku harus menebus sakit hati yang kubuat padamu. Aku... mencintaimu, Kim So Eun. Sesungguhnya perasaan itu timbul sudah lama. Tapi aku terlalu takut menghadapi resiko. Aku takut gurat luka yang ada di hatiku menganga lagi," tutur Kim Bum sambil mengusap uraian rambut Kim So Eun.

Kim So Eun mengangkat wajahnya. Jarinya menghapus airmata yang masih keluar. "Sebaiknya kita segera ke makam Park Shin Hye. Berdoa sejenak di makamnya barangkali akan menenteramkan hati kita berdua. Lagipula, kau kan harus kembali bergabung dengan timmu itu," kata Kim So Eun kemudian.

Kim Bum terperangah. Ia baru menyadari dirinya masih memakai kostum klub basketnya. Segera dirangkulnya bahu Kim So Eun dengan tangan kanannya.

"Ayolah, kita bergegas. Mudah-mudahan aku masih sempat membuat three point. Tembakan itu akan kubuat spesial untukmu," ucap Kim Bum dengan kelegaan yang tiada tara.

Entah ke mana larinya selubung yang menutup rapat hatinya. Entah ke mana hilangnya gurat luka itu.


Tamat
Copyright Sweety Qliquers

1 komentar:

  1. ini semacam oneshoot ye kalu dii gabungkan???StiLL Gud..aaaaaaaiii apa aja asal bumsso gak pernah Q Blg Jelek..wkwkwkk PLaaaaaaaK 4 me..Arigatouw 4 authoR

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...