Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 13 Agustus 2011

Spring Love (Chapter 16)



Kim So Eun sudah lebih tenang ketika mereka masuk taksi. Wajahnya masih pucat pasi, tubuhnya masih gemetar, namun ia sudah berhenti menangis. Ia sama sekali tidak bersuara selama perjalanan pulang, tetapi ia tidak menarik diri dari pelukan Kim Bum. Jadi Kim Bum tidak memaksanya bicara, hanya terus merangkulnya.

Ketika mereka sudah masuk ke dalam flat Kim So Eun, Kim Bum menyalakan lampu dan menuntun Kim So Eun ke sofa di ruang duduk.
“Tunggu sebentar di sini. Aku akan membuatkan Teh untukmu.”

Kim So Eun tersentak dan mendongak menatap Kim Bum, seolah-olah baru ingat bahwa Kim Bum ada di sana bersamanya. Lalu ia mengangguk kecil, melepaskan diri dari pelukan Kim Bum dan duduk di sofa. Ia memeluk tubuhnya sendiri dan menggigil. Matanya yang sembap memandang ke sekeliling flatnya dengan was-was, seakan takut ada pria tak dikenal yang akan melompat keluar dan menyerangnya lagi. Melihat sikap Kim So Eun yang seperti kelinci ketakutan itu membuat hati Kim Bum serasa ditusuk-tusuk.

Kim Bum berbalik dan pergi ke dapur. di sana ia berhenti melangkah dan menarik napas dalam-dalam sambil berkacak pinggang. Sialan, ia sangat kacau. Amarah dan perasaan tak berdaya bercampur aduk dalam dirinya. Ia harus menuntut penjelasan dari Jang Geun Suk, walaupun saat ini Kim Bum hanya ingin menghajarnya habis-habisan.

Bayangan mengerikan dari apa yang dilihatnya pertama kali di bilik penyimpanan jaket tadi membuat gelombang amarah kembali menerjang diri Kim Bum. Kim Bum memejamkan mata dan berusaha mengatur napas. Ia ingin meninju sesuatu. Apa saja. Tetapi tidak mungkin di sini. Kim So Eun ada di ruang duduk dan Kim Bum tidak mungkin menimbulkan kehebohan di sini sementara gadis itu masih ketakutan.

Dengan susah payah Kim Bum memaksa dirinya bergerak dan beberapa saat kemudian ia kembali ke ruang duduk dengan membawa secangkir Teh panas untuk Kim So Eun. Ia duduk di samping Kim So Eun dan mengamati gadis itu menyesap Teh-nya dengan pelan. Kim Bum memperhatikan tangan Kim So Eun sudah tidak terlalu gemetar, namun ketakutan masih jelas terlihat di dalam matanya.

Kalau saja ada cara untuk memutar kembali waktu, Kim Bum akan melakukannya tanpa ragu. Apa pun risikonya, apa pun yang harus dikorbankannya, walaupun apabila itu berarti ia harus menyerahkan jiwanya sendiri, Kim Bum pasti akan melakukannya. Ia akan melakukan apa saja untuk menghapus sinar ketakutan dari mata hitam Kim So Eun, menjauhkannya dari rasa sakit, melindunginya supaya tidak terluka. Ia bersedia melakukan apa saja. Demi Kim So Eun.

Tetapi kenyataannya semua sudah terjadi dan Kim Bum tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah kenyataan. Itulah yang membuatnya tertekan dan frustrasi. Ia merasa ia tidak bisa melakukan apa pun untuk Kim So Eun. Seumur hidupnya belum pernah ia merasa tak berdaya seperti ini.

“Maafkan aku,” gumam Kim Bum lirih, memecah keheningan dalam flat itu.

Perlahan-lahan Kim So Eun menoleh ke arahnya. Kebingungan berkelebat dalam matanya.

“Aku tahu benar kau tidak pernah nyaman berada di tempat ramai,” lanjut Kim Bum dengan suara serak. “Seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendiri. Maafkan aku.”

Mata Kim So Eun berkaca-kaca, lalu ia mengerjap, memalingkan wajah dan menunduk menatap kedua tangannya yang menggenggam cangkir Teh. Setelah beberapa saat, Kim So Eun membuka suara, “Kau tidak bersalah.”

Kim Bum menghela napas dengan berat. Matanya menatap kosong ke depan dan ia mengernyit samar. “Pria yang tadi itu,” katanya ragu. “Dia... Sebenarnya aku mengenalnya.”

Kim So Eun tetap menunduk tanpa berkata apa-apa.

“Dia teman almarhum kakakku,” lanjut Kim Bum dengan suara datar dan pelan.

“Aku tidak tahu apa yang membuatnya berani... berani melakukan hal seperti itu. Kurasa dia mabuk.”

“Itu bukan alasan.”

Kim Bum menoleh mendengar nada tajam dalam suara Kim So Eun, lalu ia mengangguk. “Kau benar. Itu bukan alasan.”

Kim So Eun menarik napas dalam-dalam dan tetap duduk kaku di samping Kim Bum, tidak bersuara. Namun Kim Bum melihat tangan Kim So Eun mulai gemetar lagi. Kim Bum mengulurkan tangannya dan menggenggam sebelah tangan Kim So Eun. Tangan itu terasa dingin, namun Kim So Eun tidak menarik kembali tangannya. Ia membutuhkan kehangatan yang diberikan Kim Bum, kalau tidak ia akan mulai menggigil.

Saat itu Kim Bum teringat pada pembicaraannya dengan Jang Geun Suk di pesta tadi. Apa kata Jang Geun Suk waktu itu? Tidak kuduga ternyata selera kedua kakak-beradik ini sama. Itulah yang dikatakan Jang Geun Suk setelah melihat Kim Bum berbicara dengan Kim So Eun. Kim Bum tidak sempat bertanya kepada Jang Geun Suk, tetapi sepertinya Jang Geun Suk mengenal Kim So Eun. Mungkinkah?

Alis Kim Bum berkerut samar dan ia menatap Kim So Eun. Apakah mungkin hal itu ada hubungannya dengan apa yang terjadi di bilik penitipan jaket itu? Ia harus tahu.

“Kim So Eun,” panggilnya pelan. “Apakah kau mengenal pria tadi itu?”

Napas Kim So Eun tercekat di tenggorokan dan tangannya yang berada dalam genggaman tangan Kim Bum berubah kaku. Ia sama sekali tidak memandang Kim Bum, namun wajahnya terlihat resah dan bibirnya mulai bergetar. Hal itu membuat Kim Bum berpikir bahwa Kim So Eun memang mengenal Jang Geun Suk.

“Apakah kau juga mengenal almarhum kakakku?” tanya Kim Bum lagi.

Kali ini Kim So Eun tersentak berdiri. “Ku-kurasa... kurasa aku sudah tidak apa-apa sekarang,” katanya agak tergagap, sama sekali tidak memandang ke arah Kim Bum.

Tubuhnya terlihat tegang dan wajahnya mengernyit seolah-olah kesakitan.

“Kim So Eun...”

“Baek Suzy dan Kim Heechul akan segera pulang, jadi kau tidak perlu menemaniku di sini,” sela Kim So Eun. Kemudian ia berbalik menatap Kim Bum. “Aku tidak apa-apa. Sungguh.”

Kim Bum sangat bingung. Banyak pertanyaan berseliweran dalam benaknya.

Kenapa Kim So Eun mengelak dari pertanyaannya? Apakah Kim So Eun mengenal almarhum kakaknya? Kalau memang begitu, kenapa Kim So Eun tidak pernah berkata apa-apa pada Kim Bum? Ada hubungan apa antara kakaknya dan Kim So Eun? Apa yang sedang terjadi di sini?

“Kim So Eun, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?” tanya Kim Bum pelan. Suaranya terdengar frustrasi. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kau bisa menceritakannya kepadaku.”

Kim So Eun menatap Kim Bum sejenak. Lalu ia menghela napas dalam-dalam dan bergumam, “Tidak, Kim Bum. Aku tidak bisa.”

Suara Kim So Eun terdengar begitu sedih dan pasrah sampai dada Kim Bum kembali terasa seakan dicabik-cabik. “Kenapa?” tanya Kim Bum, sama sekali tidak mengerti.

Sebutir air mata jatuh dari mata Kim So Eun dan bergulir di pipinya. “Tidak akan ada gunanya,” gumamnya pelan. “Masa lalu tidak akan berubah.”

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...