Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 04 Juli 2011

Biarkan Hati Bicara (Chapter 4)



Chapter 4
Antara Cinta Dan Ego


Kim Bum menikmati tiap hisapan rokoknya. Sesekali diliriknya arloji di pergelangan tangannya. Sudah hampir 10 menit, tapi orang yang mengajaknya bertemu di tempat ini belum juga muncul. Si pelayan sedari tadi telah menawarkan makanan, namun ia hanya memesan secangkir kopi. Dan ketika akhirnya orang yang ditunggu terlihat di pintu masuk, ia mematikan rokoknya.

”Aku pikir kau tidak berani datang?” Kim Bum langsung menyerang begitu Kim Hyun Joong menghampirinya. Kim Hyun Joong memilih duduk berhadap-hadapan dengan Kim Bum.

“Aku bukan pecundang atau pengecut…” Kim Hyun Joong menatap dingin ke arah Kim Bum.

“Baiklah…apa alasanmu mau bertemu denganku di sini?” Kim Bum enggan berbasa-basi lagi.

“Aku minta kau jauhi Kim So Eun. Dia milikku!”

Kim Bum tertawa mengejek.
“Dari SMA kita sudah ditakdirkan bersaing. Masih ingat, kan?”

“Aku tak akan pernah melupakan itu.”

“Nah, Bagaimana kalau saat ini kita juga bersaing? Bersaing secara sehat.”

“Kau orangnya licik. Aku tahu itu. Kata bersaing secara sehat tidak pernah ada dalam kamusmu.” Kim Hyun Joong berupaya bersikap tenang. Walaupun sebenarnya ingin sekali menonjok wajah Kim Bum saat itu juga.

“Itu sudah 10 tahun. Aku sudah berubah.”

“Ciiih…” Cibir Kim Hyun Joong “sekali pencuri, tetap punya niat untuk kembali mencuri.”

Wajah Kim Bum berubah tegang.

“Kau pikir, kau sudah menang? Kau boleh memiliki cinta Kim So Eun. Tapi aku bisa merebut dia dari sisimu dengan mudah. Aku tinggal bilang pada ayahku atau orangtuanya bahwa aku mau menikahi anaknya. Maka, dengan sekejap Kim So Eun menjadi milikku. Dan, kau… aku tidak perlu lagi menghancurkan wajahmu seperti dulu, karena hatimu yang akan hancur!”

Kim Hyun Joong akhirnya tak bisa menahan emosi. Tak pelak lagi, sebuah bogem mentah mendarat di wajah Kim Bum. Kim Bum yang tidak siap menerima serangan itu, ambruk seketika di lantai. Kim Hyun Joong tak berhenti memukulinya dan tak membiarkan Kim Bum yang sudah tersungkur di lantai untuk membalas.

Para pengunjung lain terkejut dengan perkelahian itu, beberapa di antaranya dibantu dengan para pelayan berusaha menahan Kim Hyun Joong untuk berhenti memukuli Kim Bum yang terbaring di lantai.

Saat terlerai, Kim Hyun Joong baru sadar bahwa di antara kerumunan itu, ada Kim So Eun.

Kim So Eun segera mendekati mereka berdua.

“Oppa?"

Kim So Eun menatap marah ke arah Kim Hyun Joong yang masih ngos-ngosan.

Sebuah tamparan keras melayang di pipinya.

“Kau pikir kau hebat? Kau jagoan? Ini kekanak-kanakan, tahu tidak!”

Kim So Eun menahan tangis dan emosinya.

Dia tak menyangka akan mendapati peristiwa ini.
Ketika ia mendapat sms dari Kim Bum yang menyatakan bahwa ia akan bertemu dengan Kim Hyun Joong, ia sudah merasa tidak tenang. Kim So Eun merasa akan terjadi sesuatu yang buruk. Dan ternyata dugaannya tidak meleset. Yang lebih menyakitkan lagi adalah, karena Kim Hyun Joong yang terlihat memulai semua ini. Ia tidak menyangka Kim Hyun Joong berani mencelakai Kim Bum. Kim So Eun jadi merasa bersalah terhadap Kim Bum. Lalu teringat ayah-ibunya. Gara-gara ini, bisa-bisa mereka sekeluarga harus berurusan dengan orang tua Kim Bum. Oh, tidak. Tidak ada orang yang mau berbenturan urusan dengan mereka.

Ah, tapi ini bukan masalah siapa orang tua Kim Bum, ini masalah penganiayaan.

Dihampirinya Kim Bum yang sedang berusaha berdiri dengan dibantu beberapa orang satpam.

“Kim So Eun dengarkan aku dulu…”

Kim Hyun Joong meraih tangan Kim So Eun. Namun Kim So Eun menepis dengan kasar.

“Semua sudah jelas, Oppa. Aku melihat dengan mata kepala-ku sendiri siapa yang memulai duluan.”

“Oh, Kim So Eun, kau tidak tahu apa yang terjadi sepuluh tahun yang lalu."

"Apa urusannya sepuluh tahun yang lalu? Aku tidak tahu, dan jaman dinosaurus aku juga tidak tahu."

Kim Hyun Joong kehabisan kata-kata.
Kim So Eun menghampiri Kim Bum. Ia meraih tangan Kim Bum dan mengajaknya keluar.

Walau berjalan tertatih-tatih Kim Bum berusaha mengimbangi langkah-langkah cepat Kim So Eun. Kim Hyun Joong hanya memandangi kepergian mereka dengan hati kesal. Kim Hyun Joong semakin geram dengan Kim Bum.

Ia semakin merasa ini jebakan. Kim Hyun Joong semakin merasa Kim Bum semakin licik.

“Aduh…duh… pelan sedikit…”

Kim Bum merintih, saat Kim So Eun mengobati luka-luka di wajahnya.

Setelah perkelahian itu, Kim So Eun mengajak Kim Bum ke rumahnya untuk mengobati sendiri luka memar Kim Bum.

“Maafkan, Kim Hyun Joong, ya. Aku tidak menyangka dia bisa senekat ini padamu.”

“Sudah yang ke-10 kalinya kau mengatakan itu padaku. Aduh…Auw…”

Kim So Eun menempelkan plaster, di pelipis kiri Kim Bum terdapat luka.

Saat Kim So Eun hendak mengembalikan perlengkapan P3K ke tempatnya, Kim Bum menahannya. Langkahnya terhenti.

“Ada yang ingin aku jelaskan padamu, Kim So Eun.”

Kim So Eun urung beranjak. Ia kembali duduk di samping Kim Bum.

“Ada yang harus kau tahu tentang aku dan Kim Hyun Joong."

"Jelaskanlah."

"Sebenarnya kami sudah saling kenal... jauh sebelum kau memperkenalkan kami beberapa minggu yang lalu.”

"Begitu ya?" wajah Kim So Eun menyiratkan keterkejutan. Seolah tak percaya.

“Kami dulu satu SMA. Kami bukan teman yang baik. Aku dan Kim Hyun Joong selalu bersaing. Dia murid baru, dan sudah bisa mengalahkanku. Tidak hanya prestasi, tapi juga masalah wanita. Dia lebih tahu bagaimana menghargai perempuan dibandingkan aku. Sampai puncaknya persaingan kami, aku mencuri ide karya tulis yang akan diperlombakan antar sekolah. Aku mengambil karyanya, karena aku tahu, aku tidak akan bisa mengalahkan dia. Tidak hanya itu, aku juga merebut gadis yang sudah lama dia sukai. Dia marah besar saat tahu semua itu. Dan aku yakin sampai sekarang dia masih menyimpan dendam padaku.”

Kim So Eun belum berkomentar. Ia terlihat bingung.

Kim Bum kembali melanjutkan ceritanya.

“Dan sekarang, kami bertemu lagi. Pemukulan tadi adalah bukti bahwa dia masih membenciku. Setelah ini, kau boleh menganggap aku licik, curang atau apalah terserah kau saja. Tapi satu hal yang harus kau tahu, dan ini jujur, aku sudah menyesali semua tindakan jahat yang pernah kulakukan pada Kim Hyun Joong. Aku benar-benar menyesal. Itu sepuluh tahun yang lalu. Kau tahu, anak SMA belumlah merupakan orang dewasa matang yang bertanggung jawab, tapi sekarang aku adalah orang kantoran biasa.”

“Lalu, apa maksudmu menceritakan semua ini?”

Kim So Eun kelihatan curiga.

Kim Bum tertawa kecil sebelum menjawab.

“Kenapa? Mulai berpikir kalau aku licik, bukan?"

Kim So Eun menajamkan tatapannya.

"Ayolah. Tenang saja. Aku tidak punya maksud menarik simpatimu atau apalah. Aku hanya ingin bercerita yang sebenarnya. Kau berhak menilai, siapa yang salah dalam hal ini…”

Kim Bum meraih kunci mobilnya di atas meja.

Kim So Eun masih tertegun di kursi saat Kim Bum beranjak pergi.

“Kim Bum, tunggu!” seru Kim So Eun tiba-tiba.

Kim Bum yang telah berada di depan pintu, berbalik menoleh ke arahnya.

“Kau tidak pernah punya niat untuk menghancurkan hubunganku dengan Kim Hyun Joong, kan?” tanya Kim So Eun dengan ragu-ragu.

Kim Bum terdiam sejenak, lalu menggeleng.

“Dulu aku memang tidak suka padanya. Tapi tidak pernah ada rencana untuk melibatkanmu dalam masalahku dengan Kim Hyun Joong. Percayalah padaku…”

"Benarkah?" Kim So Eun masih terlihat sangsi dengan pengakuan Kim Bum.

“Dengarkan saja kata hatimu.”

Kim Bum berlalu. Meninggalkan Kim So Eun yang masih tertegun di tempat duduknya.

Kim Bum berharap Kim So Eun mempercayainya. Kim Bum menyadari, ada suatu perasaan yang lain. Perasaan itu muncul begitu saja. Untuk pertama kalinya ia begitu peduli dengan perasaan seorang wanita. Kim Bum tidak tega melihat Kim So Eun bersedih. Perasaan ini aneh terasa, bagi Kim Bum.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...