Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 04 Juli 2011

Biarkan Hati Bicara (Chapter 5)



Chapter 5
Di Antara Dua Hati


Hampir seminggu setelah insiden perkelahian itu, Kim So Eun akhirnya mau menemui Kim Hyun Joong. Padahal hari-hari sebelumnya, semua telfon, sms dari Kim Hyun Joong tidak ditanggapinya. Ia pun menghindari Kim Hyun Joong, setiap kali pemuda itu datang menjemputnya ke kantor.

Malam ini Kim So Eun melunak.

Diterimanya ajakan Kim Hyun Joong untuk bertemu di sebuah kafe.

Dari sikap dinginnya, Kim Hyun Joong tahu Kim So Eun masih kesal padanya. Tapi Kim Hyun Joong sudah cukup senang dengan kehadiran Kim So Eun.

”Terima Kasih… Kau mau datang, Kim So Eun. Aku benar-benar menyesal atas insiden pemukulan itu. Aku benar-benar minta maaf. Sungguh aku menyesal…”

Kim Hyun Joong bersungguh-sungguh
“Masalah itu… sudah aku maafkan.”

Kim Hyun Joong sumringah mendengarnya.

Ternyata kalimat Kim So Eun masih berlanjut.

“Ada satu hal, yang masih belum bisa aku terima dan aku butuh penjelasan.” Kim So Eun memandang lekat-lekat wajah Kim Hyun Joong yang nampak bingung.

“Kenapa, kau berbohong padaku? Kau bilang tidak pernah kenal dengan Kim Bum sebelumnya…”

Kim Hyun Joong kaget.

“Itu… aku…”

“Kim Bum sudah menceritakan semuanya. Tentang masa SMA kalian.”

Kim Hyun Joong mencibir. Kata-katanya mulai terdengar sinis.

”Pasti dia menceritakan tentang dirinya yang begitu hebat. Sang juara umum, penakluk wanita. Dan aku…aku adalah orang yang iri dengan semua yang dia punya, iya kan?”

Kim So Eun gemas.

“Tidak! Kim Bum sama sekali tidak seperti itu. Dia tidak bercerita seperti itu.”

Kim So Eun melihat raut Kim Hyun Joong penuh tanya.

Dia lihat, Kim Hyun Joong dan Kim Bum begitu berbeda memandang masa lalunya.

“Kim Bum justru bilang kalau dialah yang iri padamu. Berusaha menjatuhkanmu. Mencuri karya tulis-mu, merebut gadis yang kau sukai. Dia bilang, dia orang yang paling tidak suka dengan keberhasilanmu.”

Kim Hyun Joong terdiam. Tidak disangka Kim Bum akan menceritakan semua itu.

“Dan Kim Bum juga mengungkapkan penyesalan. Ia sangat menyesal karena telah mencuri karyamu. Dia menyesali semua kenakalannya semasa SMA.”

“Dan kau percaya?” Kim Hyun Joong masih bernada sinis.

Kim So Eun mengernyit.

“Dia itu orangnya licik…” lanjut Kim Hyun Joong.

“Sampai kapan kau menyimpan dendam seperti ini, Kim Hyun Joong.”

Kali ini Kim So Eun tidak menyebut Kim Hyun Joong dengan panggilan Oppa.

“Dia itu licik, Kim So Eun. Jahat, ambisius. Dia akan melakukan apapun agar apa yang diinginkannya bisa tercapai. Dan kau dengan mudahnya saja menerima penjelasan kalau dia sudah menyesali semua tindakannya dulu. Tidak, Kim So Eun! Aku tidak bisa sepertimu. Aku tahu betul siapa Kim Bum. Ah, dan jangan-jangan ayahnya mendapatkan kekuasaan dan kesuksesannya juga karena bersifat seperti itu, atau lebih lagi.”

"Kenapa kau jadi menuduh?"

"Siapa tahu?"

“Jadi, mau sampai kapan kau menyimpan dendam terus-terusan seperti ini? Sampai kapan, Oppa?”

“Kau mau bertemu denganku hanya mau menyampaikan pernyataan penyesalan dari Kim Bum?” tanya Kim Hyun Joong.

“Ya, itu juga. Tapi lebih dari itu, ini demi hubungan kita, Oppa. Kim Bum bisa membantu agar orang tuaku bisa setuju dengan hubungan kita. Ayolah, berpikirlah positif.”

Kim Hyun Joong mencibir.

“Kau begitu percaya padanya. Asal kau tahu, aku memukul dia waktu itu, karena dia bilang dia akan merebutmu dari aku. Dia menantang supaya aku mau bersaing mendapatkanmu.”

“Kau pukul Kim Bum karena dendammu. Bukan karena aku.”

“Ada apa denganmu, Kim So Eun? Kau lebih percaya dia yang baru dua bulan kau kenal dibandingkan aku yang sudah hampir tiga tahun bersama?”

“Aku lebih suka kalau kau berkata jujur!”

Kim So Eun beranjak pergi. Dan berbeda dengan Kim Bum, Kim Hyun Joong sama sekali tak menahan kepergiaannya. Kim Hyun Joong tidak suka dengan sikap Kim So Eun yang begitu mempercayai Kim Bum. Pertemuan malam ini seharusnya memperbaiki kembali hubungan mereka berdua, namun ternyata masing-masing saling mengutamakan ego. Tak ada yang mau mengalah.

* * *

Jumat sore....

“Kim So Eun? Aku pikir kau sudah tidak mau lagi bertemu denganku.”

Kim Bum terkejut dengan kehadiran Kim So Eun di rumahnya sore itu. Kim So Eun masih menggenakan pakaian kerja.

“Aku tidak enak saja menghadapi orang tuaku yang terus menerus menanyakan kenapa kau tidak datang lagi ke rumah.”

“Oh… ternyata karena itu. Aku pikir kau benar-benar merindukanku.”

Kim Bum bercanda. Kim So Eun hanya tersenyum kecil.

Mereka bertatapan. Mata bertemu mata.

"Bagaimana memar-memarmu?”

Kim So Eun mengamati bagian wajah Kim Bum yang dulu memar akibat pukulan Kim Hyun Joong. Sentuhan tangannya lembut.

“Sudah hilang. Oh, ya? Bagaimana kau dengan Kim Hyun Joong? Sudah baikan?”

“Dia masih tidak bisa melupakan dendamnya.”

“Aku bisa mengerti. Susah sekali untuk percaya pada orang yang sudah membuat hidupmu susah. Wajarlah kalau sikap Kim Hyun Joong seperti itu. Aku terima.”

“Bagaimana perasaanmu, waktu pertama kali tahu kalau aku adalah pacar Kim Hyun Joong, musuh lamamu?”

Kim Bum menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Bingung mau menjawabnya. Kim So Eun menunggu.

“Tidak menyangka akan bertemu lagi dengannya. Itu saja.”

“Apa benar, kau mau merebut aku dari Kim Hyun Joong? Makanya dia memukulmu.” Kim So Eun meneruskan intograsinya.

Kim Bum tertawa lucu sebelum menjawab. Untuk sejenak ia memandang Kim So Eun yang masih bersikap serius.

“Aku hanya bermaksud menggoda dia. Hanya sebuah candaan belaka. Tidak disangka dia menanggapi serius.”

“Apa aku bisa percaya dengan pengakuanmu ini?”

Kim Bum begitu santai menanggapi ketidakpercayaan Kim So Eun.

“Kalaupun aku berniat merebutmu dari dia, apa untungnya bagiku? Hanya untuk balas dendam? Tidak! Aku tidak akan melibatkanmu dalam pertikaian antara aku dan dia. Kau tidak salah apa-apa."

“Aku harap itu jujur dari dalam hatimu, Kim Bum.”

Kim Bum tersenyum menenangkan.

“Aku memang baru dekat denganmu. Entah kau mau percaya atau tidak, aku selalu berusaha jujur. Aku tidak tahu kenapa? Aneh juga. Ada rasa takut kau terlibat dalam permasalahan antara aku dan Kim Hyun Joong jaman dulu.”

“Mau tidak mau, aku sudah terlibat,” ujar Kim So Eun pelan.

Kim Bum tak berkomentar.

Keduanya diam beberapa saat.

“Kau mau berbaikan dengan Kim Hyun Joong?” tanya Kim So Eun tiba-tiba.

Kim Bum sedikit terkejut.

“Pertanyaan itu seharusnya untuk Kim Hyun Joong. Bukan untukku.”

“Tapi kau mau, kan?”

“Demi kau, aku mau…”

Kim So Eun tersenyum lega.

Ada desir-desir aneh menderanya. Padahal kata-kata Kim Bum terdengar wajar. Bukan bernada rayuan. Kim So Eun menepis semua prasangka yang bukan-bukan. Dia tidak mungkin suka pada pemuda di hadapannya ini.

Hubungan Kim Hyun Joong dan Kim So Eun, masih juga belum kembali normal. Keduanya masih perang dingin. Belum ada yang berniat untuk mengakhiri persoalan yang ada. Kim Hyun Joong masih tidak suka dengan sikap Kim So Eun yang begitu mudah percaya pada Kim Bum. Dan sebaliknya, Kim So Eun masih menunggu Kim Hyun Joong untuk minta maaf lebih dahulu dan mau berbaikan dengan Kim Bum.

Situasi seperti ini tentu lebih menguntungkan Kim Bum. Kini, Kim Bum dan Kim So Eun bisa semakin dekat dan akrab. Kim So Eun menjadi lebih terbuka. Bahkan, kadang kala, sikap manja dan kekanak-kanakannya muncul. Padahal, sikap seperti itu tidak pernah diperlihatkannya jika sedang bersama Kim Hyun Joong. Kim Bum pun demikian, sikapnya pada Kim So Eun tidak dibuat-buat. Natural, apa adanya. Kim Bum tidak pernah membuai Kim So Eun dengan rayuan-rayuan gombal seperti yang biasa ia lakukan pada gadis-gadis lain yang pernah dekat dengannya.

* * *

“Kim Bum..! Kenapa sampai sekarang kau belum punya pacar? Coba kalau kau punya, pasti kau tidak akan dijodohkan seperti ini.”

Kim So Eun dan Kim Bum sedang menikmati es krim setelah capek berkeliling mall mencarikan hadiah untuk adik Kim So Eun, Park Shin Hye, yang akan berulang tahun.

“Tidak ada yang mau.” Kim Bum menjawab enteng.

“Benarkah? Masa tidak ada yang mau dengan seorang manajer pemasaran sepertimu?”

“Buktinya, aku harus dijodohkan segala. Itu tandanya aku tidak laku.”

“Bukannya kau yang terlalu pemilih?”

“Mungkin juga. Masalahnya, cari wanita baik di zaman sekarang, susah!”

“Menurutmu aku gimana? Termasuk gadis baik, tidak?”

Kim So Eun menggoda, Kim Bum terlihat salah tingkah.

“Baik. Tapi sayang… suka jaim.”

“Aisshh… Kapan aku jaim? Aku selalu tampil apa adanya!“ Kim So Eun cemberut.

Senyum Kim Bum semakin lebar.

“Dandannya lama, makannya banyak, sok tegar, suka ngorok…”

“Aigoo... Kapan aku ngorok?” Kim So Eun melemparkan stik es krim ke arah Kim Bum. Kim Bum tak kuasa menahan tawa melihat bibir Kim So Eun yang manyun. Saking asyiknya bercanda, tanpa mereka sadari Kim Hyun Joong telah berdiri di dekat meja mereka.

“Sedang apa kau di sini, Kim So Eun?”

Suara itu membuat Kim So Eun menoleh.

Kim Bum menghentikan tawanya.

“Kim Hyun Joong Oppa…!!”

“Pantas sekarang kau sudah tidak pernah lagi menghubungiku. Rupanya sudah keasyikan jalan dengannya.”

Sekilas Kim Hyun Joong memandang Kim Bum dengan tatapan tak suka.

“Kau ini bicara apa, Oppa? Kim Bum cuma mengantarku mencari kado untuk Park Shin Hye saja.”

Kim Hyun Joong menghampiri Kim Bum dan mencengkeram baju Kim Bum.

Kim So Eun panik.

”Oppa, apa-apaan, kau ini? Lepaskan dia!”

Kim Hyun Joong tak menggubris.

“Ini akal-akalanmu, kan? Kau senang kan, sekarang karena sudah merusak hubunganku dengan Kim So Eun. Dasar manusia licik!”

Kim Bum menahan amarahnya. Wajahnya memerah.

“Tolong lepaskan! Kasihan Kim So Eun, malu dilihat orang banyak kalau kita berkelahi di sini…”

Kim Hyun Joong melepaskan tangannya dari kemeja Kim Bum.

Kim Bum bangkit dan berpamitan pada Kim So Eun.

“Aku pulang duluan.” Kim Bum bergegas pergi.

Kim So Eun membuang muka saat Kim Hyun Joong duduk di hadapannya.

“Aku minta maaf, Kim So Eun. Aku ingin kita seperti dulu lagi. Aku merindukanmu.”

Kim So Eun tak menggubris.

“Aku tidak mau masalah di antara kita berlarut-larut seperti ini. Aku ingin agar semua masalah ini cepat selesai, dan kita bisa seperti dulu lagi.”

“Kenapa kau begitu membenci Kim Bum?” Kim So Eun buka suara.

“Kim Bum lagi… Kim Bum lagi…. Kenapa harus dia terus yang harus dibahas?”

Kim Hyun Joong kembali emosi.

“Karena masalahnya memang dia! Kalau kau mau berbaikan dengan dia, kita tidak akan bertengkar terus seperti ini. Apa susahnya, berdamai?”

“Kau memaksaku untuk berbaikan dengannya? Memang dia siapamu? Oh, maaf aku lupa! Dia adalah calon suamimu…” Kim Hyun Joong semakin emosi.

“Aku dan Kim Bum hanya berteman. Jadi tidak usah berprasangka yang bukan-bukan. Jujur, aku senang jalan dengannya. Dan Kim Bum juga tahu, kalau aku cuma menganggap dia sebagai teman. Tidak lebih. Karena itu, aku tidak mau hubungan pertemanan ini jadi putus, hanya gara-gara dendam masa lalumu dengan Kim Bum. Asal kau tahu, dia bersedia berbaikan denganmu.”

Kim Hyun Joong merenungi penjelasan Kim So Eun itu. Ia tak berkomentar.

“Aku harap, kau mau mempertimbangkan penjelasanku barusan.”

Kim So Eun berlalu. Kim Hyun Joong hanya memandangi kepergiannya. Dan berdamai dengan masa lalu itu kadang tidaklah mudah.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...