Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 02 Juli 2011

Pura-Pura Cinta (Chapter 1)



Chapter 1
Musibah Dan Dendam Itu

Jung So Min tiba di halaman rumahnya.

Ramai sekali, tapi orang-orang ini tampak sedih. Dari dalam rumah itu ada suara isak tangis. Jung So Min terus masuk ke dalam, hingga tiba di ruang dimana isak tangis itu berasal.

Di hadapannya kini terbujur kaku orang yang sangat disayanginya. Adik satu-satunya. Jung So Min mendekati jenazah itu. Nampak pucat. Air matanya langsung tertumpah. Jung So Min tak mampu menahannya. Sang Ibu yang tampak terpukul semakin tak bisa menahan tangis ketika Jung So Min mencium kening adiknya almarhum.

Tiba-tiba kepala Jung So Min pun terasa pening, semua berputar-putar. Penglihatannya gelap, dan dia kemudian pingsan di samping jenazah itu.

* * *

Hari telah malam……

Jung So Min masih lemas. Ia berbaring di kamar.

Pemakaman sudah dilakukan sore tadi.

Jung So Min tidak dibolehkan ikut mengantarkan jenazah sampai ke pemakaman karena fisiknya yang lemah. Air mata tak henti-hentinya mengalir dari mata indahnya itu. Tak disangkanya kalau adiknya nekat melakukan perbuatan ini. Bunuh diri. Ia bahkan tak bisa mendapati adiknya sebelum meninggal, ia hanya dikabari kalau adiknya koma karena mencoba bunuh diri. Namun setibanya di sini, adiknya benar-benar telah tiada.

Pintu kamarnya dibuka. Wajah Ayahnya yang tampak sedih berusaha tersenyum padanya.

“Kau belum makan apapun sejak tiba di sini. Ini Ayah bawakan makan malam untukmu.” Ayah mendekatinya. Nampan berisi makan malam diletakan di meja rias yang terletak di sebelah tempat tidur tempat Jung So Min berbaring.

“Kita relakan saja. Ini mungkin sudah menjadi takdir untuk Park Shin Hye”, lanjut ayahnya lagi. Jung So Min semakin tak bisa menahan tangis.

“Tapi kenapa, Yah? Kenapa dia tega…? Dia tega melakukan ini…. Dia tega meninggalkan kita semua….” Jung So Min terbata-bata di sela isak tangisnya.

Ayahnya hanya terdiam.

“Padahal… padahal kita semua akung padanya!”

“Ayah tahu. Ini berat untukmu, untuk kita semua. Tapi kita harus kuat menerima kenyataan, Jung So Min.”

“Aku benar-benar tidak menyangka. Dia nekat melakukan ini. Dia,… dia… nekat bunuh diri.”

“Memang, belakangan ini Park Shin Hye menjadi aneh. Dia mudah marah dan emosi. Sering menyendiri di kamar, malas makan, dan dia… dia benar-benar berubah dari gadis yang riang jadi pendiam. Ayah benar-benar tidak tahu apa penyebabnya, Ibu juga. Dia tidak mau menceritakan masalahnya.”

Jung So Min tidak tahu lagi harus berbicara apa.

Dia jadi menyesal kenapa dia harus kuliah jauh ke Amerika.

Kenapa dia tidak sekolah di sini saja, supaya bisa menjaga adiknya itu? Supaya bisa berbagi cerita, berbagi masalah dengan adik keakungannya itu. Jung So Min mulai menyalahkan dirinya.

“Kalau saja aku kuliah di sini, pasti Park Shin Hye masih hidup, iya kan, Yah!”

Ayahnya menggeleng.

“Itu sudah menjadi takdir. Kita tak boleh menyesali apalagi menyalahkan orang lain atau diri sendiri.”

Ayahnya berdiri dari tepi tempat tidur. “Kau sekarang makan. Ayah mau lihat Ibumu dulu.”

Jung So Min memandang kepergian Ayahnya.

“Ayo dimakan sopnya, nanti keburu dingin,” perintah sang ayah sebelum meninggalkan kamar Jung So Min.

Jung So Min memandang makanan yang ada di hadapannya. Dia benar-benar telah kehilangan selera makan. Jung So Min terus membayangkan saat-saat ia sedang bersama sang adik, mereka tertawa, menangis, bertengkar dan tidur bersama-sama. Rasa kehilangan itu amat dalam.

Jung So Min teringat sesuatu. Ia bergegas turun dari ranjang dan keluar kamar, menuju ke kamar Park Shin Hye. Ruangan ini gelap sekali. Lampu dinyalakan. Tidak banyak perubahan yang dilihat Jung So Min sejak ia tinggalkan setahun yang lalu. Poster-poster artis idola adiknya masih menghiasi dinding kamar itu, walaupun gambarnya berbeda dengan tahun lalu. Potret adiknya yang berukuran besar, terpampang indah di salah satu dinding kamar itu, foto Ayah dan Ibunya juga. Jung So Min pun ada. Jung So Min memandang seluruh ruangan itu.

Jung So Min berjalan menuju ruang belajar dan duduk di situ, membayangkan apa yang dilakukan adiknya terakhir kalinya di meja ini.

Diamati benda-benda yang ada di meja itu. Semua benda favorit adiknya. Mata Jung So Min mulai berkaca-kaca. Di bukanya laci meja, entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang akan ditemukannya.

Benar juga, ia menemukan buku diary pink milik adiknya. Dibukanya lembar demi lembar halaman diary itu. Hingga matanya tertuju pada tulisan besar di salah satu halamannya. “AKU JATUH CINTA”. Jung So Min mulai tertarik. Dibacanya halaman berikutnya. Semua peristiwa itu terjadi belum lama, beberapa bulan yang lalu, berdasarkan tanggal yang ditulis dalam diary tersebut.

Jung So Min mulai membaca dari halaman dimana Park Shin Hye mengatakan bahwa ia bertemu pemuda bernama Kim Bum. Park Shin Hye jatuh cinta pada pemuda itu. Mereka berpacaran dan Park Shin Hye bahagia sekali, begitu yang tertulis dalam diary itu.

Park Shin Hye juga menulis akhir dari kisah cintanya yang tidak bahagia, kekasihnya selingkuh dan memutuskan hubungan dengannya. Tapi Park Shin Hye tidak terima diputuskan begitu saja, ia benar-benar akung dengan pemuda yang bernama Kim Bum itu. Hidup ini terasa tak berarti bagi Park Shin Hye tanpa pemuda itu. Park Shin Hye juga menulis tentang perasaan sakit hatinya, saat melihat pemuda itu berpelukan dengan gadis lain, dan betapa cintanya Park Shin Hye sampai rela memohon kepada pemuda itu untuk tidak memutuskan hubungan mereka.

Jung So Min syok membacanya. Apalagi di halaman terakhir diary yang ditulis Park Shin Hye.

“Aku cinta Kim Bum. Seumur hidupku cinta ini akan kuberikan untuk dia seorang. Aku tahu dia sudah melupakanku, tapi bagiku melupakannya sungguh sesuatu yang tak akan bisa kulakukan. Aku sangat dan teramat menyayanginya, mencintainya, walaupun rasa itu sudah tak ada lagi dalam dirinya untukku. Aku tahu, aku bukan wanita sempurna yang ia miliki. Namun bagiku, dia adalah pemuda yang paling indah yang pernah ada di hidupku. Dia begitu sempurna menurutku dan juga gadis-gadis lainnya. Aku benar-benar sakit hati, kecewa, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Aku terlalu lemah untuk merebutnya kembali dari gadis lain. Aku berusaha untuk mengubur semua kenangan manis saat bersamanya. Mengubur semua cinta ini, tapi tidak bisa. Semakin aku sakit hati, semakin luka rasanya. Aku tak tahu bagaimana cara mengakhiri rasa sakit hati, juga rasa cinta ini. Mungkin dengan kematian.”

Jung So Min terpukul sekali. Tak terasa air matanya kembali bergulir.

Jung So Min seolah merasakan betapa sakit hatinya Park Shin Hye pada saat itu. Tiba-tiba timbul suatu kebencian yang mendalam dalam hati Jung So Min terhadap pemuda itu. Dialah penyebab kematian adiknya. Park Shin Hye nekat bunuh diri karena kecewa, sakit hati, karena ulah pemuda itu.

Jung So Min memeriksa kembali laci tempat diary itu. Lalu dia menemukan foto seorang gadis berseragam SMU sedang tertawa mesra dengan seorang pria tampan. Gadis di foto itu adalah adiknya, Park Shin Hye. Dan pemuda ini pastilah Kim Bum. Di belakang foto itu tertulis ‘My love, Kim Bum.’

Jung So Min terus memendangi foto itu. Rasa dendam dan benci muncul begitu saja di dalam hatinya. Ingin rasanya ia mencabik-cabik wajah pria dalam foto itu. Lalu Jung So Min berbicara memandang foto adiknya, dan berujar lirih, “Aku akan balas semua sakit hatimu, adikku" dan setelah itu Jung So Min keluar kamar.

* * *

Jung So Min turun dari mobilnya yang di parkir di depan gedung megah sebuah universitas. Demi dendamnya Jung So Min pindah kuliah ke universitas ini. Di situlah pemuda yang bernama Kim Bum itu kuliah.

Orang tua Jung So Min sempat keberatan, Jung So Min pindah dari Amerika dan kemudian kuliah di kota ini, tapi dengan berbagai alasan ia mencoba membujuk Ayah dan Ibunya. Dan akhirnya mereka pun setuju. Tinggallah Jung So Min anak mereka, maka semua keinginannya dituruti. Lagipula dengan Jung So Min berada di dekat mereka, sang Ayah dan Ibu berharap bisa cepat menghilangkan rasa trauma kehilangan Park Shin Hye.

“Permisi! Maaf, aku mau tanya, ruang kuliah jurusan desain, dimana ya?” tanya Jung So Min pada seorang gadis berambut panjang yang kebetulan lewat di sampingnya di koridor universitas itu.

“Kau mahasiswa baru? Jurusan desain?” wanita itu memandangi Jung So Min dengan tatapan bersahabat. Ramah.

Jung So Min mengangguk.

“Kebetulan. Aku juga jurusan desain. Kalau begitu, kita sama-sama saja!”

Gadis itu berjalan lebih dulu. Jung So Min mengikutinya.

“Aku Kim So Eun. Namamu sendiri, siapa?” tanya gadis itu lagi saat mereka berjalan di koridor menuju ruang yang mereka tuju.

“Jung So Min.”

“Pindahan dari mana?”

“Amerika.”

Kim So Eun terkejut mendengar jawaban Jung So Min. Dia kurang percaya.

“Malas tinggal jauh-jauh dari orang tua,” Jung So Min beralasan.

“Kalau aku jadi kau, mungkin aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu begitu aku diberi tawaran kuliah di luar negeri….”

Jung So Min memandang Kim So Eun sambil tersenyum.

“Benar, aku tidak bohong…” Kim So Eun menyakinkan dengan membentuk dua jarinya huruf V.

Mereka berbelok ke sebelah kanan. Langkah Jung So Min terhenti saat melihat sosok yang dikenali sebagai target pembalasan dendamnya. Kim Bum. Pemuda itu tengah asyik bercerita dengan seorang gadis. Kim So Eun juga ikut berhenti dan menoleh ke arah yang dilihat Jung So Min.

“Ya ampun…. Ternyata semua gadis itu sama.” Ucapan Kim So Eun, membuat tanda tanya di wajah Jung So Min dan Jung So Min berbalik memandangnya.

"Begitukah?"

“Iya. Semua gadis yang melihat wajah Kim Bum, pasti langsung terpesona. Bahkan mengedipkan mata pun tidak sempat, seperti gayamu tadi.”

Hmmm, nampaknya Kim So Eun salah paham. Pandangan Jung So Min tadi bukan pandangan penuh kekaguman terhadap wajah seorang pemuda tampan. Kalau saja dia tidak menahan diri, mungkin sudah ditamparnya pemuda itu. Jung So Min berusaha menguasai diri.

“Oh,…namanya Kim Bum…” Jung So Min berlagak terpesona.

Lalu mereka kembali melanjutkan berjalan kaki.

“Seluruh mahasiswa di kampus ini kenal siapa dia. Playboy nomor satu.”

“Dari wajahnya sudah kelihatan. Dia anak mana?”

“Teknik industri. Nah ini gedung desainer. Kau kuliah apa hari ini?’

Jung So Min pun menyebutkan mata kuliahnya. Dan ternyata sama dengan Kim So Eun. Kim So Eun menunjukan ruangan yang dimaksud dan masuk ke dalam diikuti Jung So Min. Tampak beberapa mahasiswa lain telah berada di ruangan itu. Kim So Eun mengajaknya duduk bersebelahan dan Jung So Min menurut.

Pertemanan itu berkembang begitu saja.

Jung So Min terus mengorek keterangan tentang Kim Bum.

“Apalagi keistimewaan Kim Bum, selain wajahnya yang tampan?”

“Dia aktivis kampus. Pernah memimpin BEM fakultas… Anak orang kaya….”

*) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang merupakan lembaga eksekutif di tingkat Universitas atau Institut. Dalam melaksanakan program-programnya, umumnya BEM memiliki beberapa departemen.

Organisasi mahasiswa intra kampus selain BEM, adalah Senat Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa Jurusan. Ada atau tidaknya masing-masing, bergantung pada perkembangan dinamika mahasiswa di setiap kampus.

“Kenapa gadis–gadis itu mau saja dipacari olehnya?”

“Gadis-gadis itu yang mengejar-ngejar dia. Tentu dia sebagai pemuda normal tidak mungkin menyia-nyikan kesempatan seperti itu.”

“Kau juga pernah jadi kekasihnya?”

Kim So Eun tersenyum. Wajahnya bersemu merah.

“Aku bukan tipenya….”

Jung So Min akan bertanya lagi, kalau saja dosen belum masuk.

Jung So Min melaporkan kepindahan dirinya.

Dan begitulah, selain mendapat teman baru, hari itu Jung So Min mendeklarasikan perangnya diam-diam terhadap Kim Bum itu. Dendam itu harus terbalaskan, bagaimana pun caranya....

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...