Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 09 Agustus 2011

The Right Man (Chapter 27)



"Anak Anda kami tangkap dalam razia obat terlarang di Club Malam tadi malam," kata Kapten Polisi Choi Daniel. "Di sakunya ditemukan lima butir pil ecstasy."

"Ya Tuhan!" desah Kim So Eun getir. "Park Ji Yeon menolak memberitahu alamatnya. Karena itu kami tidak dapat menghubungi orangtua-nya."

"Anak itu masih di bawah umur," sela Kim Hyun Joong. "Tidak dapatkah Anda membebaskannya? Dia pasti cuma ikut-ikutan teman."

"Tidak semudah itu, Tuan. Kami harus menyelidiki dulu, Park Ji Yeon memiliki pil itu untuk diedarkan atau untuk konsumsi sendiri."

"Maksud Anda, anak itu terlibat jaringan pengedar obat terlarang?"

"Tidak mungkin!" cetus Kim So Eun kecut. "Park Ji Yeon bekerja sebagai DJ di Club Malam itu!"

"Anda telah dibohongi. Dia tidak bekerja. Tetapi hampir setiap malam dia berkeliaran di Club Malam itu."

Kim So Eun terenyak lemas. Musibah beruntun yang menimpa keluarganya seperti langit yang perlahan-lahan runtuh mengubur dirinya.

"Kami akui akhir-akhir ini dia memang kurang pengawasan, Tuan," dengan gigih Kim Hyun Joong masih mencoba membebaskan Park Ji Yeon. "Ibunya baru saja operasi kanker. Tetapi kalau Anda sudi membebaskannya, kami berjanji akan mendidiknya baik-baik dan mengawasinya lebih ketat."

"Sudah saya katakan, tidak semudah itu, Tuan. Semua ada prosedurnya. Kami sedang menekan Park Ji Yeon supaya dia mengatakan siapa pemasoknya. Tetapi dia tetap menutup mulutnya rapat-rapat."

* * *

"Aku tidak percaya Park Ji Yeon sekejam ini kepadaku," keluh Kim So Eun ketika sedang menunggu untuk bertemu dengan anaknya. "Apalagi pada saat ibunya dalam keadaan seperti ini!"

"Dia mencari uang untuk pengobatanmu," sahut Kim Hyun Joong datar. "Dulu dia pernah mencuri waktu kau masih di rumah sakit. Aku yakin sekarang pun dia mengedarkan ecstasy dengan alasan yang sama."

"Ya Tuhan." Kim So Eun menyusut air matanya dengan sedih. "Lebih baik aku tidak usah dioperasi, daripada anak-anakku menderita seperti ini!"

"Bukan salahmu, Kim So Eun," gumam Kim Hyun Joong lirih. Trenyuh melihat penderitaan wanita yang pernah dikasihinya. "Hanya nasibmu yang buruk…”

Ketika Park Ji Yeon dibawa ke hadapannya, Kim So Eun tidak mampu, mengucapkan sepatah kata pun karena sedihnya.

Wajah putri sulungnya kusut masai. Merah. Agak sembap. Rambutnya acak-acakan. Pakaiannya lusuh. Dia tampak kotor. Letih. Dan kurang tidur.

Tetapi matanya tetap mata Park Ji Yeon. Mata yang tidak pernah bersinar takut. Mata yang nyaris dingin.

Dia menatap ibunya dengan tegar. Tanpa perasaan bersalah.

"Kenapa ke sini, Bu?" tanyanya datar. "Aku tidak mau melibatkan Ibu!"

Tanpa dapat menahan keharuannya lagi, Kim So Eun merangkul anaknya. Sesaat tubuh Park Ji Yeon terasa membeku dalam pelukannya.

"Ibu tahu apa yang kau lakukan untuk Ibu, Park Ji Yeon." bisik Kim So Eun getir. "Bertahanlah, Park Ji Yeon. Ibu akan berjuang sekuat tenaga untuk membebaskanmu."

"Lebih baik kau ceritakan siapa bandarmu," sela Kim Hyun Joong datar. "Supaya hukumanmu lebih ringan."

Park Ji Yeon melepaskan pelukan ibunya. Dan menatap Kim Hyun Joong dengan dingin.

"Lebih baik jangan ikut campur," katanya tawar.

"Park Ji Yeon, jangan begitu. Paman Kim Hyun Joong hanya ingin menolong...."

"Aku tidak perlu ditolong. Lebih baik Ibu pulang. Di sini bukan tempat untuk Ibu."

"Mari pulang, Kim So Eun!" potong Kim Hyun Joong tandas. "Biar dia selesaikan sendiri persoalannya. Kita lihat saja sampai di mana kehebatan anakmu." Park Ji Yeon menatap Kim Hyun Joong dengan geram. Kim So Eun sampai terkesiap melihat sorot mata Park Ji Yeon yang begitu penuh kebencian.

* * *

Kim So Eun membuka pintu mobil Kim Hyun Joong dengan letih. Sesaat sebelum turun, Kim Hyun Joong masih memburunya dengan pertanyaan.

"Janji ya, Kim So Eun? Akan kaubicarakan dengan Baek Suzy?"

Kim So Eun hanya mengangguk lesu. Dia keluar dari mobil. Dan menutup pintunya. Dulu, Kim Hyun Joong-lah yang selalu membukakan pintu mobil untuknya. Tetapi sekarang, tampaknya dia tidak merasa perlu lagi. Dia lebih tertarik membicarakan anak Baek Suzy.

"Besok aku datang lagi," katanya sebelum pergi. "Aku harap sudah ada jawaban pasti."

Kim So Eun tidak menjawab. Dia melangkah tertatih-tatih ke pintu rumah. Dan seorang laki-laki bertampang menyeramkan dengan tato yang cukup mencolok di lengannya, menghampirinya dengan cepat.

Sesaat Kim So Eun mengira dia akan dirampok. Barangkali kemalangan belum puas juga mengusiknya.

Refleks dia berbalik untuk minta tolong kepada Kim Hyun Joong. Tetapi mobil lelaki itu telah pergi. Sudah terlalu jauh untuk dikejar Terlalu jauh pula bagi Kim Hyun Joong untuk mendengar jeritan Kim So Eun.

"Ny. Kim So Eun?" sapa lelaki bertato itu segera, begitu melihat Kim So Eun mundur dengan ketakutan.

Kim So Eun terpaku di tempatnya. Menahan napas tanpa berani bergerak.

"Jangan takut. Saya teman Kim Bum."

Kim Bum...???

"Kim Bum teman saya satu sel. Kemarin saya dibebaskan dari penjara. Dia yang minta saya datang kemari."

"Kim Bum sakit?" Sekejap Kim So Eun melupakan rasa takutnya. Rasa khawatir dan penyesalan berkecamuk di hatinya. Sudah lama dia tidak menengok Kim Bum. Sampai Kim Bum mengirim temannya kemari....

"Selamat siang, Kim So Eun."

Kim So Eun menoleh dengan terperanjat. Dan belum pernah merasa begitu lega ketika melihat Dokter Gigi Jung Yong Hwa tegak di dekatnya.

"Dokter Jung Yong Hwa...."

"Ada apa?" Dengan sikap waspada Dokter Jung Yong Hwa mengawasi teman Kim Bum yang bertampang kriminal itu. "Dia mengganggumu?"

"Oh, tidak!" cetus Kim So Eun setelah dapat menguasai dirinya kembali. "Dia teman Kim Bum...."

“Temanmu?" Dokter Jung Yong Hwa mengangkat alisnya. Ditatapnya lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.

"Kim Bum mengirim saya untuk melihat keadaanmu," dengus pria bertato itu tanpa mengacuhkan Dokter Jung Yong Hwa. "Seharusnya dia tidak perlu khawatir!"

Tanpa berkata apa-apa lagi, dia melangkah pergi meninggalkan mereka.

"Siapa Kim Bum itu?" desak Dokter Jung Yong Hwa curiga.

“Temanku," sahut Kim So Eun letih.

"Temanmu punya teman seperti itu?"

Nada suara Jung Yong Hwa hampir membuat kemarahan Kim So Eun meledak. Apa haknya mengatur siapa yang boleh menjadi teman Kim Bum? Untung dia masih mampu menguasai emosinya.

"Maaf, saya letih sekali hari ini," gumam Kim So Eun tanpa berniat mempersilahkan Dokter Jung Yong Hwa masuk.

"Sayang sekali." Paras dokter gigi itu berubah. "Tadinya saya berniat mengajakmu dan Kim Yoo Jung menonton tayangan perdana iklan Kim Yoo Jung."

"Terima kasih. Tapi hari ini, rasanya mengangkat kaki pun saya sudah tidak kuat lagi."

* * *

"Ada yang Ibu ingin bicarakan denganmu, Baek Suzy," kata Kim So Eun perlahan-lahan setelah selesai menceritakan keadaan Park Ji Yeon.

Baek Suzy yang sedang menangis mendengar cerita ibunya tentang Park Ji Yeon, mengangkat kepalanya. Matanya yang berlinang air mata memandang ibunya dengan getir.

"Paman Kim Hyun Joong menginginkan anakmu...."

Dan Kim So Eun terkesiap. Mata Baek Suzy menggelepar panik. Sorot ketakutan memancar dari matanya. Membuat Kim So Eun tertegun bingung.

Ada apa? Mengapa Baek Suzy tampak begitu ketakutan?

"Semua terserah kau," sambung Kim So Eun hati-hati. "Kalau kau tidak mau anakmu diadopsi…"

Baek Suzy meraung dan menangis sejadi-jadinya sampai Kim So Eun kewalahan meredakan tangisnya.

"Ada apa?" Nenek yang masih menggendong Kim Yoo Bin tergopoh-gopoh menghampiri.

"Kim Hyun Joong ingin mengadopsi anak Baek Suzy." Kim So Eun menghela napas berat. "Katanya dia bersedia membiayai semua kebutuhan Baek Suzy, sejak hamil sampai melahirkan."

"Rasanya itu jalan terbaik," tukas Nenek mantap. "Baek Suzy belum sanggup memelihara anaknya. Lebih baik anak itu diberikan kepada keluarga yang memang menginginkan anak. Aku yakin, cucumu lebih terurus di tangan mereka, Kim So Eun. Mereka keluarga berada, kan? Anak Baek Suzy pasti mempunyai masa depan yang lebih cerah di tangan mereka."

Diam-diam Kim So Eun menyetujui pendapat ibunya Tetapi dia tetap menyerahkan keputusan terakhir di tangan Baek Suzy. Dan saat ini, Baek Suzy belum dapat ditanya, dia masih menangis tersedu-sedu.

* * *

"Kan tidak usah khawatir," terngiang kembali di telinga Kim Bum kata-kata temannya. "Perempuanmu tidak kurang suatu apapun! Dia baru saja diantar pulang oleh seorang pria naik mobil mewah. Besok dia janji datang lagi, dan minta jawaban pasti!"

Merah padam wajah Kim Bum ketika membayangkannya. Siapa Pria yang mengantarkan Kim So Eun pulang dengan mobil mewah itu?

"Pantas saja dia tidak sempat kemari! Baru saja pulang, ada Pria lain yang datang menjemputnya. Seorang dokter!"

Mula-mula Kim Bum mengira Dokter Song Seung Hun. Tetapi temannya berkeras mengatakan dokter itu masih muda dan tampan.

"Lupakan saja dia, Kim Bum! Dia bukannya sakit. Dia terlalu sibuk untuk menengok pacarnya di penjara!"

Benarkah Kim So Eun telah melupakannya? Benarkah dia tidak sempat lagi meluangkan waktu untuk datang menjenguknya?

Tentu saja Kim Bum merasa sakit hati. Meskipun sebagian hatinya belum mau mempercayainya. Benarkah sudah ada Pria baru dalam kehidupan Kim So Eun? Kalau benar demikian, Wanita itu benar-benar sakit!

Tidak heran sambutan Kim Bum begitu dingin ketika petang itu Kim So Eun datang menjenguknya. Dan api cemburu yang sedang menghanguskan benaknya mengaburkan ketajaman intuisinya. Kim Bum tidak mampu mencium perubahan sikap Kim So Eun.

"Siapa dokter itu?"

Dinginnya suara Kim Bum menyentakkan kesadaran Kim So Eun. Meletupkan kegusaran di hatinya,

Dia masih berani mencemburai diriku setelah apa yang dilakukannya kepada anakku, geram Kim So Eun dalam hati. Munafik!

"Dokter siapa?" balas Kim So Eun sama dinginnya.

"Yang tadi siang datang ke rumahmu."

"Dokter Jung Yong Hwa," sahut Kim So Eun tawar. "Dokter gigi Kim Yoo Jung."

"Dia juga melayani panggilan rumah?"

Sinisnya suara Kim Bum memerahkan paras Kim So Eun.

"Kim Yoo Jung berhasil jadi bintang iklan karena jasanya."

"Dan dia menagih balas jasa?"

Sekarang ambang kesabaran Kim So Eun terlampaui.

"Apa maksudmu, Kim Bum?" desisnya agak sengit. "Kau tidak sempat mengunjungiku karena dua orang pria itu?" sergah Kim Bum sama sengitnya. "Padahal aku begitu mencemaskanmu! Kukira kau sakit!"

"Pria yang mana?"

"Kau yang harus menjawabnya! Siapa Pria yang mengantarkanmu pulang dengan mobil mewah itu? Yang berjanji akan datang lagi besok untuk minta kepastian jawabanmu?"

Astaga, Kim So Eun menghela napas panjang. Rupanya mata-mata Kim Bum sudah menceritakan hasil pengintaiannya dengan lengkap!

"Kim Hyun Joong." Kim So Eun menghembuskan nama itu bersama napasnya. "Bekas produserku."

"Oh, dia lagi rupanya!" Kim So Eun tidak tahu Kim Bum sedang mengejek atau marah. "Dewa penolong yang meminjamkan, uang untuk operasimu! Dia masih mengejar-ngejarmu? Sekarang anak-anakmu pasti tidak keberatan! Dia datang untuk mendesakmu menikah?"

"Dia datang untuk menemaniku mencari Park Ji Yeon!" dengus Kim So Eun marah. Air mata berlinang di matanya meskipun dia sudah berusaha menahannya. "Park Ji Yeon ditahan. Ada lima butir, pil ecstasy di sakunya...."

Sesaat Kim Bum terenyak. Kemarahannya memudar. Matanya mengawasi Kim So Eun dengan tegang.

"Kapan dia dibebaskan?" tanyanya kaku. "Apa yang dikatakan polisi?"

Kim So Eun menggeleng sedih. Ketika dirasanya air matanya hampir runtuh, dia berbalik untuk menyembunyikannya. Lama mereka sama-sama terdiam. Sebelum suara Kim Bum terdengar lirih membelai telinga Kim So Eun.

"Maafkan aku, Princess. Tak pantas aku mencemburuimu."

Memang tak pantas! Kalau benar kau yang menghamili Baek Suzy!

"Aku begitu mengkhawatirkanmo. Seminggu lebih kau tidak datang. Tidak ada kabar berita. Kukira kau sakit. Sampai kuutus temanku yang baru dibebaskan kemarin. Dan laporannya tentangmu tadi membuatku hampir meledak dibakar cemburu."

"Kau masih bisa mencemburaiku?" gumam Kim So Eun lirih. "Pada saat-saat seperti ini?"

"Apa maksudmu? Kau masih tetap wanita yang menarik. Tidak heran kalau Kim Hyun Joong masih mengejarmu."

"Dia bahkan sudah tidak mau lagi melihatku kalau tidak terpaksa!"

"Tidak mau melihatmu tapi masih melamarmu.”

"Siapa yang melamarku?"

"Dia datang lagi besok untuk minta kepastian, kan?"

"Dia ingin mengadopsi anak Baek Suzy."

Lama Kim So Eun tidak mendengar jawaban Kim Bum. Ketika dia memutar tubuhnya, dilihatnya Kim Bum sedang memandangnya dengan wajah pucat. Tatapan matanya begitu sedihnya sampai Kim So Eun hampir tidak kuat membalas tatapannya. Tetapi di mata itu, Kim So Eun tidak menemukan perasaan bersalah sedikit pun!

"Siapa yang melakukannya, Princess?" tanyanya getir setelah mampu membuka mulutnya lagi. Kim So Eun menggeleng putus asa.

"Baek Suzy tidak pernah mau mengatakannya. Barangkali dia takut menyiksa ibunya."

"Maksudmu..." Kim Bum menghampiri Kim So Eun dengan tegang. "Salah seorang kenalanmu? Temanmu?"

"Seseorang yang dekat denganku dan dia."

Tatapan mata Kim So Eun begitu ganjil. Lama Kim Bum berusaha menganalisis arti tatapan itu sebelum tiba-tiba dia sadar, Kim So Eun mencurigainya!

"Ya Tuhan.'" desis Kim Bum antara terkejut, sedih, dan kecewa. "Kau menuduhku?"

Kim So Eun menunduk dengan perasaan bersalah.

"Maafkan aku. Tetapi Baek Suzy tidak punya teman. Dan dia sangat mengagumimu...."

“Teganya kau menuduhku berbuat sekeji itu kepada anakmu!"

“Tahukah kau mengapa aku tidak mengunjungimu seminggu ini?" tanya Kim So Eun sedih. Diangkatnya wajahnya. Ditatapnya Kim Bum dengan getir.

"Karena kau jijik kepadaku?"

"Karena aku takut tidak kuat mendengar pengakuanmu!"

"Dengar, Princess. Kau sudah membawanya ke dokter?"

"Tak ada keraguan lagi. Dokter bilang, dia hamil."

"Berapa usia kandungannya?"

"Kira-kira enam minggu. Apa bedanya?"

"Dokter mengatakan kapan taksiran partus*)-nya?"
*) Partus/Melahirkan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsep yang dapat dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

"Lima belas September. Kalau aku tidak salah."

"Ada metode untuk menghitung taksiran partus, dihitung sejak tanggal haid terakhir. Jika dokter mengatakan tanggal lima belas bulan sembilan, itu berarti haid terakhir Baek Suzy jatuh tanggal delapan bulan dua belas. Benar?"

Kim So Eun tidak menjawab. Dahinya berkerut.

"Berarti Baek Suzy masih mendapat haid setelah aku ditahan!"

Kim So Eun menatap bengong. Kebingungannya perlahan-lahan mencair. Berganti dengan kelegaan.

"Mengapa aku tak pernah memikirkannya?" desahnya dengan perasaan bersalah. "Aku telah sembarangan menuduhmu..."

"Kau sedang bingung. Tidak dapat berpikir jernih. Lupakan saja. Sekarang yang penting, memikirkan siapa yang menghamili Baek Suzy."

"Apa bedanya lagi? Asal bukan kau...."

"Katamu tadi, Kim Hyun Joong ingin mengadopsi anak Baek Suzy?"

Kim So Eun tertegun menatap Kim Bum. Ketika perlahan-lahan tatapannya berubah nanar, wajahnya memucat.

Bersambung…

Chapter 10 ... Chapter 11
Chapter 9 ... Chapter 12
Chapter 8 ... Chapter 13
Chapter 7 ... Chapter 14
Chapter 6 ... Chapter 15 ... Chapter 26
Chapter 5 ... Chapter 16 ... Chapter 25
Chapter 4 ... Chapter 17 ... Chapter 24
Chapter 3 ... Chapter 18 ... Chapter 23
Chapter 2 ... Chapter 19 ... Chapter 22
Chapter 1 ... Chapter 20 ... Chapter 21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...