Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 04 Juli 2011

Biarkan Hati Bicara (Chapter 6)



Chapter 6
Cinta Oh Cinta...

”Ini semua karena aku, kan?”

Malam harinya, Kim Bum dan Kim So Eun kembali bertemu.

Kim So Eun berkali-kali harus merapikan anak rambutnya yang dipermainkan angin malam. Walaupun angin tidak begitu kencang, mampu menerbangkan beberapa helai rambutnya yang dibiarkan tergerai. Kim Bum sesekali mencuri pandang ke arahnya, sembari menunggu jawaban atas pertanyaannya barusan.

Kim So Eun terlihat menikmati halaman rumahnya yang redup, agak gelap, seolah tak mendengar pertanyaan Kim Bum.

“Dari awal, hubunganku dengan Kim Hyun Joong sudah tidak mulus. Orang tuaku sudah sejak awal tidak suka dengan hubungan kami.”

Kim Bum diam saja. Dia menduga, sebenarnya bukan karena status Kim Hyun Joong yang cuma seorang fotografer yang membuat orang tua Kim So Eun tidak setuju. Tapi karena perjodohan ini. Orang tua Kim So Eun telah lama terikat dengan ayah Kim Bum untuk menjodohkan Kim So Eun dengannya. Dan orang tua Kim Bum bukanlah orang sembarangan. Tapi Kim Bum tidak mau menceritakan dugaannya itu.

Kim Bum tidak ingin Kim So Eun menjauh darinya hanya karena masalah ini.

“Kau kelihatannya cinta sekali padanya?”

Kim Bum memperhatikan reaksi Kim So Eun. Kali ini wajah Kim So Eun lebih serius lagi.

“Hampir tiga tahun, Kim Bum, aku bertahan. Bukan hanya rasa cinta dan sayang lagi yang dibutuhkan. Tapi juga kepercayaan. Walau kadang aku sendiri tidak tahu kemana akhirnya arah hubungan ini. Kim Hyun Joong terus menyakinkanku, kalau kami berdua akan berakhir dengan pernikahan. Dialah orang yang membuatku optimis dalam hubungan ini.”

“Memang harus optimis…” guman Kim Bum lebih seperti untuk dirinya sendiri.

“Dari pertama bertemu, apa kau langsung suka padanya?” tanya Kim Bum lagi.

"Oh, mengapa tanya begitu?" Kim So Eun protes.

“Sekedar ingin tahu saja. Ya, sudahlah kalau tidak mau jawab."

Mereka berpandangan lagi.

“Cinta pada pandangan pertama maksudmu?” Kim So Eun menajamkan mata.

Kim Bum mengangguk.

“Tidak. Kim Hyun Joong tidak berhenti mengejar, sampai hatiku luluh. Dia orang yang pantang menyerah. Itu yang membuatku suka padanya. Dan setelah lama mengenalnya, aku menjadi begitu menyayanginya. Aku mulai mencintainya.”

“Cinta memang aneh…” guman Kim Bum.

Suara deringan dari ponsel Kim So Eun mengagetkan mereka berdua. Kim So Eun meraihnya. Baru saja mengucapkan salam pembuka, tiba-tiba wajah Kim So Eun menegang. Ia hanya mendengarkan suara di seberang berbicara. Walau tak berkata apa-apa, air mukanya menunjukan sesuatu yang buruk telah terjadi.

Kim Bum memperhatikannya.

“Kim Hyun Joong kecelakaan…”

Air mata Kim So Eun tak terbendung lagi.

Butuh waktu 20 menit bagi Kim So Eun dan Kim Bum untuk tiba di Rumah Sakit tempat Kim Hyun Joong dirawat. Mereka berjalan tergesa-gesa di koridor Rumah Sakit, mencari kamar perawatan Kim Hyun Joong.

Beberapa lama kemudian, akhirnya mereka menemukan ruangannya.

Ada dua orang yang dikenal Kim So Eun sebagai teman-teman Kim Hyun Joong, menunggu di depan ruangan itu.

“Bagaimana kondisi Kim Hyun Joong?” tanya Kim So Eun.

“Dia sedang dirawat. Tenang saja,” kata Jung Yong Hwa salah satu teman Kim Hyun Joong. Teman Kim Hyun Joong yang satu lagi, yang Kim So Eun tahu bernama Lee Hong Ki tertunduk lesu di kursi. Terlihat sedang berdoa. Kim Bum mendekati Kim So Eun berusaha menenangkan dengan merangkul lembut bahu gadis itu.

“Kau tidak usah takut. Aku yakin dia akan baik-baik saja. Ayo duduk dulu. Tenangkan dirimu.”

“Orang tuanya sudah dikabari?” Kim So Eun tak menggubris ajakan Kim Bum. Ia kembali bertanya pada Jung Yong Hwa.

“Baru besok mereka bisa datang.”

Kim So Eun masih terlihat gusar, cemas.

Kim So Eun terus berdiri, sementara Kim Bum telah duduk di samping Lee Hong Ki yang sedari tadi sibuk berdoa. Kim Bum tak tahu lagi harus berbuat apa supaya Kim So Eun tenang. Kim Bum melirik jam tangannya.

Sudah pukul sebelas malam.

Kim Bum sesekali memandangi Kim So Eun, yang terlihat ingin menangis.

Seandainya, tidak ada kedua teman Kim Hyun Joong, Kim Bum akan memeluk gadis itu untuk menenangkan hatinya.

Sudah hampir setengah jam mereka di situ, belum ada tanda-tanda pintu ruangan UGD itu akan terbuka. Jung Yong Hwa akhirnya duduk, hanya Kim So Eun yang masih bertahan untuk berdiri sembari menyandarkan punggungnya di tembok.

Kim Bum mulai merasa matanya berat. Rasa kantuk menyerangnya. Dan akhirnya ia tertidur.

Kim Bum tertidur beberapa lama, lalu terbangun.

Ia dikejutkan oleh suara tangisan. Di sekelilingnya bukan lagi Kim So Eun dan kedua teman Kim Hyun Joong, tapi sepasang suami istri. Sang suami berusaha menenangkan tangis sang istri.

“Maaf, suster…pasien yang semalam masuk UGD karena kecelakaan, bagaimana kondisinya?”

Kim Bum mencegat suster yang melintas.

“Dia sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Operasinya sudah berjalan dengan baik. Masa kritisnya sudah lewat, tapi dia masih belum sadarkan diri.”

“Dirawat di ruang mana, Suster…?”

”Ayo, mari saya antar ke sana.”

Kim Bum menjajari langkah suster. Diliriknya Arlojinya, sudah pukul 5 pagi. Semalam rupanya ia tertidur. Dan Kim So Eun terlalu panik sampai lupa membangunkannya. Atau dia tidak mau mengganggu tidurnya.

Kim Bum yakin Kim So Eun masih ada di Rumah Sakit ini menunggui Kim Hyun Joong.

Suster tersebut mengantarkan Kim Bum hingga ke depan pintu. Dan setelah Kim Bum mengucapkan terima kasih, sang suster berlalu.

Kim Bum meraih ganggang pintu dan mau membukannya, namun urung begitu mendengar suara Kim So Eun terisak-isak. Dari luar Kim Bum menguping.

“Maafkan aku, Oppa… aku mohon maafkan aku… Ini semua salahku. Aku mohon, bangunlah Oppa. Sadarlah, Oppa!”

Kim So Eun terlihat menggenggam lembut tangan Kim Hyun Joong.

Kondisi Kim Hyun Joong sendiri terlihat sudah terawat rapi. Kepalanya terlilit perban. Lengannya terinfus. Kim Hyun Joong seperti tertidur lelap. Tak bereaksi sedikit pun.

“Aku mencintaimu, Oppa. Aku mohon… jangan membuatku takut, bangunlah. Kau harus bangun!”

Kim So Eun masih menangis. Kim Bum terus menguping di celah pintu.

“Aku akan turuti semua keinginanmu, Oppa. Aku janji tidak akan memaksamu untuk berbaikan dengan Kim Bum. Aku berjanji, Oppa!”

Kim Bum membuang muka mendengarnya.

Beberapa lalu, akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk.

Kim So Eun agak terkejut dengan kehadirannya.

“Kau belum tidur semalaman? Istrahatlah saja dulu. Biar aku yang jaga dia.”

“Tidak usah. Aku ingin menjadi orang yang pertama dia lihat saat dia sadar,” kata Kim So Eun dengan suara bergetar.

Ada getar cemburu di hati Kim Bum.

“Kau juga harus istrahat. Pikirkan dirimu juga,” katanya.

“Aku tidak apa-apa.”

Kim So Eun meletakan tangan Kim Hyun Joong dipipinya. Air matanya dibiarkan mengalir. Hanya sesekali disekanya. Perasaan Kim Bum bergetar.

“Ya sudah kalau begitu. Biar aku belikan kau makanan. Oh, ya, orang tuamu sudah kukabari, supaya mereka tidak cemas.”

Lalu Kim Bum pun keluar dengan perasaan yang tak terlukiskan. Kim So Eun tak berkomentar apa-apa. Ia kembali mengamati Kim Hyun Joong.

Genggamannya di tangan Kim Hyun Joong semakin erat.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...