Chapter 8
Sebenarnya Cinta
Hubungan Kim Hyun Joong dan Kim So Eun pasca kecelakaan kembali normal.
Seolah tidak pernah terjadi perang dingin di antara mereka.
Kini Kim So Eun tidak lagi menjalani perjodohan yang diarahkan oleh orang tuanya. Namun, toh Kim Hyun Joong juga belum bisa diterima oleh mereka. Ketidaksukaan itu masih ada, walaupun mereka tidak lagi melarang hubungan itu.
Waktu berlalu. Kim So Eun sudah cukup senang dengan sikap orang tuanya itu, dan berharap suatu hari nanti hati mereka akan luluh untuk bisa menerima Kim Hyun Joong sepenuhnya. Kim So Eun juga tak pernah lagi mengungkit cerita tentang Kim Bum, terutama tentang perasaan Kim Bum yang diungkapkannya di rumah sakit waktu itu. Kim So Eun menyimpan semua itu sebagai kenangan pribadinya. Apalagi sekarang dia tidak pernah lagi bertemu dengan Kim Bum. Kabar terakhir yang diterimanya, Kim Bum telah dipindahkan ke Kanada.
Waktu berlalu, dan terus berlalu... tapi ternyata tidak mudah melupakan Kim Bum. Seringkali, kenangan bersama Kim Bum datang tiba-tiba. Bahkan ketika ia sedang bersama Kim Hyun Joong. Beberapa kali, tanpa disadarinya, ia memanggil Kim Hyun Joong dengan sebutan Kim Bum.
“Baju ini bagus, kan?" tanya Kim Hyun Joong pada Kim So Eun saat mereka berbelanja di mall. Kim Hyun Joong memperlihatkan kemeja berwarna biru.
“Bagus. Kalau yang ini bagaimana, Kim Bum?”
Ups…Kim So Eun keceplosan, ia pun membuang muka, dan menggigit bibirnya. Dalam hatinya ia berharap Kim Hyun Joong tidak mendengar panggilannya barusan. Lalu ia kembali memandangi Kim Hyun Joong.
“Lumayan.”
Kim Hyun Joong tersenyum, pura-pura tak mendengar. Mereka kembali sibuk memperhatikan pakaian-pakaian yang dipajang.
“Oppa, ayo kita beli es krim…!” ajak Kim So Eun saat melintasi counter es krim.
“Sejak kapan kau suka makanan anak-anak?” Kim Hyun Joong menolak.
“Es krim itu enak. Coba dulu ya!”
“Kalau lapar, kita makan di bawah saja? Untuk apa ke situ?”
Kim Hyun Joong menggandeng tangan Kim So Eun, mengajaknya segera pergi. Kim So Eun kembali tersadar, kalau yang bersamanya adalah Kim Hyun Joong. Ya ampun, kenapa dengan aku hari ini, bisik hati Kim So Eun.
Malamnya, kembali Kim Hyun Joong berkunjung ke rumah Kim So Eun.
Sejak hubungan mereka direstui, pertemuan mereka lebih sering dilakukan di rumah Kim So Eun. Kim Hyun Joong sengaja berinsiatif seperti itu, agar ada kesempatan baginya untuk menaklukan hati kedua orang tua Kim So Eun.
Sayangnya,... malam ini orang tua Kim So Eun ke luar kota.
Di rumah hanya ada Kim So Eun dan Park Shin Hye, adiknya.
Kim Hyun Joong dan Kim So Eun lalu berbincang-bincang di teras belakang rumah.
Di ruang tamu, Park Shin Hye sedang menerima kadatangan teman-temannya.
Untuk beberapa lama, obrolan mengalir seperti biasa. Lalu...
“Sebenarnya, malam ini ada yang ingin aku sampaikan?”
Kim Hyun Joong mulai terlihat serius.
“Apa?” Kim So Eun memandanginya lembut.
“Aku dapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan kuliah S2 di Amerika.”
Kim So Eun terkejut. “Kau terima?”
“Aku ingin memperbaiki kehidupanku. Ini juga demi hubungan kita. Aku tidak mau terus-menerus dipandang tidak punya masa depan oleh orang tuamu.” Kim Hyun Joong terus menerangkan.
Kim So Eun terdiam sebentar.
“Orang tuaku sudah bisa menerimamu, Oppa.”
“Aku yang tidak bisa menerima keadaanku sekarang.”
“Kau egois, Oppa. Lalu bagaimana dengan hubungan kita?”
Suara Kim So Eun bergetar.
“Terserah kau. Aku tidak berhak memaksamu untuk menunggu. Dua tahun juga bukan waktu yang singkat.”
“Ya ampun… setelah apa yang kita lalui selama ini, ternyata hubungan kita harus berakhir seperti ini?”
Air mata Kim So Eun mulai bergulir. Segera disekanya.
Kim Hyun Joong diam.
“Tidak bisakah kau mempertahankannya...?”
“Pertanyaan itu seharusnya untukmu…" suara Kim Hyun Joong terputus.
"Maksudnya?"
“Sejak kehadiran Kim Bum, ada sesuatu yang berubah darimu. Mungkin kau tidak merasakan itu, tapi aku merasakannya.” Suara Kim Hyun Joong bernada cemburu
Kim So Eun membuang muka.
“Aku dan Kim Bum sudah berakhir, Oppa. Jangan diungkit lagi. Sekarang masalahnya adalah kau.” Kim So Eun sedikit emosi.
“Aku mungkin terlalu egois waktu itu. Memaksamu untuk terus mempertahankan hubungan ini.”
“Apa maksudmu? Aku menyayangimu, Oppa. Makanya aku masih bertahan.”
“Sayang itu berbeda dengan cinta, Kim So Eun.” Kim Hyun Joong menukas.
Kim So Eun terdiam.
“Oppa, ada apa denganmu malam ini? Kalau kau memang bermaksud mengakhiri hubungan ini, jangan salahkan orang lain. Kau sendiri yang memilih untuk pergi. Aku tidak bisa menjalani suatu ketidakpastian."
Kim So Eun menyeka matanya.
“Maafkan aku, Kim So Eun. Aku tidak bisa.... Aku terlambat menyadari, bahwa cintamu bukan untuk ku. Kau pasti menderita sekian lama ini.”
“Aku mohon, Oppa… aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Aku menyayangimu. Aku ingin kita bersama. Aku membutuhkanmu!” pinta Kim So Eun, lirih.
“Sampai kapan kau akan membohongi perasaanmu sendiri, Kim So Eun? Perasaanmu sekarang bukan cinta. Aku merasakan itu. Kau boleh mengelak, tapi sampai kapan kau bisa bertahan?”
Kim Hyun Joong pun tertunduk. Ia tak sanggup lagi memandangi Kim So Eun.
Adakah kebenaran di dalam ucapan Kim Hyun Joong?
“Kau benar-benar jahat, Oppa. Apa salahku? Sampai kau tega melakukan ini,” isak Kim So Eun.
Kim Hyun Joong menggeleng.
“Aku tidak mau kau semakin menderita, Kim So Eun. Jujur, aku masih mencintaimu hingga detik ini.”
“Lalu, kenapa kau tidak menggunakan itu supaya kita tetap bersama? Gunakan cinta itu, untuk menyakinkanku kalau kau adalah orang yang tepat. Gunakan cinta itu untuk membuatku bertahan. Ako mohon, Oppa…” Kim So Eun bermohon.
Kim Hyun Joong mendekati Kim So Eun. Dan meraih gadis itu ke dalam pelukannya.
Tangis Kim So Eun semakin menjadi dalam pelukan Kim Hyun Joong.
“Aku tidak bisa. Maafkan aku….”
Air mata Kim Hyun Joong pun menitik.
Cukup lama mereka berpelukan dalam derai air mata.
Mungkin inilah pelukan perpisahan mereka.
* * *
Sampai dua tahun kemudian….
Kim Bum Kembali ke Korea.
"Hai, Kim Bum. Kim So Eun pujaan hatimu sekarang sedang sendiri," Lee Ki Kwang mengabarinya suatu berita besar.
"Benar begitu?" mata Kim Bum tiba-tiba saja membesar.
“Temui dia," saran Lee Ki Kwang.
Tidak menunggu lama, besoknya, pagi-pagi sekali Kim Bum datang ke rumah Kim So Eun. Sabtu pagi itu langit biru cerah.
"Selamat pagi, Kim So Eun..." sapa Kim Bum.
Begitu melihat Kim Bum, serta merta semangkok bubur di tangan Kim So Eun jatuh. Mangkoknya pecah dan buburnya berantakan.
"Eh, kau, Kim Bum... tiba-tiba sekali. Eh, uh, maaf. Aku kaget sekali," kata Kim So Eun kerepotan.
Adalah tidak lazim seorang teman bertamu pada jam enam pagi seperti ini, dan ini adalah Kim Bum, yang juga bukan seperti lazimnya teman.
Kim So Eun gugup. Dia baru saja kepedesan bubur ayam, dan juga belum mandi pagi. Kim Bum tersenyum.
“Mengapa datang tiba-tiba? Mengapa tidak menelepon dulu, atau sms?" protes Kim So Eun.
Kim Bum tertawa kecil. "Walaupun belum mandi, dan pakaiannya seadanya, hari ini kau cerah dan cantik sekali," puji Kim Bum langsung.
"Aishh, aku tanya kemana, kau jawab kemana!" Kim So Eun melengking.
"Kalau melihat kau cantik alami seperti ini, tidak usah berpanjang lebarlah, aku langsung saja ingin menikahimu..." kata Kim Bum lagi.
"Ap... Apaaa?!!!", Kim So Eun menjerit.
"Maukah kau menikah denganku, Kim So Eun?" pinta Kim Bum lembut.
Kim So Eun terdiam. Bibirnya bergetar.
Dunia seakan menahan nafas, berhenti berputar untuk beberapa saat.
Jadi begitulah... saat diketahuinya bahwa Kim So Eun tidak lagi bersama Kim Hyun Joong, Kim Bum melamarnya.
Kim So Eun pun tak lagi menolak.
Dulu, sewaktu Kim Hyun Joong dan Kim Bum masih ada di dekatnya, Kim So Eun bingung memilih siapa sebenarnya yang dia cintai. Sampai Kim Hyun Joong memilih untuk meninggalkannya. Saat itu, Kim So Eun memilih untuk menyerahkan semua pada takdir.
Sekarang, ketika Kim Bum mengajukan diri untuk menikah dengannya, ada sebuah keyakinan yang kuat dalam diri Kim So Eun bahwa Kim Bumlah pemuda yang ditakdirkan untuk menjadi jodohnya.
Itu keyakinan yang tidak pernah dia dapatkan selama menjalin hubungan dengan Kim Hyun Joong. Dan ada satu hal lagi, yang tidak pernah Kim So Eun rasakan ketika bersama Kim Hyun Joong, yaitu suatu perasaan sangat dibutuhkan.
Kim Hyun Joong terlalu kuat, mandiri, tegar.
Bersama Kim Bum, ia merasa menjadi penting. Bukan hanya dia yang membutuhkan Kim Bum, tapi juga Kim Bum begitu membutuhkan dirinya. Saling melengkapi satu sama lain. Namun,... yang lebih utama lagi dari semua alasan untuk menikah dengan Kim Bum, adalah karena ia mencintai seorang Kim Bum. Sebenarnya cinta…
Tamat
Copyright Sweety Qliquers
Copyright Sweety Qliquers
whoaaaaaaaaaaaaaa....switii bgt ceritamu yg ini..Sukaaaak...mengharu biru sampay ending AQ bisa nyengiR GajE....ahahah..Gud Job!
BalasHapusKeren banget thorrrr daebak terharu hiks
BalasHapus