Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 13 Agustus 2011

Spring Love (Chapter 20)



“Jadi kemarin kau tidak mengantar Kim Bum ke bandara?” tanya Baek Suzy sambil mengangkat kedua kaki ke atas kursi dan menyesap kopi paginya.

Kim So Eun mengaduk-aduk Teh-nya dan mendesah. “Dia tidak mengizinkan aku mengantarnya ke bandara.”

“Dia pasti takut kau menangis meraung-raung di bandara,” komentar Kim Heechul sambil menunduk dan mengeluarkan roti dari oven. “Laki-laki seperti Kim Bum tidak suka menjadi pusat tontonan.”

Kim So Eun mendengus. “Kau lupa dia seorang model? Dia sudah terbiasa menjadi pusat tontonan. Dan apa maksudmu dengan aku yang menangis meraung-raung?”

“Mungkin kau memang bukan tipe orang yang menangis meraung-raung,” koreksi Kim Heechul dan memindahkan roti-roti dalam loyang ke piring besar. “Kau tipe orang yang langsung menutup diri dan tenggelam dalam kesedihan sendiri.”

Kim So Eun menyesap Teh-nya tanpa berkata apa-apa.

Baek Suzy menyikutnya. “Hei, kau dan Kim Bum baik-baik saja, bukan? Tidak bertengkar atau semacamnya?”

Kim So Eun tertegun. Apakah ia dan Kim Bum baik-baik saja? Entahlah.

“Kim So Eun?”

Kim So Eun buru-buru memaksakan senyum dan berkata, “Semuanya baik-baik saja.”

Saat itu bel pintu berbunyi dan Kim Heechul menegakkan tubuh. “Aku berani bertaruh itu pasti Park Shin Hye dan dia datang untuk meminta bantuan Kim So Eun sekaligus sarapan gratis di sini,” gerutunya riang dan berjalan ke pintu. Beberapa detik kemudian Kim So Eun dan Baek Suzy mendengar Kim Heechul berseru lantang, “Aku benar!”

“Benar apanya?” tanya Park Shin Hye ketika ia muncul di dapur. “Astaga, aromanya enak sekali.”

“Duduklah dan anggap rumah sendiri,” kata Baek Suzy sambil menggeser kursi untuk memberi tempat kepada tamu mereka.

“Park Shin Hye, kenapa kau datang pagi-pagi begini?” tanya Kim So Eun.

“Selain untuk mencicipi masakanku, tentu saja,” sela Kim Heechul sambil nyengir.

“Aku ingin meminta bantuan Kim So Eun,” sahut Park Shin Hye sambil meraih salah satu roti dari tumpukan.

“Seperti biasa,” sela Kim Heechul.

Tetapi sepertinya Park Shin Hye tidak mendengar, karena ia langsung menoleh ke arah Kim So Eun dan berkata, “Kami berencana menerbitkan edisi khusus yang memuat perancang-perancang baru di seluruh penjuru Perancis dan pagi ini kami akan mengadakan rapat untuk membahas rencana ini lebih mendetail. Kuharap kau bisa bergabung. Biasanya kau memiliki ide-ide unik yang sangat berguna.”

Kim So Eun ingin mendesah keras. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi di rapat itu kalau ia ikut serta. Seperti di rapat-rapat lain yang pernah dihadirinya, Kim So Eun-lah yang akan selalu melontarkan ide-ide dan menjelaskan semua rencananya sementara Park Shin Hye akan menuruti semua ide-nya tanpa menyumbangkan ide apa pun.

“Maaf, Park Shin Hye. Aku tidak bisa. Jadwal kerjaku penuh sepanjang hari ini,” kata Kim So Eun. Ia bersyukur ia tidak perlu berbohong untuk menolak permintaan temannya karena seharian ini ia memang akan sangat sibuk.

Park Shin Hye mendesah keras dan menggeleng-geleng. “Aneh sekali. Kenapa semua orang yang kuhubungi selalu sibuk?” gerutunya pada diri sendiri. “Pertama-tama sepupuku, lalu kau. Dan Kim Bum juga tidak bisa dihubungi sejak kemarin. Ada apa dengan semua orang?”

“Kim Bum? Tentu saja kau tidak bisa menghubunginya karena dia sudah pulang ke Korea,” kata Baek Suzy.

Mata Park Shin Hye terbelalak kaget. “Pulang ke Korea? Kapan? Kenapa aku tidak diberitahu?”

“Kenapa pula kau harus diberitahu? Memangnya kau pacarnya?” Kim Heechul balas bertanya dengan sikapnya yang blak-blakan.

Alis Park Shin Hye terangkat heran. “Tapi kenapa mendadak sekali?”

“Katanya ada masalah keluarga,” sahut Kim So Eun.

Kali ini Park Shin Hye mengerutkan kening. “Masalah keluarga? Jangan-jangan...”

Ketiga pasang mata lain di dapur kecil itu langsung terarah kepada Park Shin Hye. Kim Heechul mencondongkan tubuhnya ke depan dan bertanya, “Jangan-jangan apa?”

Park Shin Hye memiringkan kepalanya sedikit. “Mungkinkah karena skandal itu?”

“Skandal?” tanya Kim So Eun bingung.

“Aku mendengar berita ini dari ibuku yang mendengarnya dari seorang teman di Korea. Katanya di sana sedang ada gosip yang menimpa keluarga Kim Bum,” kata Park Shin Hye. Lalu ia menatap Kim So Eun. “Aku pernah bilang bahwa ibuku mengenal ibu Kim Bum, bukan? Nah, ibuku sudah berusaha menelepon ibu Kim Bum tetapi tidak bisa tersambung.”

“Tunggu, Park Shin Hye. Gosip dan skandal apa yang kau maksud itu?” tanya Kim So Eun. Ia mulai merasa cemas. Cemas untuk Kim Bum. Semoga bukan masalah besar.

Park Shin Hye mengangkat bahu. “Yang kudengar adalah ada gosip yang menyebutkan bahwa almarhum putra sulung Keluarga Bae Yong Jun telah melakukan sesuatu yang memalukan keluarga.”

“Apa yang dilakukannya?” desak Baek Suzy.

“Pemerkosaan.”

Cangkir Kim So Eun terlepas dari pegangan dan jatuh ke meja dengan bunyi keras.

“Astaga, Kim So Eun. Hati-hati,” Kim Heechul mengomel dan menegakkan cangkir Kim So Eun. “Untung isinya tinggal sedikit.”

Kim So Eun mengabaikannya. Matanya terarah pada Park Shin Hye. “Apakah... apakah mereka mengatakan siapa yang... siapa wanita itu?” tanyanya dengan suara yang diusahakannya setenang dan sedatar mungkin.

Park Shin Hye menggeleng. “Tidak.” Ia menatap ketiga pendengarnya bergantian. “Aku yakin kepulangan Kim Bum yang mendadak ini pasti berhubungan dengan skandal ini. Kudengar ibunya langsung jatuh sakit karena masalah ini.”

Sebelah tangan Kim So Eun terangkat ke keningnya. Tangannya agak gemetar dan sangat dingin. Ketiga temannya masih asyik membahas gosip itu, tetapi Kim So Eun tidak lagi mendengarkan. Ia berdiri dan membawa cangkirnya ke bak cuci piring. Ia berdiri di sana, memandang kosong ke luar jendela. Kedua tangannya dilipat di depan dada, memeluk diri sendiri, karena tubuhnya juga mulai gemetar.

* * *

Sudah lewat tengah malam namun Kim So Eun masih belum bisa terlelap. Sekujur tubuhnya lelah karena jadwal kerjanya yang padat seharian ini, tetapi anehnya ia tidak merasa mengantuk. Ia duduk di depan meja tulis di kamar tidurnya, menatap layar laptop di hadapannya. Sudah berulang-ulang kali ia membaca e-mail pendek yang dikirim Kim Bum kepadanya, namun isinya tetap sama. Kim Bum hanya menyampaikan bahwa ia sudah tiba di Seoul dengan selamat dan meminta maaf karena harus menunggu beberapa hari setelah tiba di Seoul baru bisa mengirimkan e-mail. Banyak sekali masalah yang harus diurusnya di sana, tetapi semuanya berjalan lancar. Ia baik-baik saja dan Kim So Eun sama sekali tidak perlu khawatir.

Hanya itu. Kim Bum sama sekali tidak mengungkit masalah skandal yang menerpa keluarganya. Kim So Eun tahu Kim Bum tidak mengatakan apa-apa kepadanya karena Kim Bum tidak ingin Kim So Eun khawatir. Dan Kim So Eun juga tahu Kim Bum akan memastikan nama Kim So Eun tidak dilibatkan dalam masalah ini. Tetapi Kim Bum kini sendirian. Sendirian menghadapi serangan gosip yang bisa menghancurkan keluarganya. Dan Kim So Eun merasa sangat tidak berdaya karena dirinya adalah salah satu pihak yang menyebabkan semua ini terjadi dan ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong Kim Bum.

Memikirkan kemungkinan Kim Bum menderita sendirian membuat sebutir air mata jatuh menuruni pipinya. Kim So Eun menghapus air mata itu dengan kasar dan berjalan ke tempat tidur. Ia duduk di tepi ranjang dan berpikir.

Saat ini ia sama sekali tidak memiliki keyakinan untuk menepati janjinya pada Kim Bum.

Maukah kau menungguku? Kata-kata Kim Bum kembali terngiang-ngiang di telinga Kim So Eun. Aku tidak akan menuntut banyak. Aku juga tidak akan membebanimu. Aku hanya memintamu menunggu sampai aku menyelesaikan masalahku. Sampai saat itu tiba, jangan pergi ke mana-mana. Tetaplah bersamaku.

Kim So Eun menggigit bibir dan membenamkan wajah di kedua tangannya. Saat ini ia sama sekali tidak punya keyakinan untuk menepati janjinya. Dengan adanya skandal itu, bagaimana ia bisa tetap bersama Kim Bum? Ia adalah wanita dengan masa lalu yang kotor dan rumit, masa lalu yang berhubungan dengan kakak laki-laki Kim Bum. Ia hanya akan membuat Kim Bum semakin menderita. Ia juga akan membuat keluarga Kim Bum menderita.

Ia juga hanya akan membuat dirinya sendiri menderita.

Ia mengira ia sudah mengatasi masa lalunya, tetapi ternyata ia belum berhasil mengatasi apa-apa. Ia hanya menyembunyikan masa lalunya yang gelap itu jauh dalam hatinya. Sama sekali tidak mau memikirkannya, tidak pernah berniat menghadapinya. Ia selalu menghindar. Selalu. Dan apa akibatnya? Ia membuat jarak dengan semua orang. Teman-temannya, Kim Bum, bahkan orangtua dan Adik Perempuan-nya.

Kim So Eun menegakkan tubuh dan menarik napas dalam-dalam. Sudah waktunya ia memberanikan diri dan menghadapi masa lalunya. Ia harus berdamai dengan masa lalunya sebelum ia bisa memikirkan hal lain.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...