Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 02 Juli 2011

Pura-Pura Cinta (Chapter 2)



Chapter 2
Siasat Cinta

Hampir sebulan sudah Jung So Min berada di universitas ini.

Belum ada tanda-tanda kalau Kim Bum, si playboy itu, akan mengenalnya.

Caranya belum ditemukan. Jung So Min terus saja berpikir dan berpikir, mencari cara yang tepat untuk menaklukkan seseorang seperti dia.

Jung So Min sudah lumayan mengorek informasi tentang Kim Bum dari Kim So Eun, dan lambat laun dia mengenalnya walaupun belum secara langsung. Rupanya Kim So Eun dan Kim Bum tinggal bertetangga, dan mereka berteman sejak kecil.

Semakin lama mengamati Kim Bum, dan bersahabat dengan Kim So Eun, Jung So Min menjadi curiga. Jangan-jangan Kim So Eun sebenarnya menyukai Kim Bum?

Ah, mengapa harus ambil pusing dengan gadis-gadis yang menyukai Kim Bum? Kalaupun Kim So Eun juga menyukainya, mengapa harus pusing? Dendam itu belum terbalas, itu saja yang membuat Jung So Min resah. Jangan-jangan Kim Bum tidak akan pernah mengenalnya. Terlalu banyak gadis-gadis di sekelilingnya. Ah, tapi tampaknya hal itu tidak akan terjadi. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya Jung So Min menemukan siasat itu.

Siang ini, Jung So Min melihat Kim Bum berjalan sendirian.

Ini adalah suatu kesempatan langka untuk Jung So Min, suatu kesempatan yang ditunggu-tunggu. Biasanya dia pasti dikelilingi gadis-gadis fans club-nya atau sahabat-sahabat lelakinya. Dan Jung So Min tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Ia sengaja berjalan berlawanan arah dengan Kim Bum, dan sengaja pula menabraknya. Buku-buku di tangan Jung So Min jatuh berhamburan. Secara refleks mereka berbarengan memungutinya.

“Maaf,… aku benar-benar tidak sengaja” sahut Jung So Min seraya memberesi buku-bukunya. Kim Bum akan marah, tapi begitu melihat wajah cantik Jung So Min, dan sikap tak acuhnya, hatinya langsung luluh. Cukup lama ia memandangi wajah Jung So Min, dan Jung So Min pura-pura tidak tahu hal itu.

“Kau tidak marah, kan? Sekali lagi aku minta maaf. Aku benar-benar tidak sengaja…” kata Jung So Min. Dan rasa tak acuhnya itu benar-benar mengena. Selama ini, belum ada gadis yang bersikap seperti itu terhadap Kim Bum.

“Oh,… tidak apa-apa,” sahut Kim Bum gugup. “Kau anak baru, ya?”

"Ya. Aku baru" jawab Jung So Min datar.

“Kim Bum. Namaku Kim Bum." balasnya mengajak berkenalan.

“Aku Jung So Min.” Jung So Min cuma mengangguk, dan tidak membalas uluran tangan Kim Bum untuk beberapa lama. “Aku ada kuliah sekarang, jadi aku harus pergi. Sekali lagi maaf.”

Jung So Min sengaja berlagak cuek, agar Kim Bum penasaran. Dan memang benar. Baru beberapa langkah Jung So Min meninggalkannya, Kim Bum mulai memanggil.

“Hey…tunggu! Boleh aku minta nomor ponselmu?”

“Secepat ini? Lain kali saja.”

“Jangan salah paham. Ayolah. Masa tidak boleh aku mengenalmu lebih akrab? Tidak keberatan, kan?”

Jung So Min pun berpura-pura berpikir agar terlihat ragu. Lalu dia pergi begitu saja meninggalkan Kim Bum yang menahan gemas.

Besoknya Kim Bum mengejar-ngejarnya kembali, dan akhirnya Jung So Min menyebutkan angka-angka nomor handphone-nya yang segera dicatat oleh Kim Bum. Setelah mengucapkan terimah kasih, Kim Bum berlalu.

Semuanya sesuai skenario.

Jung So Min tersenyum sinis, mangsa sudah hampir didapatnya.

Sejak itu, Kim Bum rutin menelepon Jung So Min atau berkirim sms. Jung So Min terus saja bersikap dingin, dan Kim Bum semakin penasaran. Keakraban itu terbentuk, antara Jung So Min dan Kim Bum.

Lama-lama gadis-gadis di kampus itu tahu juga, termasuk Kim So Eun.

“Ternyata kau sudah kena rayuan Kim Bum, Jung So Min.”

Siang ini, Kim So Eun bertandang ke rumah Jung So Min.

“Kim So Eun,… Kim So Eun,…siapa yang merayu siapa? Kau salah informasi…” Jung So Min tertawa sembari geleng-geleng kepala.

“Katanya kau pacaran dengannya?”

“Siapa bilang?”

“Kata orang-orang di kampus.”

“Aku tidak pacaran dengannya.”

“Bohong….”

“Ya sudah, kalau tidak percaya tidak apa-apa.”

Tiba-tiba Pembantu rumah tangga Jung So Min masuk, membawakan minuman.

Perdebatan kecil di antara mereka terhenti sejenak. Ketika pembantu itu pergi, cukup lama juga mereka terdiam. Sampai akhirnya Kim So Eun berbicara, pelan.

“Sebagai sahabat, aku hanya mengingatkanmu saja. Hati-hati dengan Kim Bum itu. Dia pandai menaklukkan hati wanita sama mudahnya dengan membuat wanita itu patah hati.”

Jung So Min terdiam. Untuk sejenak dia teringat mendiang adiknya.

“Itu tidak akan terjadi pada diriku. Justru aku yang akan membuat dia merasakan bagaimana rasanya sakit hati.”

“Maksudmu?” Kim So Eun bertanya.

“Aku ingin membuat dia jatuh cinta dan takluk di hadapanku, kemudian aku akan membuatnya patah hati.”

“Apa bisa? Apa tidak sebaliknya?”

“Kita lihat saja nati.”

“Terserah kau saja…” Kim So Eun pasrah

Kim So Eun tidak tahu apa yang membuat Jung So Min begitu yakin kalau dia bisa menaklukan hati Kim Bum. Dia sama sekali tidak tahu Jung So Min punya dendam dan amarah kebencian terhadap Kim Bum.

Kesempatan itu datang.

Nampaknya siasat Jung So Min mengena, target yang ditujunya semakin terbuka lebar, hari ini, tahu-tahu Kim Bum mengungkapkan perasaannya pada Jung So Min.

Saat itu mereka sedang di kantin.

“Jung So Min, kau percaya tidak kalau aku bilang, aku suka padamu.”

Jung So Min tersendak mendengar ucapan Kim Bum.

Ia terbatuk–batuk beberapa lama.

Kim Bum menyodorkan air minum.

Sejujurnya Jung So Min memang sudah menduga cepat atau lambat akan ada pernyataan itu, tapi dia tidak menduga kalau Kim Bum akan nekat menyatakan cintamya di kantin. Ini lebih cepat dari yang diperkirakan.

“Aku tahu, reputasiku buruk di mata orang-orang. Terutama para wanita. Tapi ketika aku mengenalmu, ada sesuatu yang berbeda, yang selama ini tidak pernah aku rasakan. Aku juga bingung, kenapa bisa begini?” kata Kim Bum.

Tentu saja berbeda. Biasanya para gadis akan dari awalnya langsung menunjukkan antusiasme, atau bahkan mengejar-ngejar, sedangkan Jung So Min, cuek dan dingin. Kena dia.

Jung So Min mencibir.

“Pasti kau berkata begitu juga ke gadis-gadis incaranmu. Iya kan?”

“Aku sudah menebak, kau tidak akan percaya”, Kim Bum terus membujuk. Tantangan seperti ini tentu akan menimbulkan sensasi yang luar biasa kalau bisa dia taklukkan.

Jung So Min berpikir sejenak. Dia merasa, dia harus segera menerima cinta Kim Bum. Kalau berlama-lama, nanti keburu Kim Bum berubah pikiran. Walau begitu, demi untuk mempermainkan Kim Bum sedikit lagi, Jung So Min menawar lagi.

"Ini terlalu mendadak,... paling tidak aku perlu waktu tiga minggu untuk memikirkannya" kata Jung So Min.

"Tiga minggu? Lama sekali. Tidak bisa satu malam saja? Apa lagi yang mau kau pikirkan?" protes Kim Bum.

"Ya dudahlah, aku coba tiga hari." kata Jung So Min.

Akhirnya Kim Bum mengalah dengan wajah penasaran, dan bagi Kim Bum, menunggu tiga hari itu terasa sangat lama.

Pada hari ketiga, Kim Bum menunggu dari pagi buta, dan ternyata Jung So Min tidak datang ke kampus. Sepanjang hari Kim Bum mencari-carinya, tapi tidak berhasil. Sms pun tidak berbalas. Telepon tidak diangkat.

Besoknya lagi, Jung So Min datang ke kampus seperti biasa, tapi dia terus saja bersama teman-teman wanitanya. Ini disengaja, untuk sedikit menyiksa Kim Bum, dan siksaan itu berhasil.

Siang menjelang sore, barulah Kim Bum berhasil mencegat Jung So Min di kantin dan mereka berbicara berduaan.

"Dulu kau bilang tiga hari," kata Kim Bum membuka.

"Oh, kemarin aku sakit gigi." kata Jung So Min ringan.

"Kalau sekarang?"

"Aku harus mengatakan apa?" tantang Jung So Min.

Lalu Kim Bum mengulang permintaannya tempo hari.

“Kim Bum,… Kim Bum,… gadis mana yang tidak mau jadi kekasihmu? Hanya gadis tolol yang menolak cintamu. Dan aku bukanlah golongan gadis seperti itu.” Senyum Jung So Min sengaja dibuat-buat.

“Maksudnya, kau percaya kalau aku benar-benar suka padamu?”

Jung So Min tersenyum kecil.

Kim Bum memandangnya dengan tersenyum pula.

“Jadi kau mau jadi kekasihku, iya kan?”

Jung So Min menggangguk sok malu-malu.

“Aku berharap kali ini kau serius mencintai orang. Bukan sekedar dorongan hati sesaat. Baiklah, aku beri kau kesempatan itu, dan aku berharap kau tidak menyia-nyiakannya. Aku ingin kau serius!”

Kim Bum menggenggam tangan Jung So Min.

“Aku memang tidak tahu bagaimana rasanya cinta sejati itu. tapi aku ingin perasaan itu muncul untukmu. Aku mohon, ajari aku cinta sejati itu.”

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...