Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 09 Agustus 2011

The Right Man (Chapter 26)



Sejak saat itu Dokter Jung Yong Hwa semakin sering datang kerumah Kim So Eun. Mula-mula dengan alasan menjemput Kim Yoo Jung shoting. Lama kelamaan dia muncul begitu saja, tanpa alasan apa-apa dan Kim So Eun menjadi semakin resah.

Mengapa Dokter Jung Yong Hwa mau meluangkan waktu datang kerumahnya! Dan kalau sudah datang dia dapat mengobrol begitu santai dengan Kim Yoo Jung, tidak sibukkah dia?

Kadang-kadang Dokter Jung Yong Hwa mengajak Kim Yoo Jung pergi, dan dia selalu mengudang Kim So Eun untuk ikut, meskipun Kim So Eun lebih sering menolak daripada menerima.

Dia merasa tidak pantas pergi dengan Dokter muda itu, Dokter Jung Yong Hwa berhak mendapatkan wanita yang sempurna, bukan janda pengidap kanker seperti dirinya.

“Mengapa selalu menolak pergi bersama saya?” tanya Dokter Jung Yong Hwa saat menunggu Kim Yoo Jung berganti pakaian.

“Tidak apa-apa saya hanya merasa tidak pantas.”

“Karena saya Dokter gigi Kim Yoo Jung?”

Lama Kim So Eun menatap dokter muda itu sebelum memutuskan untuk berterus terang.

“Karena saya seorang janda dan tak seorangpun tahu berapa lama lagi saya hidup. Siapa yang tahu? Saya juga tidak tahu kapan saya mati. Tapi dokter masih muda dan sehat dokter tidak mengidap kanker ganas seperti saya.”

“Kim So Eun!” Dokter Jung Yong Hwa memandangnya dengan sungguh-sungguh. Saya boleh memanggil namamu saja kan? Panggil saya Jung Yong Hwa.”

“Tapi…”

“Rasanya terlalu kaku kalau masih membiasakan memanggil Dokter dan Nyonya.”

“Tapi itu karena saya sangat menghormati anda, Dokter.”

“Saya lebih suka dipanggil Jung Yong Hwa. Karena saya ingin menjadi teman anda. Bukan hanya menjadi dokter gigi untuk Kim Yoo Jung.”

“Saya merasa sangat tersanjung. Tapi…”

“Saya tidak ingin memaksa. Tapi jika ada sedikit saja perasaan suka terhadap saya, tolong jangan menutup dirimu. Biarkan segalanya berkembang dengan sendirinya.”

Ke arah mana pikir Kim So Eun bingung. Tentu saja aku menyukaimu. Menghormatimu. Menghargaimu. Tetapi tidak mungkin lebih dari itu!

* * *

Kim Bum meninju dinding di hadapannya dengan kesal. Sudah seminggu lebih Kim So Eun tidak pernah mengunjunginya lagi. Anak-anaknya juga tidak ada yang muncul. Ada apa? Apakah dia sakit? Mengapa tidak ada seorang pun yang ingat untuk mengabarinya?

Seandainya diizinkan menelpon... Kim Bum pasti sudah meneleponnya. Dia hampir tak tahan lagi didera perasaan bingung dan khawatir.

Mengapa Kim So Eun sampai hati membiarkannya dalam kegelisahan seperti ini? Begitu cepatkah dia terlupakan?

Tentu saja Kim Bum tidak tahu, betapa sulitnya bagi Kim So Eun untuk melupakannya. Betapa sulitnya mencegah keinginannya untuk menjumpai laki-laki itu.

Untuk pertama kalinya setelah belasan tahun berlalu, Kim So Eun merasakan kembali perasaan rindu yang menyengat. Dia merasa pedih. Merasa kesepian. Merasa hampa. Tetapi dia tetap belum berani mengunjungi Kim Bum!

Kim So Eun sudah membawa Baek Suzy ke dokter. Dan dokter itu sudah memastikan, Baek Suzy hamil. Tak ada yang dapat disangkal lagi. Bayang-bayang kelabu itu kini telah menjelma menjadi kenyataan pahit. Anaknya hamil! Dan Baek Suzy tetap menutup mulutnya rapat-rapat.

Kim So Eun pun tidak ingin memaksanya bicara. Karena dia semakin yakin, Baek Suzy membisu supaya tidak menambah penderitaan ibunya....

* * *

Kim So Eun panik. Malam itu, Park Ji Yeon tidak pulang. Keesokan paginya, dia juga tidak muncul.

Dalam keadaan bingung, Kim So Eun mengajak Baek Suzy mencari Park Ji Yeon di tempat kerjanya. Tetapi Baek Suzy juga tidak tahu di Club Malam mana Park Ji Yeon bekerja.

Akhirnya Baek Suzy terpaksa menghubungi Kim Hyun Joong. Satu-satunya orang yang dianggapnya dapat menolong Park Ji Yeon. Seperti dulu.

"Di Kantor Polisi lagi?" gerutu Kim Hyun Joong kesal.

"Tidak tahu, Paman." Baek Suzy berusaha menekan perasaannya baik-baik. Demi Park Ji Yeon. Padahal mendengar suara lelaki itu saja dia sudah ingin muntah.

"Tapi Park Ji Yeon tidak pulang tadi malam. Dan aku tidak tahu di Club Malam mana dia bekerja."

"Lalu kau suruh aku mencarinya di mana? Di setiap Club Malam di Seoul?"

"Tolonglah, Paman! Temani aku mencari Park Ji Yeon!"

"Tapi kenapa harus aku?"

"Lalu, siapa lagi? Ibu masih lemah."

Kim Hyun Joong menghela napas kesal. Mengapa dia teras yang dikejar-kejar dimintai tolong? Park Ji Yeon bukan anaknya! Bukan keponakan! Bukan apa-apanya! Mengapa anak brengsek itu selalu membuat susah saja?

"Paling-paling dia ada di hotel," gerutu Kim Hyun Joong gemas. "Atau di Motel! Mana ada Club Malam yang buka pagi-pagi begini!"

"Seminggu yang lalu, Club Malamnya digerebek polisi, Paman. Razia obat terlarang."

"Jadi dia minum obat juga? Tidak tahu diri!"

* * *

"Jangan, Baek Suzy. Biar Ibu saja yang pergi mencari Park Ji Yeon."

"Ibu masih lemah. Biar aku saja yang mencarinya, Bu."

"Kau gadis remaja, Baek Suzy. Tidak baik keluar-masuk Club Malam sendirian!"

"Aku tidak sendirian, Bu."

"Kau pergi dengan siapa?"

"Ada Paman Kim Hyun Joong di luar. Aku minta tolong Paman Kim Hyun Joong. Dia sudah menghubungi temannya. Mencari tahu Club Malam mana saja yang dirazia minggu lalu."

Kim Hyun Joong? Kim So Eun tertegun sesaat. Kim Hyun Joong ada di luar?

"Mengapa tidak kau ajak masuk?"

"Tidak mau, Bu. Katanya biar tunggu di mobil saja."

Dia tidak mau menemuiku, pikir Kim So Eun sedih. Masih, marahkah dia? Atau... dia memang sudah tidak ingin melihatku lagi?

Ada perasaan sedih menjalari hati kecil Kim So Eun. Ah, sebenarnya bukan hanya sedih. Tapi sekaligus terhina.

Perasaan seorang wanita yang merasa terbuang karena lelaki yang suatu waktu dulu pernah mengaguminya kini menjauhinya seperti seonggok sampah! Sudah begitu tidak berharganyakah dia?

Kalau bukan demi anaknya, Kim So Eun sudah tidak ingin menjumpainya lagi. Tapi demi Park Ji Yeon... ditindasnya perasaannya.

Kim So Eun melangkah gontai keluar. Dan melihat lelaki itu di balik kemudi. Masih mobilnya yang dulu juga. Yang sering dipakai menjemput Kim So Eun. Dan membawanya ke mana-mana.

Tidak ada yang berubah pada penampilan Kim Hyun Joong. Dia masih tetap setampan dulu. Dan sekali lagi, segurat perasaan nyeri mengiris hati Kim So Eun. Lelaki tampan ini dulu pernah hampir menjadi miliknya! Sekarang... melihat pun dia enggan!

"Selamat pagi, Kim Hyun Joong," sapa Kim So Eun di samping mobil. "Tidak masuk?"

Kim Hyun Joong menoleh kaget seperti disapa hantu. Wajahnya memucat sedikit. Matanya menyipit melihat Kim So Eun.

Dan untuk ketiga kalinya, Kim So Eun merasa ngilu. Mata lelaki itu pasti tidak berdusta. Mata itu menyorotkan kekagetan. Yang kemudian perlahan-lahan berubah menjadi perasaan iba.

Kim So Eun benci melihatnya. Rasanya lebih baik jika dia tidak usah membalas tatapan Kim Hyun Joong lagi. Supaya matanya tidak usah menceritakan betapa berubahnya Kim So Eun sekarang!

Kim Bum pasti sangat mencintainya. Begitu mengasihinya sampai matanya tidak pernah menyorotkan tatapan seperti ini.... Bagi Kim Bum, Kim So Eun tak pernah berubah. Tetapi bagi Kim Hyun Joong, Kim So Eun seperti sudah berubah menjadi sesosok monster!

"Kaget melihatku?" tanya Kim So Eun tenang. Seuntai senyum pahit dipaksakannya tersungging di bibirnya. "Aku sudah jauh berubah?"

"Kim So Eun!" Bergegas Kim Hyun Joong membuka pintu mobilnya. Begitu gugupnya dia sampai hampir tersuruk ketika keluar dari mobil itu. "Apa kabar?"

Kalau Kim So Eun mengharapkan Kim Hyun Joong akan memeluknya seperti dulu, dia pasti kecewa. Tetapi Kim So Eun memang sudah tidak mengharapkannya lagi.

Begitu gugupnya Kim Hyun Joong sampai dia lupa mengulurkan tangannya untuk memberi salam. Atau... dia bukan lupa. Dia memang tidak mau....

"Tidak pernah ada kabar baik lagi. Kenapa tidak masuk?"

"Oh, takut mengganggumu."

"Sesudah semua pertolongan yang kau berikan?"

"Ah, pertolongan apa!"

"Tanpa uangmu, aku mungkin masih disandera di ramah sakit! Tidak bisa bayar tagihan."

"Oh." Wajah Kim Hyun Joong bertambah pucat. Dan sikapnya bertambah serba salah. "Lupakan saja!"

Lupakan saja? Mengapa dia sebaik itu? Dan mengapa... dia begitu gugup? Bukankah justru dia yang menjadi dewa penolong?

"Terima kasih mau melayani permintaan-permintaan Baek Suzy. Dia selalu merepotkanmu."

Kim Hyun Joong tidak mampu menjawab. Dia kelihatan sangat gelisah sampai Kim So Eun bertambah bingung.
Sudah begitu mengerikankah penampilanku sampai Kim Hyun Joong tidak berani menatapku, pikir Kim So Eun sedih.

Saat itu Baek Suzy muncul di belakang ibunya.

"Aku pergi, Bu," katanya dengan suara tertekan. "Jangan, Baek Suzy. Biar Ibu saja!"

"Kan ada Paman Kim Hyun Joong, Bu!"

"Jangan. Biar Ibu yang pergi dengan Paman Kim Hyun Joong." "Tapi Ibu masih lemah!"

"Kau juga tidak sehat. Masih mual?"

"Sedikit. Ibu istirahat saja."

"Kau saja yang istirahat. Ibu pergi, Baek Suzy,"

"Aku saja, Bu!"

"Masuk, Baek Suzy."

"Ibu tidak akan kuat!"

"Biar Baek Suzy saja yang ikut, Kim So Eun," potong Kim Hyun Joong resah. "Kau masih lemah..."

"Jangan mengasihaniku!" potong Kim So Eun sengit. "Aku yang paling tahu kondisi tubuhku sendiri!"

"Tapi Baek Suzy lebih kuat..."

"Siapa bilang? Kau tidak tahu apa-apa!"

"Ibu..."

"Masuk, Baek Suzy. Jangan membantah lagi!"

* * *

"Seharusnya kau biarkan Baek Suzy menemaniku mencari Park Ji Yeon," keluh Kim Hyun Joong sambil mengemudikan mobilnya.

"Kenapa kau begitu takut padaku?" sergah Kim So Eun gemas. "Apa penampilanku sudah begitu mengerikan?"

"Bukan begitu! Aku hanya tidak ingin kau sakit lagi…"

"Aku sudah tidak apa-apa! Operasiku sudah lewat. Dan aku masih tetap manusia. Bukan separuh mayat!"

"Kau tidak mengerti...."

"Aku mengerti sekali! Kau takut melihatku!"

"Kau keliru...."

"Karena aku sudah berubah total! Penampilanku telah jauh berbeda!"

“Tapi bukan itu maksudku!"

"Kau tidak usah khawatir, Kim Hyun Joong. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku tidak akan menagih janji-janjimu!"

"Kau salah mengerti, Kim So Eun! Aku tidak mau kau ikut karena kasihan kepadamu. Kau masih lemah. Baek Suzy masih muda dan kuat...."

“Tapi dia hamil!"

* * *

Mobil Kim Hyun Joong terlonjak berhenti. Mobil di belakangnya mengerem mendadak. Bunyi klaksonnya yang panjang menyakitkan telinga.

Tetapi Kim Hyun Joong seperti tidak mendengar apa-apa. Dia terhenyak bengong.

Hamil? Baek Suzy... hamil? Anaknyakah yang berada dalam kandungan gadis itu? Anak yang selama ini diharapkannya?

Tentu saja Kim Hyun Joong pantas terkejut. Tetapi menurut Kim So Eun, kekagetannya berlebihan. Dia menepikan mobilnya seperti habis menelan racun.

"Katamu... Baek Suzy hamil?" Kim Hyun Joong menggagap sambil menyeka keringatnya. "Siapa... siapa yang...?"

"Dia tidak mau mengatakannya."

"Anaknya…sehat?"

"Apa maksudmu?" dengus Kim So Eun tersinggung.

"Baek Suzy... tidak... tidak... menggugurkannya...?"

"Aku tidak mau membunuh cucuku! Siapa pun ayahnya!"

"Jangan, Kim So Eun! Aku mohon padamu, jangan bunuh anak itu!"

Sekarang Kim So Eun mengawasi Kim Hyun Joong dengan curiga.

"Kenapa kau menaruh perhatian begitu besar pada cucuku?"

"Kau tahu sudah berapa lama aku mendambakan anak!"

"Apa hubungannya denganmu?"

"Berikan anak itu padaku, Kim So Eun!"

"Padamu?" Kim So Eun mengerutkan dahinya dengan perasaan tidak enak. "Tapi kau tidak pernah menginginkan anak orang lain, kan? Kau menginginkan anak kandung!"

"Kalau anak kandung tak bisa kuperoleh, apa salahnya mengangkat anak?"

"Kau benar-benar sudah berubah!"

Kim So Eun menatap Kim Hyun Joong dengan tajam sampai yang ditatap jadi bertambah salah tingkah.

"Berikan anak itu padaku, Kim So Eun!" pinta Kim Hyun Joong memelas sekali. "Aku rela memberikan apa saja yang kau minta!"

“Aku tidak menjual cucuku!” sergah Kim So Eun Tersinggung.

“Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin punya anak…”

“Dan kau tidak perlu melihat seperti apa anak itu nantinya..”

“Aku tidak peduli!”

“Tapi itu bukan sifatmu!”

“Kau yang bilang aku sudah berubah!”

“Istrimu tidak keberatan? Tidak perlu Tanya pendapatnya dulu?”

“Itu yang diinginkannya sejak dulu!”

“Dia tidak keberatan mengambil cucuku sebagai anaknya?”

“Jung So Min tidak peduli asal tidak kehilangan suaminya!”

“Tapi aku peduli. Jika cucuku tidak memperoleh Ibu yang mengasihinya, lebih baik dia kurawat sendiri.”

“Kau tidak mungkin bisa, Kim So Eun. Kau sakit! Dan Baek Suzy masih terlalu muda untuk menjadi seorang Ibu! Apalagi dia belum bersuami…”

“Kau lupa. Aku sudah berpengalaman membesarkan anak tanpa suami.”

“Tapi lebih baik kalau seorang anak mempunyai Ayah dan Ibu, kan? Kau tahu bagaimana susahnya membesarkan anak seorang diri! Kau tidak mau Baek Suzy mengalami nasib yang sama denganmu, kan?”

“Akan kutanyakan pendapat Baek Suzy.”

“Dia pasti patuh padamu, Kim So Eun!”

“Baek Suzy berhak memtuskan. Dia Ibunya.”

Dan aku ayahnya, jerit Kim Hyun Joong dalam hati. Aku berhak memiliki anak itu!

Bersambung…

Chapter 10 ... Chapter 11
Chapter 9 ... Chapter 12
Chapter 8 ... Chapter 13
Chapter 7 ... Chapter 14
Chapter 6 ... Chapter 15
Chapter 5 ... Chapter 16 ... Chapter 25
Chapter 4 ... Chapter 17 ... Chapter 24
Chapter 3 ... Chapter 18 ... Chapter 23
Chapter 2 ... Chapter 19 ... Chapter 22
Chapter 1 ... Chapter 20 ... Chapter 21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...