“Kau mau ke Delstress Dragons? Hari ini?” tanya Kim So Eun di ponsel dengan alis terangkat. Ia sedang minum Cappucino dengan Baek Suzy di kafe di Starfall Park ketika Kim Bum meneleponnya dan berkata bahwa ia akan pergi ke Delstress Dragons.
“Ya,” sahut Kim Bum di ujung sana. “Kami sedang mengerjakan video musik baru dan pengambilan gambarnya akan dilakukan di sana. Kudengar tempat itu sangat indah.”
“Kudengar juga begitu,” gumam Kim So Eun sambil lalu. “Tapi, Kim Bum, apakah kau yakin kau sudah cukup sehat untuk melakukan perjalanan jauh?”
Kim Bum tertawa. “Aku sudah sembuh. Sungguh. Hyung juga tidak akan mengizinkan aku pergi kalau aku masih sakit.”
“Kapan kau akan kembali?”
“Entahlah. Aku tidak yakin. Kurasa hanya dua atau tiga hari.”
“Dua atau tiga hari?”
“Kenapa? Tentunya kau bisa bertahan beberapa hari tanpa aku, bukan?” gurau Kim Bum.
Kim So Eun mendengus. “Aku sudah bertahan seumur hidup tanpa dirimu, jadi aku yakin aku akan baik-baik saja.”
Saat itu Baek Suzy mencondongkan tubuhnya ke arah Kim So Eun dan berbisik, “Apakah dia akan datang ke pertunjukanku?”
Kim So Eun meneruskan pertanyaan Baek Suzy kepada Kim Bum. “Katakan padanya aku pasti datang,” sahut Kim Bum. “Bukankah aku sudah pulang sebelum hari pertunjukan perdananya?”
“Dia pasti datang,” kata Kim So Eun kepada Baek Suzy, lalu kembali berkata kepada Kim Bum, “Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu.”
“Kau juga. Aku akan meneleponmu lagi nanti.”
“Ada pekerjaan di Delstress Dragons?” tanya Baek Suzy sambil memasukkan scone ke dalam mulut ketika Kim So Eun sudah menutup ponsel.
Scone
“Katanya dia akan pergi selama beberapa hari,” sahut Kim So Eun pelan, lalu menoleh memandang ke luar jendela. Seperti biasa, langit Paris terlihat suram walaupun sinar matahari berusaha mengintip dari sela-sela awan.
“Oh, astaga,” kata Baek Suzy tiba-tiba. Seulas senyum lebar tersungging di bibirnya dan matanya berkilat-kilat penuh arti.
Kim So Eun menatapnya dengan alis terangkat. “Apa?”
“Kau mendesah, Kim So Eun,” kata Baek Suzy.
“Mendesah?” ulang Kim So Eun sambil mengerjap kaget. Ia tidak mendesah. “Aku tidak mendesah.”
Senyum Baek Suzy semakin lebar. “Kau sudah pasti mendesah tadi dan aku tahu jenis desahan seperti itu.” Baek Suzy mencondongkan tubuh dan menopang kedua siku di atas meja. Matanya menatap mata Kim So Eun lurus-lurus. “Belum apa-apa kau sudah merindukannya.”
“Apa?”
Baek Suzy tertawa. “Oh, akui saja, Kim So Eun. Kau menyukai laki-laki itu.”
“Aku...” Kim So Eun terdiam sejenak, lalu menghembuskan napas. “Sebaiknya kita bicarakan hal lain saja.”
Baek Suzy mengangkat bahu. “Kenapa? Kim Bum itu sangat tampan, baik, sopan, dan menyenangkan. Dan aku yakin dia juga menyukaimu. Jadi apa salahnya kalau...”
“Park Shin Hye menyukainya,” sela Kim So Eun.
“Aku tahu itu,” kata Baek Suzy, membuat Kim So Eun heran. “Tapi lalu kenapa? Kim Bum tidak menyukainya, bukan?”
Kim So Eun mengangkat bahu. “Aku sudah berjanji akan membantunya.”
“Membantu siapa? Park Shin Hye?”
Kim So Eun mengangguk.
“Maksudmu, membantunya mendekati Kim Bum?”
Kim So Eun tidak menjawab.
Baek Suzy menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.
“Kau tahu, Kim So Eun, kadang-kadang kau bisa sangat bodoh.”
Kim So Eun tidak berkomentar. Ia hanya menunduk dan mengaduk-aduk Cappucinonya.
“Ngomong-ngomong soal Park Shin Hye,” gumam Baek Suzy tiba-tiba.
Kim So Eun mengangkat wajah dan melihat Baek Suzy sedang memandang ke arah pintu restoran. Kim So Eun mengikuti arah pandang Baek Suzy dan matanya langsung menangkap sosok Park Shin Hye yang sedang berjalan ke meja mereka sambil tersenyum cerah.
Terakhir kali Kim So Eun bertemu dengan Park Shin Hye adalah empat hari yang lalu, ketika mereka pulang dari apartemen Kim Bum.
“Hai,” sapa Park Shin Hye ceria ketika ia sudah berdiri di samping meja Kim So Eun dan Baek Suzy. “Aku kebetulan lewat dan melihat kalian dari luar restoran, jadi kuputuskan untuk ikut bergabung dengan kalian. Kalian tidak keberatan, bukan?”
“Tidak, tidak. Silakan duduk,” kata Baek Suzy sambil bergeser ke kursi di sampingnya untuk memberi tempat kepada Park Shin Hye.
Park Shin Hye melepas jaket sambil memesan secangkir Cappucino pada seorang pelayan yang menghampirinya. Setelah si pelayan pergi, Park Shin Hye menatap Kim So Eun dan Baek Suzy bergantian. “Jadi apa yang sedang kalian bicarakan?”
Kim So Eun melirik Baek Suzy sekilas, lalu menatap Park Shin Hye dan berkata, “Hanya tentang pertunjukan Baek Suzy minggu depan. Dia ingin memastikan kita semua datang. Kau juga pasti datang, bukan?”
Selama beberapa saat mereka mengobrol tentang berbagai hal sambil minum Cappucino dan melahap semua scone dan kue kecil yang mereka pesan. Lalu tiba-tiba Park Shin Hye berkata, “Ngomong-ngomong, kenapa Kim Heechul dan Kim Bum tidak ikut minum Cappucino bersama kita?”
“Kim Heechul tidak bisa meninggalkan restoran,” sahut Baek Suzy. “Sedangkan Kim Bum sedang pergi ke luar kota.”
Alis Park Shin Hye terangkat dan ia menoleh ke arah Kim So Eun. “Ke luar kota? Ke mana?”
Kim So Eun memaksakan seulas senyum tipis. “Delstress Dragons,” gumamnya. “Ada pekerjaan di sana.”
“Delstress Dragons,” gumam Park Shin Hye dengan nada merenung. Sesaat kemudian ia menatap Kim So Eun dan Baek Suzy bergantian. “Ada yang mau pesan scone lagi? Scone di sini benar-benar enak.”
* * *
Tiga hari kemudian
Begitu Kim So Eun membuka pintu flatnya, aroma tidak asing langsung menyerbu hidungnya. Aroma masakan. Seulas senyum otomatis tersungging di bibirnya. Pasti Kim Heechul sudah ada di rumah. Dan kalau menilai dari aromanya, ia pasti sedang memasak sesuatu yang lezat.
“Kim So Eun, kaukah itu?” seru Kim Heechul dari dapur.
“Ya, ini aku,” Kim So Eun balas berseru sambil menggantung jaket dan melepas sepatunya. Lalu ia berjalan ke dapur. “Aromanya enak sekali.”
Kim Heechul sedang mengaduk-aduk sesuatu di panci sementara Baek Suzy duduk di meja makan dan memotong-motong sayuran hijau dengan canggung. Kim So Eun tersenyum memikirkan bagaimana jadinya Baek Suzy kalau ia disuruh memerankan koki handal dalam drama. Ia pasti gagal total.
“Kuharap kau belum makan malam, Sayang,” kata Kim Heechul, lalu mencicipi saus yang sedang dimasaknya. “Oh... Ya Tuhan, aku benar-benar jenius. Saus ini benar-benar lezat. Aku bisa jatuh cinta pada diriku sendiri.”
“Aku belum makan malam dan aku kelaparan,” kata Kim So Eun. Ia menghampiri Kim Heechul dan mengintip ke dalam panci. “Kita akan makan apa malam ini?”
“Pasta,” kata Kim Heechul. “Oh ya, bagaimana kalau kau mengundang Kim Bum makan malam bersama kita? Kuharap dia tidak alergi lobster.”
Kim So Eun menggeleng. “Kim Bum belum kembali ke Paris.”
“Kenapa? Bukankah dia bilang hanya dua atau tiga hari?” tanya Baek Suzy.
“Kemarin malam dia meneleponku dan sepertinya ada sedikit masalah teknis di sana. Jadi mereka terpaksa tinggal lebih lama daripada yang direncanakan.”
Tiba-tiba Kim Heechul berhenti mengaduk pancinya dan berbalik menatap Kim So Eun. “Dia pergi ke Delstress Dragons, bukan?”
Kim So Eun mengangguk. “Ya, kenapa?”
“Kudengar di sana pemandangannya sangat indah,” kata Kim Heechul sambil berpikir.
“Lalu?”
“Kudengar juga tempat itu sangat romantis. Tempat yang membuat orang jatuh cinta semudah ini.” Kim Heechul menjentikkan jari.
“Oh, Kim Heechul. Tolong katakan saja langsung apa yang ingin kaukatakan,” kata Baek Suzy.
Raut wajah Kim Heechul terlihat serius. “Kau tidak takut dia akan jatuh cinta pada wanita lain di sana?” tanyanya pada Kim So Eun. “Bayangkan saja, dia berada di salah satu tempat paling indah di dunia, dikelilingi kedamaian pegunungan, padang rumput hijau, danau biru, udara segar, desa-desa kecil yang indah. Mungkin kalian tidak tahu, tapi percayalah padaku apabila kukatakan bahwa suasana seperti itu membuat kita jatuh cinta dengan mudah. Sangat mudah. Bagaimana kalau Kim Bum bertemu dengan salah seorang gadis desa yang cantik dan lugu di sana, lalu dia terpesona dan... dan tidak mau kembali ke Paris lagi?”
Kim So Eun menyipitkan mata menatap Kim Heechul, seulas senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. “Kau tahu masalahmu? Kau terlalu banyak nonton film-film romantis,” katanya.
Kim Heechul terkekeh. “Setidaknya memang itu yang terjadi dalam film,” kata Kim Heechul. Ia menoleh ke arah Baek Suzy yang masih memotong-motong sayuran dengan kikuk.
“Sayangku, kalau kau memotong seperti itu, salad-nya baru bisa dihidangkan besok pagi.”
“Aku lebih mementingkan keselamatanku. Aku tidak mau jariku putus,” balas Baek Suzy, masih memotong sayuran dengan teramat hati-hati.
“Baiklah,” kata Kim So Eun sambil beranjak ke kamarnya. “Aku akan mandi. Setelah itu aku akan membantu kalian.”
* * *
“Dia belum meneleponmu hari ini?” tanya Kim Heechul tiba-tiba setelah mereka selesai makan malam dan duduk mengobrol di meja makan.
Kim So Eun mengalihkan tatapan dari jam kecil di atas kulkas dan menatap Kim Heechul.
“Apa?”
“Ayolah, Kim So Eun,” timpal Baek Suzy sambil tersenyum. “Dari tadi kau terus melirik jam.”
“Dan kalau tidak melirik jam, kau melirik ponselmu,” Kim Heechul menambahkan.
“Jelas sekali kau sedang menunggu telepon,” lanjut Baek Suzy.
“Tepatnya, telepon dari Kim Bum,” kata Kim Heechul.
Kim So Eun tidak tahu apa yang bisa dikatakannya untuk menghadapi serangan kedua temannya. Tetapi ia memang tidak ingin membantah. Ia memang sedang menunggu telepon dari Kim Bum. Biasanya Kim Bum meneleponnya atau mengirim pesan singkat setiap hari. Setiap hari. Hanya untuk mengabarkan keadaannya ataupun menanyakan kabar Kim So Eun. Tetapi dua hari terakhir ini laki-laki itu belum menghubungi Kim So Eun dan hal itu membuat Kim So Eun bertanya-tanya. Apa yang sedang dilakukannya di sana?
Tiba-tiba Kim So Eun tertegun dan alisnya berkerut bingung. Kenapa ia seperti ini?
Aneh sekali. Sudah beberapa hari ini ia tidak melihat Kim Bum dan ia mulai merasa rindu. Rindu? Ya, walaupun Kim So Eun tidak ingin mengakuinya, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang dirasakannya sekarang. Ia ingin bertemu dengan Kim Bum, ingin mendengar suaranya, ingin berbicara dengannya, ingin... Oh, Tuhan, aku sudah gila, pikir Kim So Eun sambil menggeleng pelan.
“Kau tidak gila,” kata Kim Heechul. “Apa yang kaurasakan itu wajar saja.”
Kim So Eun mendongak kaget. Apakah ia mengatakan apa yang dipikirkannya tadi? Sepertinya begitu.
“Kenapa kau tidak meneleponnya?” Baek Suzy menyarankan dan mulai membereskan meja. “Dia juga bukannya pergi ke luar negeri. Telepon saja dia sekarang.”
Kim So Eun menggigit bibir, mempertimbangkan usul itu sejenak, lalu ia tersenyum.
“Baiklah kalau begitu.” Ia meraih ponsel dan menekan nomor Kim Bum. Nada sambung terdengar empat kali sebelum akhirnya telepon diangkat di ujung sana dan...
“Halo?”
Kim So Eun mengerjap dan matanya pun melebar. Suara wanita? Apa...?
“Halo?” kata suara itu lagi. Lalu, “Kim So Eun?”
Tanpa sadar Kim So Eun mencengkeram ponselnya lebih erat sementara jantungnya seolah-olah berhenti sejenak ketika ia mengenali suara itu. “Park Shin Hye?” tanyanya kaget.
Kim Heechul dan Baek Suzy yang sedang membereskan meja menghentikan gerakan mereka dan menatap Kim So Eun dengan alis terangkat kaget. Namun kekagetan mereka tidak seberapa dibandingkan dengan kekagetan Kim So Eun. Park Shin Hye? Park Shin Hye menjawab ponsel Kim Bum? Apa ini? Apa yang sedang terjadi?
“Ternyata benar kau, Kim So Eun,” kata Park Shin Hye. Suaranya terdengar ringan dan ceria seperti biasa. “Kim Bum sedang pergi ke toilet dan ponselnya ditinggalkan di meja.”
Kim So Eun merasa kepalanya nyaris meledak karena banyaknya pertanyaan yang berseliweran di sana. “Tapi, Park Shin Hye, bagaimana kau bisa ada di... Maksudku, sedang apa kau di sana?” tanyanya, berusaha mengendalikan suaranya.
“Oh, kau tidak tahu aku ada di Delstress Dragons?” Park Shin Hye balas bertanya. “Bukankah sudah kukatakan padamu aku ingin menulis artikel tentang Delstress Dragons? Aku yakin aku pernah mengatakannya padamu.”
Kim So Eun memang ingat Park Shin Hye pernah menyebut-nyebut soal itu, tapi ia tidak tahu bahwa Park Shin Hye akan langsung pergi ke sana. Dan bertemu dengan Kim Bum. Dan menjawab ponsel Kim Bum!
“Jadi aku datang ke sini dan aku kebetulan bertemu dengan Kim Bum dan rombongannya di Visigoth. Benar-benar kebetulan yang luar biasa, bukan?” Park Shin Hye melanjutkan penjelasannya. “Dan karena malam ini mereka tidak sibuk, aku mengundang Kim Bun dan rombongannya makan malam bersama. Oh, Kim So Eun, mereka benar-benar rombongan yang menyenangkan. Dan Kim Bum benar-benar teman mengobrol yang luar biasa. Dia membuatku tertawa sepanjang malam.”
Kim So Eun harus menahan diri untuk tidak memutuskan hubungan saat itu juga.
“Oh, begitu? Menyenangkan sekali,” gumamnya kaku.
“Oh, oh, ada yang ingin kukatakan padamu,” kata Park Shin Hye lagi. Suaranya terdengar antusias.
Kim So Eun tidak yakin ia ingin mendengarnya.
“Kim Bum akan mengajakku ke suatu tempat sehabis makan malam,” bisik Park Shin Hye senang. “Kurasa dia mulai menyukaiku.”
Dan Kim So Eun merasa jantungnya jatuh ke lantai dapur flatnya.
“Aku akan menceritakan semuanya kepadamu ketika aku pulang nanti.”
Tidak. Jangan. Kim So Eun menarik napas dalam-dalam. “Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan mengganggu acara makan malammu. Bersenang-senanglah. Dan semoga artikelmu berhasil.”
“Artikel?” tanya Park Shin Hye bingung. “Oh, artikel itu! Ya, ya, tentu saja. Terima kasih, Kim So Eun.”
Kim So Eun tidak bisa menahan diri dan memutar bola matanya.
“Oh, Kim So Eun, kau ada pesan untuk Kim Bum? Akan kusampaikan kepadanya,” tambah Park Shin Hye.
“Tidak,” tukas Kim So Eun cepat. Suaranya terdengar agak ketus, jadi ia menarik napas lagi dan berkata dengan lebih tenang. “Tidak, terima kasih, Park Shin Hye. Tidak usah. Tidak ada yang penting.”
Kim So Eun menutup ponsel dan menatap Kim Heechul dan Baek Suzy yang sedang menatapnya dengan ragu. “Itu tadi Park Shin Hye,” katanya singkat.
Kim Heechul dan Baek Suzy saling berpandangan sejenak. “Ya, kami sudah mendengarnya.”
“Dia sedang makan malam dengan Kim Bum,” kata Kim So Eun lagi. Dadanya terasa agak berat. “Ya, bukan berdua dengan Kim Bum. Rekan-rekan kerja Kim Bum juga ada di sana.”
Kim Heechul dan Baek Suzy mengangguk.
“Katanya Kim Bum sedang pergi ke toilet dan meninggalkan ponselnya di meja. Katanya dia sedang menulis artikel tentang Delstress Dragons dan kebetulan bertemu dengan Kim Bum di Visigoth.” Lagi-lagi Kim So Eun menarik napas dalam-dalam, lalu bergumam lirih, “Katanya Kim Bum akan mengajaknya ke suatu tempat setelah makan malam.”
Kim Heechul dan Baek Suzy masih diam. Lalu Kim Heechul berkata ragu, “Kau tahu, itu mungkin tidak berarti apa-apa. Kusarankan kau agar tidak terlalu memikirkannya.”
Kim So Eun mengangkat wajah dan menatap Kim Heechul. “Aku tidak apa-apa,” katanya cepat. “Aku baik-baik saja.”
Lalu ia berbalik dan masuk ke dalam kamarnya, melempar ponsel ke tempat tidur dan berdiri di tengah-tengah kamar dengan kedua tangan dilipat di depan dada.
Kim Bum akan mengajakku ke suatu tempat sehabis makan malam. Kurasa dia mulai menyukaiku.
Mata Kim So Eun terasa perih. Ia juga mendadak merasa sesak. Ia membuka jendelanya lebar-lebar dan menarik napas dalam-dalam. Kenapa tiba-tiba bernapas membuat dadanya terasa sakit?
* * *
Park Shin Hye sedang menunduk menatap ponsel Kim Bum yang ada dalam genggamannya ketika suara Kim Bum mengagetkannya. “Ada yang menelepon?”
Park Shin Hye mendongak dan menyunggingkan senyum cerah. “Kim So Eun,” sahutnya.
“Maaf, aku menjawab teleponmu. Tapi sudah kukatakan padanya bahwa kau sedang pergi ke toilet.”
Kim Bum duduk dan menerima ponsel yang disodorkan Park Shin Hye. Kim So Eun meneleponnya? Apakah ada masalah? Ia memang tidak sempat menelpon gadis itu selama dua hari ini, tetapi itu karena Song Chang Ui membuat semua orang sibuk sepanjang hari dan ketika akhirnya Kim Bum mendapat waktu luang, Park Shin Hye mendadak muncul dan mengajak mereka semua makan malam.
“Maaf, aku keluar sebentar,” kata Kim Bum kepada Park Shin Hye. Kemudian ia keluar dari restoran dan berdiri di tepi jalan yang melandai. Ia menekan nomor telepon Kim So Eun dan menempelkan ponsel ke telinga.
Nada sambung terdengar satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali...
Kim So Eun tidak menjawab telepon. Ke mana gadis itu? Kenapa tidak menjawab telepon?
* * *
Kim So Eun menatap ponselnya yang berdering di atas tempat tidur, namun sama sekali tidak bergerak untuk menjawabnya. Ia tetap berdiri di depan jendela sambil melihat kedua tangan di depan dada. Ia tahu itu telepon dari Kim Bum, ia sudah melihat nama yang muncul di layar ponsel, tetapi ia tidak lagi ingin berbicara dengan laki-laki itu.
Tidak setelah berbicara dengan Park Shin Hye tadi.
Ia yakin Park Shin Hye memutuskan pergi ke Delstress Dragons setelah ia tahu Kim Bum ada di sana. Ia juga yakin Park Shin Hye tidak kebetulan bertemu dengan Kim Bum di Visigoth. Park Shin Hye pasti tahu rombongan Kim Bum menginap di Visigoth. Pasti begitu. Dan kini mereka berdua ada di tempat yang menurut Kim Heechul adalah salah satu tempat paling indah di dunia, dikelilingi kedamaian pegunungan, padang rumput hijau, danau biru, udara segar, desa-desa kecil yang indah.
Tempat yang membuat orang-orang jatuh cinta dengan mudah, begitulah kata Kim Heechul tadi.
Kim So Eun menyipitkan mata. Namun bukannya gadis desa yang cantik dan lugu, Kim Bum malah bertemu dengan Park Shin Hye.
Park Shin Hye yang cantik, pintar, menarik, pandai bicara, dan selalu percaya diri di tengah banyak orang.
Park Shin Hye yang sangat bertolak belakang dengan Kim So Eun.
Park Shin Hye yang pastinya bisa dengan mudah membuat Kim Bum jatuh cinta.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar