Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 13 Agustus 2011

Spring Love (Chapter 24)



“Aku tidak tahu ternyata kau bisa berbahasa Korea, Kim So Eun.”

Kim So Eun tersenyum mendengar komentar Yoon Eun Hye. “Hanya sedikit-sedikit,” katanya merendah.

Ketika Kim So Eun pertama kali tiba di lokasi pemotretan, ia harus mengakui bahwa perutnya terasa mual karena sangat gugup. Sejuta pertanyaan berkelebat dalam benaknya. Apa yang diketahui kakak perempuan Kim Bum itu tentang Kim So Eun? Seperti apa Yoon Eun Hye? Apakah Kim So Eun bisa bertanya tentang Kim Bum? Dan kalau bisa, apa yang harus ditanyakannya?

Namun ketika ia akhirnya bertemu dengan Yoon Eun Hye, Kim So Eun merasa kegugupannya menguap sedikit. Yoon Eun Hye menatapnya dengan mata berkilat-kilat senang dan Kim So Eun yakin wanita itu tidak tahu apa-apa tentang masa lalunya.

Wajah Yoon Eun Hye sama sekali tidak mirip Kim Bum, tetapi ada beberapa kemiripan yang jelas di antara kedua kakak-beradik itu. Misalnya senyum mereka, sikap mereka yang ceria dan gaya bicara mereka yang bersahabat.

Yoon Eun Hye memiringkan kepalanya sedikit. “Kudengar kau pernah berpasangan dengan adikku dalam video musik Jung Yong Hwa dua tahun lalu,” katanya. “Kau masih ingat Kim Bum? Dia adikku.”

Seperti biasa, setiap kali nama Kim Bum disebut-sebut napas Kim So Eun langsung tercekat dan jantungnya menghentak-hentak dadanya. Ini dia kesempatan yang ditunggu-tunggunya. Sekarang saat yang tepat untuk bertanya tentang Kim Bum.

Kim So Eun membuka mulut untuk bertanya, tetapi sebelum ia sempat bersuara, ia mendengar seseorang memanggil namanya dengan penuh semangat. Ia menoleh dan langsung mengenali Song Hye Gyo, penata rias yang bekerja sama dengannya pada pembuatan video musik di Paris tahun lalu.

Song Hye Gyo berlari kecil menghampirinya sambil melambai-lambaikan tangan. “Halo, halo, halo,” katanya dengan wajah berseri-seri. “Senang bertemu denganmu lagi. Kau masih ingat padaku, bukan?”

“Oh, Eonni,” kata Kim So Eun dalam bahasa Korea. “Apa kabar?”

Senyum Song Hye Gyo melebar. “Astaga! Rupanya kau sudah belajar bahasa Korea.”

“Kalian berdua sudah saling kenal? Baguslah,” tanya Yoon Eun Hye sambil memandang Kim So Eun dan Song Hye Gyo bergantian. “Sekarang sebaiknya kalian bersiap-siap. Aku harus menelepon seseorang.”

Dan hilanglah kesempatannya untuk bertanya tentang Kim Bum, pikir Kim So Eun sambil menatap Yoon Eun Hye yang berbalik dan mengeluarkan ponsel dari tas tangannya.

Lalu Kim So Eun menoleh ke arah Song Hye Gyo yang menggandeng lengannya dengan gembira.

Ah, benar juga. Ia bisa bertanya pada Song Hye Gyo. Song Hye Gyo pasti tahu tentang Kim Bum.

“Eonni,” panggil Kim So Eun agak ragu. “Ngomong-ngomong, kau tahu kabar Kim...”

“Kim Bum! Kau tahu sekarang sudah jam berapa? Kenapa kau belum datang? Datang ke sini sekarang juga atau aku yang akan pergi ke sana dan menyeretmu kemari.”

Suara Yoon Eun Hye yang galak membuat Kim So Eun dan Song Hye Gyo serentak menoleh ke arahnya. Tanpa berkata apa-apa lagi dan tanpa menunggu jawaban dari orang yang diteleponnya, Yoon Eun Hye langsung menutup ponselnya dengan kasar. Menyadari Kim So Eun sedang menatapnya dengan heran, Yoon Eun Hye menyunggingkan senyum manis dan berkata, “Pasanganmu untuk pemotretan ini akan segera datang. Tenang saja.”

Setelah berkata seperti itu, ia pun pergi.

Kim So Eun tertegun. Matanya melebar kaget. Lalu perlahan-lahan ia menoleh menatap Song Hye Gyo. “Kim... Kim Bum?”

Song Hye Gyo mengangguk. “Kim Bum yang akan menjadi pasanganmu dalam pemotretan ini,” katanya sambil menarik Kim So Eun ke ruang rias, sama sekali tidak menyadari Kim So Eun yang tiba-tiba berubah kaku. “Bukankah ini menyenangkan sekali? Seperti reuni saja.”

Oh, Tuhan. Kim So Eun mulai panik. Bagaimana sekarang? Ia akan segera berhadapan kembali dengan Kim Bum dan ia sama sekali tidak tahu apa yang harus dikatakannya kepada laki-laki itu.

Bagaimana ini?

* * *

Kim Bum mencengkeram kepala dengan satu tangan dan meringis. Ini benar-benar seperti mimpi buruk. Kepalanya sudah berdenyut-denyut seperti ini sejak beberapa hari terakhir. Tepatnya setelah ia kembali dari Tokyo dan pagi ini rasanya sakitnya semakin parah. Pertama-tama ia terbangun karena telepon dari ibunya yang menanyakan hal-hal yang tidak penting, lalu tidurnya terganggu lagi karena telepon dari kakaknya yang langsung mengomelinya dan langsung menutup telepon tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara.

Kim Bum ingat ada jadwal pemotretan iklan kakaknya pagi ini, tetapi ia lebih suka kalau ia tidak mengingatnya. Entah apa yang terjadi pada dirinya, tapi ia merasa tidak bersemangat dan suasana hatinya selalu muram. Tidak ada yang baik di matanya, tidak ada yang membuatnya senang, tidak ada yang bisa mengangkat beban berat yang menghimpit dadanya.

Sambil mendesah berat, ia memaksa diri bangkit dari ranjang dan bersiap-siap.

Tadi kakaknya mengancam akan datang dan menyeretnya ke tempat pemotretan. Kim Bum yakin kakaknya pasti akan melaksanakan ancaman itu apabila memang diperlukan. Kim Bum jadi bertanya-tanya apa yang akan dikatakan kakaknya apabila melihat Kim Bum dalam keadaan kacau seperti ini.

Satu jam kemudian Kim Bum tiba di lokasi pemotretan. Begitu ia masuk, kakaknya langsung menghampirinya dengan raut wajah khawatir. “Kim Bum, ada apa denganmu akhir-akhir ini? Kenapa kau selalu terlihat berantakan dan pucat seperti ini?” tanyanya dengan alis berkerut.

Kim Bum memaksakan seulas senyum muram dan berkata, “Aku tidak apa-apa, Noona. Ayo kita mulai bekerja saja.”

“Kita harus bicara nanti,” kata Yoon Eun Hye tegas. “Sekarang kita tidak punya waktu lagi. Sebaiknya kautemui dulu pasanganmu dalam pemotretan ini. Dia ada di ruang rias.” Yoon Eun Hye masih menatap Kim Bum dengan khawatir, tetapi kemudian ia pergi memastikan semuanya sudah dipersiapkan dengan baik.

Pasangannya? Kim Bum menghela napas dan mengembuskannya dengan keras.

Dengan enggan ia berbalik dan berjalan ke ruang rias. Ia tidak tahu apakah ia bisa memaksa dirinya bersikap ramah atau tidak karena suasana hatinya benar-benar buruk.

Di ambang pintu ruang rias, langkah kakinya tiba-tiba terhenti. Matanya terpaku pada wanita yang sedang berdiri di depan cermin tinggi dan menertawakan ucapan Song Hye Gyo.

Kim So Eun.

Otak Kim Bum berputar-putar dan ia hampir tidak memercayai matanya sendiri.

Kim So Eun ada di sini? Di sini? Tapi itu tidak mungkin. Apakah salah satu mimpinya selama seminggu terakhir ini berhasil menyelinap ke dunia nyata? Apakah...?

Tetapi yang berdiri di sana itu memang Kim So Eun. Tidak salah lagi.

Saat itu Kim So Eun menyadari kehadiran Kim Bum dan menoleh. Matanya yang hitam menatap lurus ke mata Kim Bum dan Kim Bum bisa melihat kekagetan dalam mata itu.

Lalu bibir Kim So Eun terbuka dan ia bergumam pelan, “Kim Bum.”

Mendadak hati Kim Bum terasa nyeri.

Nyeri karena merindukan Kim So Eun.

Nyeri karena akhirnya Kim So Eun berdiri di depannya, memandangnya dan memanggil namanya.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...