Selama Kim So Eun dirawat di rumah sakit, tampak penurunan mutu majalah dinding itu, dan terbitnya pun terlambat, hingga hari Senin siang. IU Lee Jieun, wakil Kim So Eun, agak kewalahan tanpa sang boss. Padahal, Kim So Eun selalu berpesan, seharusnya, tanpa dia majalah harus tetap maju, tepat waktu, dan tetap jadi kebanggaan.
Semasa Lee Hong Ki masih bersama Kim So Eun di SMA yang sama – Shinhwa High School, Lee Hong Ki yang menjadi koordinator majalah dinding. Saat itu, Kim So Eun menjadi wakilnys, setelah naik kelas dua. Begitu Lee Hong Ki lulus SMA, giliran Kim So Eun yang memimpin.
“Kau sedang memikirkan apa, Jung So Min?” tanya Moon Geun Young. “Sudah sore, bagaimana kalau kita membesuk Kim So Eun!” lanjut Moon Geun Young sambil mengeluarkan kunci mobil dari tasnya.
“Maafkan aku,” lanjutnya. “Sebagai sopir, sepertinya aku memang tidak pantas merintah Nona-nona, he…he…he…!” Dia berkata sambil terkekeh.
Setelah Go Ah Ra membayar makanan dan minuman di kedai siomai, ke enam sahabat itumenuju tempat parkir. Mereka tahu, waktu menengok pasien setelah shalat Maghrib. Kalau macet di jalan, berarti hanya sedikit waktu untuk menghibur sekaligus melepas rasa rindu kepada Kim So Eun.
“Ayo cepat!” teriak Moon Geun Young setelah berada di belakang setir mobil Toyota yaris putihnya.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, diskusi tentang Lee Hong Ki dan gadis bule makin ramai. Empat sahabat, yakni Yoon Eun Hye, Park Ji Yeon, Go Ah Ra, dan Jung So Min tidak setuju tentang Lee Hong Ki dan gadis bule diungkap di depan Kim So Eun. Tetapi, Park Shin Hye dan Moon Geun Young bersikukuh, harus berkata sejujurnya kepada Kim So Eun. Alasan keduanya, Kim So Eun bukanlah gadis cengeng.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar