Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Senin, 07 Maret 2011
Valentine Terakhir (Chapter 2)
Aku kembali menitikkan airmataku mengenang kepahitan itu. Kepahitan yang hanya bisa kutelan dan kusimpan selamanya dalam hati.
Tak selang berapa lama, kulihat kembali dari jendela kamarku, beberapa orang pemuda berlari lalu mendobrak pintu rumahmu. Aku terkejut dan tubuhku bergetar tak karuan. Aku segera beranjak keluar, namun sepertinya aku terlambat, beberapa pemuda telah lari keluar dari rumahmu , bersama gadis cantik yang tadi ada bersamamu. Aku segera berlari masuk ke dalam rumahmu yang tak tertutup itu. Dan kutemukan di sana…
Kau berkelojotan sambil menutupi wajahmu, raunganmu menyayat-nyayat hatiku. Dan aku pun segera berlari mendekatimu. Ya Tuhan, tangan dan wajahmu melepuh, banyak gelembung-gelembung yang pecah dan mengelupas! Ada apa ini?!? Kau kenapa??? Air keraskah?!? Aku panik, lalu segera saja kularikan kau ke rumah sakit, dengan naik taxi yang kupanggil dari tepi jalanan.
Kau tahu, Minho, apa yang aku rasakan saat melihatmu seperti itu?!? Hancur!!! Dunia seolah runtuh di atas kepalaku, andai saja aku ada bersamamu saat kejadian tadi, aku akan melindungimu, dan biarlah air keras itu, mengenai wajahku yang memang sudah tak indah ini, bukan mengenai wajahmu yang tercipta begitu sempurna?!?
Beberapa bulan kemudian, tepat di hari Valentine yang juga menjadi hari ulang tahunmu, aku sengaja datang ke rumahmu, kubawakan bingkisan manis berisi coklat kesukaanmu, yang kubuat spesial dengan kedua tanganku.
“Minho,” panggilku saat kulihat kau termenung di teras halaman belakang rumahmu.
“Happy Valentine and Happy Birthday, Minho,” kataku sampil menyentuh bahumu, namun tak ada reaksi.
Ya Tuhan, kau telah pergi, pergi selamanya dan tak akan pernah lagi kembali.
Aku pun berteriak histeris sambil kupeluk tubuhmu erat, hingga kepalamu bersandar di bahuku. Sebuah kepala yang tak dihiasi lagi sebuah wajah yang sempurna.
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar