Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 02 Juli 2011

Pura-Pura Cinta (Chapter 4)



Chapter 4
Di Balik Dendam


Kim Bum berjalan tergesa-gesa di koridor kampus. Wajahnya tampak serius. Tidak dihiraukan sapaan orang-orang. Ia terus berjalan hingga tiba di ruang yang dituju. Di dalamnya ada Jung So Min. Juga Kim So Eun. Mereka sedang asyik bercerita. Ketika Kim Bum masuk mereka berdua melihat ke arahnya.

“Aku ingin bicara!” Kim Bum berkata serius seraya menarik Jung So Min keluar.

“Apa-apaan ini?! Apa maumu?” Jung So Min berusaha melepaskan pegangan tangan Kim Bum, tapi tak bisa.

Genggaman Kim Bum begitu kencang.

Jung So Min akhirnya menurut. Kalaupun ia meronta-ronta, untuk melepaskan diri tidak akan bisa. Apalagi saat ini mereka telah berjalan di koridor. Jung So Min tidak mau menjadi pusat perhatian orang-orang.

Kim Bum membawa Jung So Min ke mobilnya. Dihempaskan Jung So Min di bangku depan.

Kim Bum pun segera masuk kedalam mobil. Belum hilang kagetnya Jung So Min, Kim Bum telah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jung So Min harus berpegang erat-erat di jok mobil karena tidak menngunakan sabuk pengaman. Kemana arah yang akan dituju Kim Bum? Tak ada yang bersuara. Mereka saling diam.

Kim Bum menghentikan mobilnya ketika mereka tiba di jalanan sunyi. Hanya ada satu atau dua buah mobil yang berlalu lalang.

“Apa-apaan kau ini? Kau bisa membuat kita mati.”

Itulah kalimat pertama yang dikeluarkan Jung So Min ketika Kim Bum sudah menepikan mobilnya. Jantung Jung So Min masih berdetak kencang. Tubuhnya masih gemetaran.

“Kau jawab dengan jujur! Kau mencintaiku atau tidak?”

Wajah Kim Bum tak memandang Jung So Min.

“Rupanya semalam belum jelas juga. Aku tidak pernah mencintaimu! Aku membencimu!” Jung So Min berangsur-angsur bisa mengatur nafasnya.

“Aku kan sudah mengatakannya padamu, kalau aku akan minta maaf. Aku benar-benar khilaf. Aku menyesal. Aku tidak tahu kalau akhirnya akan seperti ini…. Aku benar-benar tidak menyangka Park Shin Hye senekat itu.”

“Semua sudah terlambat. Termasuk permintaan maafmu itu.”

Jung So Min keluar dari mobil. Kim Bum juga, ia menahan Jung So Min yang akan pergi.

“Jung So Min,… kenapa sebegitu bencinya kau padaku? Itu semua sudah terjadi… sudah menjadi masa lalu….”

“Masa lalu…?! Masa lalu kau bilang? Bagiku, itu bukan masa lalu yang dilupakan begitu saja. Itu masa lalu yang membuatku dihantui rasa bersalah selamanya. Rasa bersalah karena tidak mampu menjaga orang yang aku sayangi dari pemuda brengsek sepertimu.”

Suara Jung So Min meninggi, matanya berkaca-kaca.

“Aku tidak tahu kalau Park Shin Hye begitu mencintaiku. Aku juga tidak tahu kalau dia begitu sakit hati. Aku mohon Jung So Min,… lupakan semua dendammu itu. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi. Aku janji…. Apa kau tidak merasakan perasaanku saat ini? Aku….”

“Perasaan….?” Jung So Min memotong. “Kau juga punya perasaan?! Tapi dimana perasaanmu ketika adikku memohon dan mengiba-iba kepadamu agar jangan memutuskan hubungan kalian?! Agar kau mau mencintai dia lagi. Dimana…?!”

“Aku tidak sekejam itu…” seru Kim Bum tak kalah kerasnya.

“Oh ya? Ketika malam itu kau janji akan bertemu adikku. Malam itu hujan lebat. Adikku dengan setia menunggu walau hujan lebat. Walau ia sudah basah kuyup. Tapi kau…? Kau tidak datang. Padahal kau sudah janji untuk datang dan memulai kembali hubungan kalian. Apa itu tidak kejam?”

Kim Bum hanya menunduk, tidak berani menatap Jung So Min.

“Kalau aku mau, Aku bisa saja membunuhmu atau apa. Tapi tidak. Aku ingin kau juga merasakan betapa sakitnya kalau orang yang kau cintai mengkhianatimu. Aku ingin kau menderita!”

Jung So Min hendak pergi.

“Jadi kau puas sekarang?” ujar Kim Bum.

Mereka saling membelakangi.

Kim Bum berkata tanpa menoleh ke arah Jung So Min.

“Sangat puas…” balas Jung So Min tanpa berbalik pula.

Jung So Min memberhentikan taksi.

Kim Bum masih berdiri kaku tak bergerak. Beberapa saat setelah Jung So Min menghilang, ia masuk ke mobil dan kembali mengendarainya dengan kencang.

* * *

Hubungan Jung So Min dan Kim Bum sudah berakhir hampir sebulan....

Kim So Eun sudah tahu hal itu.

Lalu Kim So Eun jadi sering menasehati Jung So Min agar mau kembali bersama Kim Bum. Nasehat yang tidak mempan. Putus tetap putus.

Semenjak putus dengan Jung So Min, Kim Bum berubah 360 derajat, malas kuliah, terus merokok, kadang mabuk-mabukan, dan emosional.

"Jung So Min... sekarang Kim Bum jadi sering mabuk-mabukan," bujuk Kim So Eun.

"Sering apa, hanya sekali kemarin itu saja," kata Jung So Min cuek.

"Dua kali!" ralat Kim So Eun.

“Sekali, dua kali, apa bedanya..." kata Jung So Min.

"Kenapa kau cuek saja dengan keadaan Kim Bum?"

"Ya. Aku tidak mau ambil pusing." jawab Jung So Min.

"Dia berubah seperti itu gara-gara dirmu, tahu kan?" Kim So Eun kesal.

Jung So Min tidak peduli. Bahkan ketika Baek Suzy, adik Kim Bum, datang untuk memberi kabar bahwa Kim Bum mengalami kecelakaan, Jung So Min sama sekali tidak mau tahu.

“Aku mau bicara denganmu, Eonni!”

Akhirnya Baek Suzy tanpa basa-basi lagi mendatangi Jung So Min.

Jung So Min hanya memandanginya sekilas, kemudian melanjutkan menyalin tugas Kim So Eun. Kim So Eun sedang ke perpustakaan.

“Ada perlu apa?” tanya Jung So Min tanpa menghentikan kegiatannya.

“Kim Bum Oppa kecelakaan, sekarang dia ada di Rumah sakit.”

“Apa hubungannya denganku? Kita sudah putus.”

“Eonni, Kenapa Kau begitu membenci Kim Bum Oppa? Kau benar-benar tega ya melakukan ini semua pada orang yang sayang padamu.” desis Baek Suzy.

“Kau pasti sudah tahu. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi."

“...Tapi peristiwa itu sudah lama berlalu. Kim Bum Oppa juga sudah menyesali itu semua. Kim Bum Oppa tidak pernah menyangka... kalau adikmu itu begitu mencintai Kim Bum Oppa.”

Jung So Min menghentikan kerjanya, dan memandang Baek Suzy dengan wajah marah.

“Oh jadi dia tidak tahu? Kalau begitu sama.… Aku juga tidak tahu, kalau dia begitu mencintaiku.” balas Jung So Min.

“Mengapa kau jadi jahat seperti ini, Eonni…? Tidak punya hatikah kau…?”

Jung So Min tersenyum dingin.

“Kau sadar, tidak? Kakakmu baru terluka begitu saja,... kau sudah memaki-maki aku. Bagaimana kalau kakakmu mati seperti adikku? Kau pasti akan melakukan hal yang sama sepertiku sekarang ini, iya kan? Atau mungkin kau langsung membunuhku atau apa.”

Jung So Min berlalu meninggalkan Baek Suzy.

Baek Suzy diam saja, tidak mencegahnya.

Lalu Kim So Eun masuk, dia celingukan, tidak menemukan Jung So Min. Dia hanya melihat Baek Suzy yang menangis di salah satu meja di sudut. Kim So Eun menghampiri, Baek Suzy kemudian menceritakan semua.

Malam ini Jung So Min sibuk sekali.

Banyak tugas yang belum ia selesaikan.

Jung So Min sibuk di depan komputer, menekan tombol-tombol keyboard, ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.

Kim So Eun yang datang.

“Hey…! Maaf tadi aku tidak menunggumu. Soalnya aku teringat kalau ada janji dengan Ibu mau mengantarnya ke rumah Bibiku, jadi….”

“Aku sudah tahu semua. Tidak usah bohong lagi.” potong Kim So Eun yang segera duduk di samping Jung So Min.

Kerja Jung So Min terhenti, kini dia berbalik memandang Kim So Eun.

“Maksudmu? Aku tidak…”

“Baek Suzy sudah menceritakan semuanya. Tentang Kim Bum. Tentang adikmu. Dan kejadian di kampus tadi. Aku sudah tahu semuanya.”

Jung So Min tidak mengomentarinya. Ia kembali sibuk dengan komputernya.

“Aku tidak menyangka kau bisa seperti ini, Jung So Min.… Tega sekali.”

Jung So Min belum bersuara. Ia diam saja.

“Kalau dari dulu aku tahu kau hanya mau membalas dendam, tentu aku tidak akan membiarkanmu mendekati Kim Bum. Aku…"

“Kau ini kenapa? Kenapa ikut campur urusanku?”

Jung So Min memotong penjelasan Kim So Eun.

“Bukannya aku mau ikut campur. Tapi kau sahabatku. Sudah seharusnya sahabat saling mengingatkan. Lagipula, apa kau tidak kasihan dengan keadaan Kim Bum sekarang? Sudah cukup pembalasan dendammu itu.”

“Oh, kenapa kau jadi membela pemuda brengsek itu? Dia itu tidak perlu dikasihani. Hmmm, aku jadi curiga,... jangan-jangan kau suka padanya?”

Jung So Min menatap curiga.

Kali ini Kim So Eun yang terdiam beberapa lama. Wajahnya merah.

“Ini bukan tentang perasaan. Siapa pun yang melihat sikapmu seperti ini, pasti akan tidak suka, apalagi aku, orang yang dekat sekali denganmu, dan tahu siapa kau sebenarnya.”

“Tapi bukan berati kau harus berpihak pada dia. Dan menyalahkanku, seolah aku yang menjadi penyebab semua ini. Padahal semua itu salahnya.”

“Semua itu sudah terjadi, Jung So Min. Apa setelah kau melakukan semua ini, membalaskan sakit hati adikmu, dia bisa hidup kembali?”

“Sudahlah, Kim So Eun. Kau tidak merasakan bagaimana menderitanya adikku karena pemuda itu. Lagipula, dia bukan adikmu, jadi kau…”

Jung So Min menghentikan penjelasanya. Ia berdiri, menuju ke arah lemari pakaian. Dibukanya salah satu laci lemari itu. Jung So Min mengambil sesuatu. Buku diary berwarna pink. Ia kemudian menghampiri Kim So Eun dan menyodorkan diary itu.

“Ini. Kau baca diary adiku ini supaya kau bisa merasakan bagaimana menderitanya dia karena si Kim Bum brengsek itu.” Nada bicara Jung So Min semakin tinggi.

Kim So Eun meraih buku itu dan mulai membacanya. Dan tidak sampai tiga menit ia sudah menutup kembali buku itu.

“Aku tidak perlu membaca seluruhnya untuk tahu bahwa adikmu tidak pernah membenci Kim Bum, seperti yang kau lakukan saat ini.”

Jung So Min tersentak.

Benar apa yang Kim So Eun katakan. Adiknya tidak pernah membenci Kim Bum. Park Shin Hye tidak menulis satu kata pun bahwa ia membenci pemuda itu. tapi…

“Tapi Park Shin Hye sakit hati, Kim So Eun. Dia sakit hati karena pemuda itu,“ suara Jung So Min parau.

“Jung So Min…” Kim So Eun menghampiri Jung So Min dan duduk lebih dekat lagi di tepi ranjang. “Park Shin Hye sakit hati bukan karena Kim Bum yang tidak mencintainya, tapi ia sakit hati karena cintanya yang terlalu besar terhadap Kim Bum.”

“Apapun itu, tapi…dia bunuh diri karena tidak mampu menanggung rasa kecewa dan sakit hatinya disebabkan oleh pemuda sialan itu.”

Jung So Min terus saja memaki Kim Bum.

“Park Shin Hye masih terlalu naïf untuk memahami arti cinta. Bagi dia cinta harus memiliki. Dia ingin ada timbal balik dari pengorbanannya selama itu bersama Kim Bum. Tapi kemudian dia sadar kalau cinta itu tak akan terbalas, jadi dia lebih memilih tak ingin menodai cintanya kepada Kim Bum dengan cinta siapa pun.”

Jung So Min menangis. Kim So Eun benar. Cinta adiknya kepada Kim Bum terlalu besar, hingga tidak ada tempat lagi untuk cinta yang lain, bahkan untuk Jung So Min kakaknya, dan kedua orang tuanya. Jung So Min benar-benar sedih. Tapi bukankah itu semua penyebabnya adalah Kim Bum?

“Kau yang lebih tahu tentang adikmu, Jung So Min. Aku rasa kau bisa jauh lebih memahami dia. Itu tadi hanya pandanganku saja, pandangan seseorang yang bahkan belum pernah bertemu dengan Park Shin Hye, adikmu. Pikirkanlah. Aku mau pulang dulu." Kim So Eun berjalan ke arah pintu.

Tiba-tiba Jung So Min berseru.

“Asal kau tahu. Aku tidak akan memaafkan Kim Bum.”

Kim So Eun berbalik sekilas.

“Aku tidak mau tahu tentang itu. Aku hanya tahu kalau Jung So Min yang aku kenal tidak seperti itu.”

Kim So Eun keluar dari kamar. Jung So Min tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Dia benar-benar bingung dengan perasaannya. Haruskah ia memaafkan Kim Bum? Bagaimana dengan sakit hati adiknya? Ah, tapi bukankah itu semua sudah terbalas? Kim Bum sudah merasakan kekecewaan itu. Apa lagi yang ia cari sekarang? Apakah ia harus menunggu kematian Kim Bum baru merasa puas? Tidak! Jung So Min tidak mau kehilangan orang yang ia cintai untuk kedua kalinya. Kim So Eun.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...