Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 13 Agustus 2011

Spring Love (Chapter 15)



Keesokan harinya ketika Kim So Eun keluar dari kantor agennya, ia melihat Kim Bum sudah duduk menunggunya di atas motor sport berwarna merah. Kim Bum tersenyum lebar sambil mengulurkan helm kepadanya. “Ini sepeda motor Hyung. Dia meminjamkannya kepadaku hari ini. Ayo, naiklah.”

Kim So Eun menatap Kim Bum dan sepeda motor itu bergantian. “Kau harus tahu bahwa ini pertama kalinya aku naik sepeda motor,” katanya ragu.

Kim Bum mengenakan helmnya sendiri. “Benarkah? Kau sudah banyak mendapat pengalaman baru bersamaku, bukan?” tanya Kim Bum ringan. “Dan hari ini kita akan mencari pengalaman baru lagi. Ayo, naiklah. Kau percaya padaku, bukan?”

Kim So Eun menatapnya sesaat, lalu perlahan-lahan keraguan memudar dari matanya dan ia tersenyum. “Baiklah.”

Seperti yang dijanjikan Kim Bum, Kim So Eun mendapat berbagai pengalaman baru hari itu. Selama tiga tahun tinggal di Paris, hari itu Kim So Eun naik sampan di Covenant Park untuk pertama kalinya, Lalu mereka makan dan berjalan-jalan di pusat hiburan di Volcom Land tempat berbagai jenis seniman jalanan bersaing berebut perhatian.

Waktu memang berlalu dengan cepat ketika kau sedang bersenang-senang. Itulah yang dirasakan Kim So Eun. Ia menyadari bahwa menghabiskan waktu bersama Kim Bum adalah saat-saat paling menyenangkan baginya. Bersama Kim Bum, ia mendapati dirinya sering tertawa, selalu mengalami hal-hal baru yang menyenangkan, dan bisa berbicara bebas. Bersama Kim Bum, Kim So Eun bisa menikmati semua hal yang tidak bisa dinikmatinya sebelum ini, melihat semua hal yang tidak akan bisa dirasakannya seumur hidupnya. Dan bersama Kim Bum, ia bisa melupakan masa lalu dan masa depan, walaupun hanya sejenak, dan hanya menikmati masa sekarang.

Namun Kim So Eun selalu tahu bahwa masa lalu akan kembali menghantuinya. Dan kali ini ia tidak akan bisa mengelak lagi.

* * *

Pertunjukan Baek Suzy sukses besar. Semua tiket terjual habis, semua kursi terisi dan respons penonton sangat bagus. Penampilan Baek Suzy sendiri sangat memukau. Kim So Eun yakin temannya akan mendapat banyak tawaran bagus setelah pertunjukan ini.

“Aku tidak pernah melihat Baek Suzy seperti itu. Dia benar-benar hebat, bukan?” kata Park Shin Hye kepada Kim So Eun di akhir pertunjukan.

Ini adalah pertama kalinya Kim So Eun bertemu lagi dengan Park Shin Hye setelah Park Shin Hye menjawab ponsel Kim Bum beberapa hari yang lalu. Park Shin Hye sama sekali tidak mengungkit-ungkit kejadian itu, jadi Kim So Eun juga tidak pernah bertanya. Park Shin Hye masih bersikap ceria seperti biasa, dan masih berusaha mendekati Kim Bum setiap ada kesempatan.

Untuk merayakan kesuksesan Baek Suzy, setelah pertunjukan berakhir Kim Heechul mengadakan pesta kejutan di restoran tempatnya bekerja. Dan berhubung yang mengadakan pesta adalah Kim Heechul, salah satu koki paling terkenal di Paris, semua tamu yang hadir di pesta itu adalah orang-orang penting dalam dunia seni dan pertunjukan.

Kim Heechul dan Baek Suzy adalah orang-orang yang tidak pernah merasa resah berada di tengah banyak orang, berlawanan dengan Kim So Eun. Kim So Eun tidak menyukai pesta. Bahkan bisa dibilang ia benci pesta. Tentu saja sebagai model ia harus menghadiri berbagai jenis pesta, baik pesta pribadi yang sopan maupun pesta yang berisik dan gila-gilaan. Namun Kim So Eun tidak pernah tinggal lebih lama dari setengah jam di setiap pesta itu, karena pada setengah jam pertama semua orang masih bersikap sopan dan suasana pesta masih beradab. Tetapi segalanya akan berubah setelah orang-orang menegak minuman keras yang tak pernah berhenti disajikan. Dan Kim So Eun selalu menghindari saat itu.

Tetapi malam ini ia melanggar peraturannya sendiri. Ia sudah bertahan di pesta ini selama hampir dua jam, dan itu karena ia tidak ingin mengecewakan Baek Suzy. Baek Suzy adalah bintang pesta malam ini dan ia sangat gembira. Kim So Eun tidak mungkin meninggalkan pesta yang diadakan untuk merayakan keberhasilan teman baiknya itu begitu saja. Kalau ia melakukannya, ia akan merasa seperti orang yang tidak berperasaan.

Ia menoleh ke arah Kim Bum yang berdiri di sampingnya dan sedang berbicara dengan salah seorang tamu pesta. Kim So Eun tidak meminta Kim Bum menemaninya, tetapi sepertinya Kim Bum menyadari kegelisahan Kim So Eun di tengah-tengah orang banyak, karena laki-laki ini tidak pernah meninggalkan sisinya sepanjang malam itu.

Kim So Eun menarik napas dalam-dalam dan memandang berkeliling. Alunan musik dan suara orang-orang yang mengobrol mulai membuatnya pusing. Ia mulai merasa sesak napas. Ia harus pergi dari sini. Baek Suzy dan Kim Heechul pasti akan mengerti kalau Kim So Eun pulang lebih dulu.

“Ada apa?”

Mendengar suara Kim Bum, Kim So Eun menoleh dan memaksakan seulas senyum.

“Tidak apa-apa. Aku hanya...” Kim So Eun terlihat ragu. Ia memandang berkeliling lagi, dan kembali menatap Kim Bum. “Apakah menurutmu aku boleh pulang lebih dulu?”

Kim Bum memiringkan kepala sedikit, masih tetap menatap Kim So Eun. Lalu ia tersenyum ringan. “Tentu saja. Kita akan pamit pada Kim Heechul dan Baek Suzy, lalu aku akan mengantarmu pulang.”

* * *

Wajah Kim So Eun terlihat agak pucat. Kim Bum tahu Kim So Eun tidak nyaman berada di tengah-tengah pesta yang ramai seperti ini dan ia bisa merasakan ketegangan yang memancar dari diri gadis itu. Ia tersenyum dan berkata, “Tentu saja. Kita akan pamit pada Kim Heechul dan Baek Suzy, lalu aku akan mengantarmu pulang.”

Kelegaan pun terlihat jelas di wajah Kim So Eun.

Ketika mereka hendak beranjak pergi, seseorang berseru memanggil Kim Bum. Kim Bum menoleh dan melihat seorang pria jangkung dalam balutan jas mahal sedang berjalan menerobos kerumunan ke arahnya. “Oh, Jang Geun Suk Hyung?” gumamnya pada diri sendiri, heran melihat salah seorang temannya dari Korea di sini.

Kim So Eun menyentuh lengannya dan berkata, “Biar aku saja yang pergi mencari Kim Heechul dan Baek Suzy.”

Kim Bum mengangguk. “Baiklah. Aku akan menunggumu di sini.”

Setelah melihat sosok Kim So Eun menghilang di antara kerumunan orang-orang. Kim Bum kembali menoleh ke arah Jang Geun Suk yang menghampirinya sambil memegang segelas sampanye dan tersenyum lebar.

“Hyung, apa kabar?” sapa Kim Bum ketika Jang Geun Suk sudah berdiri di hadapannya. “Ini benar-benar kejutan. Kapan Hyung di Paris?”

Sebenarnya Kim Bum dan Jang Geun Suk tidak bisa disebut teman. Kim Bum hanya mengenalnya sebagai salah seorang teman dekat almarhum kakak laki-lakinya, Kim Hyun Joong, dan orang yang dulu pernah berniat mendekati kakak perempuannya, Yoon Eun Hye.

“Kim Bum, aku sudah mendengar bahwa kau ada di Paris, tapi aku sama sekali tidak menyangka bisa kebetulan bertemu denganmu di pesta ini,” kata Jang Geun Suk sambil tersenyum lebar dan menjabat tangan Kim Bum. Dari dekat wajahnya yang tampan terlihat agak merah. “Aku tiba di Paris tiga hari yang lalu. Urusan pekerjaan. Dan karena besok aku harus kembali ke Seoul, temanku mengajakku ke sini. Pesta yang hebat, bukan? Orang-orang terkenal dan wanita-wanita cantik. Ini baru namanya pesta.” Matanya dilayangkan ke seluruh ruangan dan senyumnya semakin lebar.

Kim Bum tersenyum tipis tanpa berkomentar. Ternyata Jang Geun Suk masih sama seperti dulu. Penggemar pesta dan wanita. Diam-diam Kim Bum bersyukur Jang Geun Suk tidak berhasil menarik perhatian Yoon Eun Hye bertahun-tahun yang lalu. Kim Bum tidak mau membayangkan kakak perempuannya menikah dengan pria seperti ini.

Jang Geun Suk kembali menatap Kim Bum dan matanya berkilat-kilat penuh arti.

“Ngomong-ngomong, kalau tidak salah tadi aku melihatmu berbicara dengan seorang wanita cantik,” katanya. “Kalau tidak salah, wanita itu Kim So Eun, bukan? Model terkenal dari Jepang itu?”

Mata Kim Bum agak menyipit. Ada sesuatu dalam nada suara Jang Geun Suk yang tidak disukainya.

“Ya,” gumamnya datar, “itu memang dia.”

Jang Geun Suk meneguk sampanyenya dan terkekeh. “Wah, tidak kuduga ternyata seleramu sama dengan kakakmu.”

Kim Bum baru hendak membuka mulut untuk bertanya apa maksud Jang Geun Suk ketika seseorang menyentuh lengannya. Ia menoleh dan langsung bertatapan dengan Park Shin Hye.

“Kim Bum, maaf, boleh bicara sebentar?” tanya Park Shin Hye. Lalu ia menoleh ke arah Jang Geun Suk dan tersenyum manis. “Kuharap Anda tidak keberatan.”

Sebelum Kim Bum menjawab, Jang Geun Suk sudah menyela cepat, “Tentu saja tidak. Tadi aku melihat seseorang yang kukenal di sana, jadi kurasa aku harus pergi dan berbicara dengannya.” Ia mengangkat bahu dan menyunggingkan senyum miring kepada Park Shin Hye, lalu menatap Kim Bum. “Baiklah, Kim Bum, kita akan bicara lagi nanti.”

* * *

Di mana Baek Suzy dan Kim Heechul? Kim So Eun tidak melihat mereka di mana-mana. Ia harus pulang sekarang dan ia harus memberitahu Kim Heechul atau Baek Suzy sehingga kedua temannya itu tidak mengkhawatirkannya kalau mereka tiba-tiba menyadari Kim So Eun sudah tidak ada.

Kim So Eun menghembuskan napas dengan keras. Ya, kalau dipikir-pikir, dalam suasana seperti ini, kemungkinan besar Kim Heechul dan Baek Suzy bahkan tidak memikirkannya. Semua orang terlihat sedang bersenang-senang. Semua orang, kecuali Kim So Eun sendiri.

Ia memijat pelipisnya sejenak. Tidak bisa, ia harus keluar sekarang. Ia akan mencoba menelepon Kim Heechul dalam perjalanan pulang nanti. Sebaiknya ia kembali ke tempat Kim Bum. Ia berbalik dan berjalan kembali ke tempat ia meninggalkan Kim Bum bersama temannya tadi. Tetapi apa yang dilihat Kim So Eun sedetik kemudian membuat langkahnya mendadak terhenti.

Kim Bum memang masih berdiri di sana, namun kini ia tidak lagi sedang berbicara dengan temannya. Kini yang berdiri di hadapannya adalah Park Shin Hye. Kim Bum berdiri memunggunginya, jadi Kim So Eun hanya bisa melihat wajah Park Shin Hye yang tersenyum lebar kepada Kim Bum. Lalu Kim Bum mengatakan sesuatu yang membuat Park Shin Hye tertawa. Dan itu bukan pemandangan yang menyenangkan.

“Kim So Eun, kenapa berdiri di sini seperti orang bingung?” tanya Kim Heechul yang tiba-tiba saja sudah muncul di sampingnya.

Kim So Eun tersentak dan menoleh. “Oh, Kim Heechul. Tidak apa-apa.”

Kim Heechul segera melihat penyebabnya. Ia tersenyum pada Kim So Eun dan bertanya,

“Kau mau aku menyeret Park Shin Hye menjauh dari Kim Bum?”

Kim So Eun menggeleng. “Tidak apa-apa, Kim Heechul. Kebetulan kau ada di sini.”

“Ada apa?”

“Aku ingin pulang lebih dulu. Tolong sampaikan juga kepada Baek Suzy.”

“Kenapa?”

Kim So Eun tersenyum kecil. “Kau tahu aku tidak suka pesta-pesta seperti ini, Kim Heechul.”

Kim Heechul berpikir sejenak, lalu berkata, “Baiklah. Tunggu sebentar di sini. Aku akan mengantarmu pulang.”

“Tidak usah,” Kim So Eun cepat-cepat menyela. “Kau tuan rumah di sini. Mana mungkin tuan rumah meninggalkan tamu-tamunya begitu saja? Lagi pula, tadi Kim Bum bilang dia yang akan mengantarku pulang.” Ia kembali melirik Kim Bum. “Tetapi karena sekarang sepertinya dia sedang sibuk, aku akan pulang sendiri saja.”

Kim Heechul menggeleng. “Aku bisa kembali lagi ke sini setelah mengantarmu,” katanya. “Tunggu di sini. Aku akan memberitahu Baek Suzy dan setelah itu kita bisa pulang.”

Kim So Eun mendesah pasrah ketika Kim Heechul berbalik pergi. Tetapi ia juga tidak mau menunggu lebih lama lagi di sini. Kenapa ia harus merepotkan Kim Heechul dan merusak malam Baek Suzy? Kenapa pula ia harus menunggu Kim Bum mengantarnya pulang? Ia bisa pulang sendiri. Sambil menarik napas, Kim So Eun pun berbalik dan berjalan ke arah tempat penitipan jaket.

Namun tempat itu kosong. Di mana penjaganya? Kim So Eun berdiri sebentar di meja penjaga sambil menoleh ke kiri dan kanan, mencari si penjaga tempat penitipan yang sepertinya juga ikut berpesta. Setelah beberapa menit berdiri di sana dan si penjaga belum kembali, Kim So Eun memutuskan untuk masuk dan mencari jaketnya sendiri.

Sementara mencari jaketnya, bayangan Kim Bum dan Park Shin Hye bersama kembali tebersit dalam otaknya. Kim So Eun cepat-cepat menggeleng untuk menyingkirkan pikiran itu. Mereka hanya mengobrol biasa. Kenapa ia harus kesal melihat Kim Bum mengobrol dengan wanita lain? Ya... sebenarnya ia tidak kesal hanya gara-gara Kim Bum mengobrol dengan Park Shin Hye, tetapi kesadaran bahwa Park Shin Hye sedang berusaha merayu Kim Bum dan cara Park Shin Hye tersenyum pada Kim Bum-lah yang membuat Kim So Eun kesal.

Kekesalan yang tiba-tiba muncul kembali membuat Kim So Eun menarik jaketnya dengan kasar dari gantungan. Ia harus keluar dari sini, pikirnya untuk yang ketujuh belas kalinya malam ini. Udara malam akan menjernihkan pikirannya.

Tetapi ketika ia keluar dari bilik penyimpanan jaket, ia melihat seorang pria berwajah Asia berdiri di depan bilik. Kim So Eun langsung membeku di tempat, berharap bumi menelannya, berharap ia bisa menguap begitu saja, berharap pria itu tidak melihatnya. Tetapi tentu saja harapannya tidak terkabul.

“Ah, rupanya kau ada di sini,” kata pria itu sambil tersenyum miring. “Kau Kim So Eun, bukan? Aku masih ingat padamu.”

Jantung Kim So Eun mulai menghentak-hentak dadanya, ia tidak bisa bernapas, ia tidak bisa bersuara. Kepanikan mulai menjalari dirinya dengan kecepatan penuh. Dengan tangan terkepal, ia memaksa dirinya membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, namun tidak bisa. Ia tidak bisa bersuara. Hanya satu hal yang terpikirkan olehnya. Pergi. Secepatnya.

“Wow, wow, tunggu sebentar,” kata pria itu sambil menahan lengan Kim So Eun ketika Kim So Eun berusaha berjalan melewatinya.

Kim So Eun terkesiap keras dan menyentakkan tangannya secepat kilat.

Pria itu menyipitkan mata menatap Kim So Eun. “Masih galak seperti dulu,” gumamnya pelan.

Kim So Eun terbelalak kaget. Kata-kata itu dan napas pria itu yang berbau alcohol membuat sekujur tubuh Kim So Eun merinding. Apa maksudnya? Apakah ia pernah bertemu dengan…Ya, Tuhan!

Tubuh Kim So Eun mulai gemetar sementara ia merasa dirinya meluncur kembali ke masa lalu. Ke hari itu, tiga tahun yang lalu. Hari saat ia merasakan ketakutan terbesar dalam hidupnya. Hari yang menghancurkan seluruh hidupnya. Hari saat ia untuk pertama kalinya berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

“Kalau kau tidak mengingatku, aku bisa maklum,” pria itu melanjutkan sambil menyunggingkan senyum miringnya. “Kau tentu lebih mengenal Kim Hyun Joong.”

Nama itu membuat napas Kim So Eun tercekat dan ketakutan besar yang pernah dirasakannya satu kali itu pun kembali melandanya.

“Kau masih ingat padanya, bukan?” desak pria itu sambil maju selangkah. “Bagaimanapun juga kalian pernah bersenang-senang.”

Kim So Eun mundur selangkah, namun ia sadar jalannya terhalang dan ia mundur kembali ke bilik penyimpanan jaket. Ketakutannya kini mulai lepas kendali. Matanya terbelalak liar menatap pria yang berdiri di hadapannya itu. Pria itu mendesah berat, dan matanya tidak pernah lepas dari wajah Kim So Eun.

“Apakah kau tahu Kim Hyun Joong sudah meninggal? Ah, tentu saja kau tahu. Karena sekarang kau beralih kepada adiknya.” Ia maju selangkah lagi.

Kim So Eun mundur lagi, semakin jauh ke dalam bilik yang penuh jaket dan remang-remang.

“Kau tahu,” lanjut pria itu dengan nada melamun. “Kalau kupikir-pikir, kurasa Kim Hyun Joong tidak akan keberatan kalau kau menemaniku sebentar.”

Pria itu mengulurkan tangan menyentuh pipi Kim So Eun dan Kim So Eun otomatis menepis tangannya dan mundur selangkah lagi.

“Tidak,” kata Kim So Eun dengan suara tercekat dan gemetar. Ia menatap pria yang kini menghalangi jalan keluar itu dengan panik. “Biarkan aku lewat.”

Kim So Eun berusaha berjalan melewatinya, namun pria itu tiba-tiba mencengkeram bahu Kim So Eun dan mendorongnya ke dalam bilik penyimpanan jaket. Kim So Eun mendengar jeritan keras ketika ia jatuh tersungkur di lantai, lalu menyadari bahwa itu adalah suaranya sendiri.

“Kalau kau bisa menemani Kim Hyun Joong dan adiknya, kau tentu juga bisa menemaniku. Sebutkan hargamu.”

Kim So Eun mendengar pria itu berbicara dengan nada malas yang ditarik-tarik. Kim So Eun mendongak dan melihat pria itu sudah masuk ke bilik sempit tersebut dan menutup jalan keluar. Tubuhnya mulai gemetar dan perasaan ngeri membuat sekujur tubuhnya lumpuh. Ia tidak bisa melakukan apa pun selain menatap pria itu dengan mata terbelalak ketakutan. Ia sudah bersumpah ia tidak akan pernah merasakan ketakutan seperti ini lagi. Ia sudah bersumpah...

Ia harus menjerit. Ia harus menjerit minta tolong. Kenapa suaranya tidak mau keluar?

Sebelum Kim So Eun sempat berpikir, pria itu mulai menarik jaket Kim So Eun dengan kasar. Kim So Eun memekik dan berusaha melepaskan diri, tetapi tangan pria itu langsung membekap mulutnya dan menahannya di lantai. Otak dan pandangan Kim So Eun berubah gelap. Ia terus menjerit walaupun mulutnya dibekap dengan kasar. Ia terus meronta, mencakar, dan menendang dengan membabi buta walaupun sepertinya hal itu sama sekali tidak berpengaruh.

Lalu tiba-tiba Kim So Eun mendengar suara keras, sedetik kemudian tangan yang mencengkeram wajahnya itu terlepas dan pria itu tiba-tiba tersungkur di sampingnya. Masih diliputi kengerian dan tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sekelilingnya. Kim So Eun cepat-cepat merangkak menjauh dan meringkuk di sudut, berusaha memperbaiki pakaiannya yang berantakan dengan tangan yang gemetar hebat sambil terisak keras di luar kendali.


* * *
Ketika Kim Bum tidak bisa menemukan Kim So Eun di ruang pesta, ia memutuskan untuk mencari ke tempat penitipan jaket, melihat apakah Kim So Eun sudah pulang atau belum.

Tetapi tidak ada orang yang terlihat di sana. Ia hampir saja berbalik pergi kalau bukan karena mendengar suara aneh di dalam bilik penyimpanan jaket. Ketika ia masuk untuk memeriksa, tidak ada satu hal pun di dunia yang bisa mempersiapkannya menyaksikan apa yang sedang terjadi. Jang Geun Suk sedang menahan Kim So Eun di lantai sambil berusaha merobek pakaiannya.

Dalam sekejap darah yang mengalir dalam tubuh Kim Bum seolah-olah membeku. Tanpa berpikir lagi, ia mencengkeram kerah kemeja Jang Geun Suk, menariknya berdiri dengan satu sentakan keras, lalu meninju wajahnya. Begitu Jang Geun Suk tersungkur di lantai, Kim Bum langsung menariknya berdiri lagi dan mendorongnya dengan kasar ke dinding, lengannya yang kuat menjepit leher Jang Geun Suk. Saat itu Kim Bum benar-benar kalap, tidak bisa berpikir jernih. Yang dirasakannya hanyalah amarah yang begitu besar yang belum pernah dirasakannya sebelum ini. Amarah hebat yang membuatnya ingin menuntut darah. Membuatnya sanggup membunuh siapa pun yang menyakiti Kim So Eun.

Jang Geun Suk mencengkeram lengan Kim Bum, berusaha melepaskan lengan Kim Bum dari lehernya. “Kim... Kim Bum,” rintihnya dengan suara tercekik.

Tepat pada saat itu Kim Heechul menyerbu masuk ke bilik penyimpanan jaket dan terkesiap keras melihat apa yang ada di hadapannya. “Kim Bum!” serunya kaget. “Apa yang terjadi?”

Mengabaikan Kim Heechul, Kim Bum tetap menatap wajah Jang Geun Suk lekat-lekat.

“Aku akan membunuhmu,” gumam Kim Bum dengan suara yang sangat rendah, sangat dingin, dan sangat serius. Keheningan yang menyusul terasa sangat mencekam sementara Jang Geun Suk menatap Kim Bum dengan mata terbelalak dan wajah merah padam karena sesak napas.

Kim Heechul bergegas menghampiri Kim Bum dan berusaha menghentikannya. “Kim Bum... Kim Bum, dia tidak bisa bernapas.”

Kim Bum tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mendengar suara Kim Heechul. Matanya yang gelap dan menusuk sama sekali tidak beralih dari wajah Jang Geun Suk.

“Kalau kau berani menyentuhnya sekali lagi... Kalau kau berani mencoba menyentuhnya sekali lagi,” lanjutnya dengan nada dingin dan mengancam yang sama, “percayalah padaku, aku akan membunuhmu.”

Kim Bum pasti akan mencekik Jang Geun Suk sampai kehabisan napas di sana kalau Kim Heechul tidak menyela.

“Kim Bum, sebaiknya kau melihat keadaan Kim So Eun.”

Nama Kim So Eun berhasil menyadarkan Kim Bum. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia melepaskan Jang Geun Suk, menatap pria itu jatuh lemas ke lantai seperti onggokan daging lembek dan terbatuk-batuk. Kim Heechul bergegas menariknya berdiri dan mendorongnya keluar dari bilik itu. Kim Bum yakin Kim Heechul juga akan langsung melempar Jang Geun Suk ke jalan.

Setelah Kim Heechul membawa Jang Geun Suk keluar dari pandangannya. Kim Bum berbalik dan jantungnya serasa ditikam ketika ia melihat sosok Kim So Eun yang meringkuk di sudut dengan tubuh gemetar sambil terisak. Kim Bum harus menahan diri untuk tidak langsung menarik Kim So Eun ke dalam pelukannya. Sebagian kecil otaknya yang masih berfungsi memberitahunya bahwa Kim So Eun pasti sangat ketakutan saat ini dan Kim Bum tidak boleh menambah ketakutannya.

Kim Bum berlutut di depan Kim So Eun, lalu mengulurkan tangan ke wajahnya. Tetapi Kim So Eun terkesiap keras dan menempelkan diri ke dinding. “Ini aku,” bisik Kim Bum. “Kim So Eun, ini aku. Kim Bum.”

Mata itu menatapnya dengan ketakutan nyata, ketakutan yang membuat dada Kim Bum terasa sangat sakit. Kim So Eun tidak mengenalinya. Kim So Eun mengira Kim Bum akan menyakitinya seperti Jang Geun Suk.

“Tidak apa-apa,” bisik Kim Bum lagi. Suaranya terdengar serak karena berbagai emosi yang mencekat tenggorokannya. “Kau sudah aman. Aku berjanji.”

Kim So Eun masih tidak bersuara dan tubuhnya jelas-jelas masih gemetar, tetapi tatapannya yang liar mulai berubah. Ia mengerjap satu kali, dua kali, lalu Kim Bum melihat kesadaran perlahan-lahan meresap ke dalam mata itu. Kim So Eun sudah mengenalinya.

Kim Bum beringsut duduk di samping Kim So Eun, lalu merangkulnya. Tubuh Kim So Eun terasa kaku, namun Kim Bum tetap mendekatnya. Sekejap kemudian tangis Kim So Eun pun pecah. Ia bersandar di pundak Kim Bum dan menangis tersedu-sedu.

Kim Bum telah melakukan satu kesalahan malam ini. Ia membiarkan Kim So Eun sendirian di tengah banyak orang. Seharusnya ia tetap bersama Kim So Eun. Kalau ia tetap bersama Kim So Eun, gadis itu pasti tidak akan mengalami kejadian mengerikan ini. Kim Bum sama sekali tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya sendiri kalau Kim So Eun sampai terluka. Ia tidak akan sanggup menanggungnya. Ia yakin ia bisa gila.

“Semuanya akan baik-baik saja,” Kim Bum bergumam lirih kepada Kim So Eun yang masih menangis. Ia mempererat pelukan dan menyandarkan pipinya di puncak kepala Kim So Eun. “Dia tidak akan menyakitimu lagi. Aku berjanji.”

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...