Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 13 Agustus 2011

Spring Love (Chapter 17)



Jang Geun Suk membaringkan tubuhnya yang sakit ke ranjang di kamar hotelnya dan menyentuh pipi kirinya yang mulai bengkak. Bagaimana mungkin ia bisa pulang ke Seoul besok dengan wajah amburadul seperti ini? Orang-orang pasti akan bertanya. Mereka pasti akan curiga. Apa yang harus dikatakannya pada mereka?

Lagi pula apa yang merasuki Kim Bum malam ini? Jang Geun Suk belum pernah melihat Kim Bum mengamuk seperti itu sebelumnya.

Bel pintu kamarnya berbunyi dan ia mengerang keras. “Oh, sialan. Apa lagi sekarang?”

Dengan langkah berat ia berjalan ke pintu dan membukanya. Tubuhnya langsung membeku begitu melihat siapa yang berdiri di luar pintu. “Kau,” gumamnya dengan nada was–was.

Kim Bum berdiri di hadapannya dengan wajah marah dan kedua tangan dijejalkan ke saku celananya, berusaha menahan diri untuk tidak melayangkan tinju dengan membabi-buta ke arah Jang Geun Suk.

“Kau... Apakah kau datang ke sini untuk menghajarku lagi?” tanya Jang Geun Suk dengan suara yang diusahakan terdengar datar walaupun diam-diam ia menelan ludah.

Kim Bum menatapnya sejenak, lalu bergumam, “Tidak.”

Jang Geun Suk tidak percaya. Tatapan Kim Bum terlalu dingin bagi orang yang datang dengan maksud baik. Sebelah tangan Jang Geun Suk masih menahan pintu, siap membanting pintu itu di depan wajah Kim Bum kalau pria itu melakukan gerakan mencurigakan. Saat itu Kim Bum benar-benar terlihat seperti pembunuh bayaran.

Sialan, Jang Geun Suk mengutuk dalam hati. Seharusnya ia tidak mendekati gadis model bernama Kim So Eun itu. Walaupun Kim Hyun Joong dan Kim Bum memiliki sifat yang jauh berbeda, Jang Geun Suk bisa melihat satu kemiripan di antara kakak-beradik itu.

Mereka berdua sama-sama tidak suka melihat apa yang menjadi milik mereka diganggu gugat.

Oh ya, dan satu kemiripan lagi. Sepertinya, kakak-beradik itu juga memiliki selera yang sama dalam hal wanita.

“Bagaimana kau bisa tahu aku menginap di hotel ini?” Jang Geun Suk untuk mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang berbahaya.

“Aku bertanya,” kata Kim Bum singkat. Bukan hanya tatapannya, nada suaranya pun terdengar dingin.

Jang Geun Suk mulai berkeringat dingin. Ia bisa membayangkan Kim Bum menelepon semua hotel yang ada di Paris untuk mencari tahu tentang keberadaan dirinya.

Kalau memang itu yang terjadi, masalah ini bisa sangat serius. Sialan... sialan...

“Tidak mengundangku masuk?‟ tanya Kim Bum.

Jang Geun Suk menyadari Kim Bum sudah melepas sikap hormatnya. Kim Bum tidak memanggilnya dengan sebutan “Hyung” seperti biasa. Berusaha tidak menunjukkan ketakutannya. Bagaimanapun juga Kim Bum lebih muda darinya dan Jang Geun Suk tidak mungkin menunjukkan bahwa ia sebenarnya takut pada adik temannya itu. Jang Geun Suk mengangkat bahu dan melepaskan tangannya dari pintu.

Kim Bum melangkah masuk dan menutup pintu. Jang Geun Suk berjalan menjauh, berusaha tidak berdiri terlalu dekat dengan Kim Bum. Tapi ternyata Kim Bum juga tidak bermaksud mendekatinya.

“Jadi,” kata Jang Geun Suk lalu berdeham, “kalau kau ke sini bukan untuk menghajarku, apa yang kau inginkan?”

“Aku ingin tahu apa hubunganmu dengan Kim So Eun,” gumam Kim Bum rendah.

Tatapannya yang tajam menusuk membuat nyali Jang Geun Suk langsung ciut.

“Hubungan? Hubungan apa? Aku tidak menger...”

“Dan aku inign tahu apa maksud kata-katamu padaku sewaktu pesta tadi.”

Kali ini Jang Geun Suk merasa dirinya bisa menghembuskan napas lega. Ah, jadi alasan Kim Bum ke sini memang bukan untuk menghajarnya. Kim Bum ingin tahu apa hubungan Kim So Eun dengan almarhum kakaknya.

“Maksudmu ketika aku berkata bahwa kau dan kakakmu memiliki selera yang sama?” tanya Jang Geun Suk menegaskan.

Mata Kim Bum menyipit. Tatapannya itu seakan ingin mencabik-cabik Jang Geun Suk di tempat. “Ceritakan dari awal,” katanya dengan nada rendah dan datar.

Jang Geun Suk mendesah dan duduk di salah satu kursi di dekatnya sambil meringis kesakitan. Tulang-tulangnya terasa nyeri. “Ceritanya tidak panjang. Itu hanya hubungan semalam.”

Ia langsung bisa melihat perubahan dalam diri Kim Bum. Tubuh Kim Bum berubah tegang dan ia bisa melihat otot rahang Kim Bum berkedut. Oh, sialan, batin Jang Geun Suk. Sebaiknya ia mengatakan apa yang ingin didengar Kim Bum supaya laki-laki itu segera pergi dari sini.

“Kim Hyun Joong pertama kali bertemu dengan gadis itu di pesta,” tutur Jang Geun Suk cepat. “Tiga tahun yang lalu. Di Jepang.”

“Teruskan.”

Jang Geun Suk menelan ludah. “Aku dan kakakmu pergi ke Tokyo untuk membuat film dokumenter, bekerja sama dengan salah satu stasiun televisi di Jepang. Suatu hari kami diundang menghadiri pesta yang diadakan oleh salah seorang perancang busana yang baru saja menggelar fashion show di Tokyo. Gadis itu…model bernama Kim So Eun itu…adalah model utamanya. Kakakmu langsung terpesona padanya sejak pertama kali melihatnya.”

Kim Bum tidak berkomentar, hanya berdiri bersandar di dinding dengan kedua tangan yang masih dijejalkan ke dalam saku celana panjangnya.

Jang Geun Suk memijat-mijat pelipisnya yang mulai berdenyut. “Kakakmu berusaha mendekatinya, tapi sepertinya gadis itu tidak tertarik.” Jang Geun Suk mengeluarkan suara setengah mendengus, setengah terkekeh. “Bayangkan apa yang dirasakan oleh Kim Hyun Joong yang tidak pernah gagal mendekati wanita, ketika ia ditolak oleh gadis yang menarik perhatiannya. Kakakmu kesal. Dan marah. Dan mulai menenggak bergelas-gelas sampanye. Dan suasana hatinya memburuk. Dia mulai marah-marah padaku tanpa alasan. Kau tentu tahu bagaimana sikap kakakmu kalau dia sedang kesal. Bahkan aku yang menjadi sahabat terdekatnya saja tidak berani mendekatinya kalau dia sedang begitu.

“Aku yakin gadis itu hanya berlagak jual mahal. Gadis seperti dia pasti sudah sering berhubungan dengan banyak orang. Bagaimanapun juga kakakmu pria yang tampan, pintar, dan sukses. Gadis mana yang mungkin menolaknya? Lalu kupikir kalau saja aku bisa memberi kakakmu sedikit kesempatan berdua dengan gadis itu, suasana hati kakakmu pasti akan langsung membaik.”

Jang Geun Suk mengangkat wajah dan menatap Kim Bum yang masih berdiri tak bergerak di tempatnya. Juga tidak berkomentar. Tetapi Jang Geun Suk masih bisa merasakan aura dingin yang mencekam di udara.

“Saat itu aku benar-benar merasa ide itu sangat bagus. Aku tidak mau dipaksa menghadapi amukan kakakmu. Suasana hatinya bisa tetap buruk selama berhari-hari kalau sedang kesal, kau tahu itu,” lanjut Jang Geun Suk, mulai terdengar membela diri. “Kebetulan sekali pesta itu diadakan di hotel. Jadi aku memesan kamar, membawa gadis itu ke sana, menyuruh kakakmu menyusul ke sana...”

“Membawa gadis itu ke sana?” potong Kim Bum tiba-tiba. “Bagaimana caranya? Jangan katakan padaku dia dengan senang hati mengikutimu.”

Jang Geun Suk tertawa gugup. Tadinya ia bermaksud melewatkan detail kecil itu, tetapi sepertinya Kim Bum tidak akan melepaskannya begitu saja. “Eh, kalau soal itu... Kebetulan aku membawa... semacam... semacam... pil... yang kucampurkan ke dalam minuman gadis itu.” Melihat perubahan ekspresi di wajah Kim Bum, Jang Geun Suk buru-buru menambahkan, “Tapi katanya pil itu tidak berbahaya. Sungguh. Hanya membuat pusing sedikit. Supaya aku bisa membawanya ke kamar tanpa membuat keributan.”

“Pusing sedikit?”

Butir-butir keringat mulai bermunculan di dahi Jang Geun Suk. Sialan, kenapa Kim Bum membuatnya merasa terintimidasi? Anak itu lebih muda darinya. Sialan.

“Ya, mungkin aku salah mengukur takarannya. Gadis itu hampir tidak bisa berjalan. Lemas. Tapi aku berhasil membawanya ke kamar, aku sama sekali tidak menyentuhnya. Sungguh! Lalu aku menghubungi kakakmu.”

“Dan kakakku datang?”

“Tentu saja,” sahut Jang Geun Suk sambil mengangkat bahu, heran mendengar Kim Bum menanyakan pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas.

Suasana hening sejenak. Lalu ketika Kim Bum berbicara, suaranya terdengar aneh.

“Dan kau meninggalkan kakakku yang mabuk berat bersama gadis itu. Gadis yang kau bius itu…di dalam kamar?”

Jang Geun Suk ragu sejenak, lalu mengangguk kaku.

“Lalu apa yang terjadi?”

“Apa lagi? Tentu saja hal yang pasti terjadi apabila seorang pria berduaan saja dengan seorang wanita di kamar hotel.”

* * *

Kim Bum memejamkan mata dan berusaha mengatur napas. Sesuatu yang gelap dan asing mulai menjalari dirinya, menyesakkannya. Ia merasa dirinya tenggelam dalam kegelapan yang dingin dan berputar-putar. Tidak bisa bernapas... Ia tidak bisa bernapas....

Ini tidak mungkin. Ini tidak mungkin terjadi. Kakaknya dan Kim So Eun... Demi Tuhan, apa yang sudah dilakukan kakaknya pada Kim So Eun? Kakaknya tidak mungkin...

“Kau bohong,” kata Kim Bum dengan gigi mengertak.

Jang Geun Suk tersinggung. “Aku sama sekali tidak mengada-ada. Kakakmu sendiri meneleponku setelah dia selesai dengan gadis itu. Dan bisa kupastikan suasana hatinya jauh berubah, seperti yang sudah kuperkirakan. Dia sangat gembira. Katanya dia akan pergi dari hotel itu sebelum gadis tersebut benar-benar pulih kesadarannya. Katanya dia tidak ingin mendapat masalah.”

“Tidak ingin mendapat masalah?”

Jang Geun Suk mengangkat bahu. “Kata kakakmu, gadis itu masih... eh, belum berpengalaman, jadi dia pasti akan menyulitkan kalau sudah benar-benar sadar. Maksudku, pasti akan ada banyak sekali air mata dan jeritan yang terlibat. Jadi dia lebih memilih pergi sebelum gadis itu mampu bangun. Tentu saja kakakmu bermaksud menghubunginya setelah beberapa hari, setelah gadis itu lebih tenang. Tapi seperti yang kau tahu, keesokan harinya kakakmu mengalami kecelakaan lalu lintas sewaktu pulang dari acara minum-minum bersama rekan-rekan kerja kami di Jepang.”

Kim Bum merasa sekujur tubuhnya mati rasa dan sangat berat. Seolah-olah ia tidak sanggup berdiri lagi. Ia harus mencengkeram lemari kecil di sampingnya. Ia tidak boleh jatuh di sini. Otaknya berputar kembali ke saat ia pertama kali bertemu dengan Kim So Eun. Gadis itu pasti sudah tahu sejak awal bahwa Kim Bum adalah adik Kim Hyun Joong, orang yang menyakitinya. Tidak heran pada awalnya Kim So Eun selalu terlihat gugup dan resah di dekatnya. Tidak heran mata hitam itu selalu memandangnya dengan tatapan takut. Tidak heran gadis itu membenci Kim Bum.

Tidak heran... tidak heran... Demi Tuhan, mengingat apa yang telah dilakukan kakaknya pada Kim So Eun, Kim Bum heran gadis itu tidak langsung mencakarnya ketika pertama kali melihatnya. Apa yang sudah dilakukan kakaknya? Astaga... Ya Tuhan...

“Kau boleh bertanya pada gadis itu kalau kau tidak percaya pada ceritaku,” kata Jang Geun Suk tiba-tiba. “Sudah kubilang aku tidak mengada-ada.”

Kim Bum mengangkat wajahnya yang pucat. Matanya menatap Jang Geun Suk dengan tajam. Sekujur tubuhnya gemetar menahan amarah, menahan dorongan ingin membunuh. “Dan kau,” katanya dengan nada rendah dan dingin, “setelah tahu apa yang telah dilakukan kakakku pada Kim So Eun, kau masih ingin melakukan hal yang sama padanya malam ini.”

Jang Geun Suk mendecakkan lidah. “Oh, ayolah, Kim Bum. Gadis itu bukan lagi gadis lugu. Apa salahnya...”

Kim Bum bergerak begitu cepat sampai sebelum Jang Geun Suk sempat menyadari apa yang sedang terjadi, tinju Kim Bum sudah melayang ke wajahnya dan membuatnya terjatuh dari kursi dan tersungkur di lantai. Tetesan darah mengalir dari hidung Jang Geun Suk dan jatuh ke atas karpet tebal di lantai.

“Sialan, kau mematahkan hidungku!” pekik Jang Geun Suk.

Kim Bum berdiri menjulang di hadapan Jang Geun Suk dengan kedua tangan terkepal erat di sisi tubuhnya. “Dan aku akan melakukan lebih dari itu kalau aku mendengar kau membicarakan hal-hal buruk tentang Kim So Eun lagi,” katanya dengan nada dingin yang sama seperti tadi.

Jang Geun Suk merintih kesakitan sambil memegangi hidungnya yang berdarah. “Oh, sialan... Sialan...”

“Kau harus menyadari satu hal,” gumam Kim Bum, namun suaranya seolah-olah bergema menakutkan di dalam kamar. “Jangan berpikir kau tidak bersalah dalam kejadian tiga tahun lalu itu. Kau juga ikut terlibat. Kau ikut membantu kejahatan yang dilakukan kakakku. Dan kalau kejadian itu terbongkar, kau pasti akan masuk penjara.”

Jang Geun Suk berhenti merintih dan menatap Kim Bum dengan mata terbelalak dan wajah pucat pasi.

Kim Bum balas menatap Jang Geun Suk dengan pandangan tanpa ekspresi.

“Kuperingatkan untuk yang terakhir kalinya. Menjauhlah dari Kim So Eun,” lanjutnya pelan, “sebelum aku terpaksa membunuhmu.”

Jang Geun Suk mendongak menatap Kim Bum dengan napas tercekat.

“Dan yakinlah, aku akan melakukannya tanpa ragu.”

Kalimat terakhir itu seolah-olah bergema dalam keheningan mencekam di dalam kamar. Setelah itu Kim Bum berbalik dan keluar dari sana dengan langkah lebar. Sama sekali tidak menoleh lagi.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...