Matahari sore yang hangat, agak jauh condong ke barat, menandakan sore hari yang cerah. Burung-burung belum sempat pulang ke sarang, karena masih asyik berjingkrakan di tangkai pohon, sambil bernyanyi dan bercanda ria. Sooyoung sudah satu jam lamanya duduk di bangku taman. Tapi, tak seorangpun yang tampak. Biasanya, sore-sore seperti ini, suasana di taman ramai oleh kunjungan orang. Tapi, untuk hari ini benar-benar berbeda. Apa yang terjadi?
Tak lama, orang-orang berdatangan, seperti ada yang memanggil. Sooyoung sedikit tersentak ketika melihat di sekelilingnya sudah ramai. Dia hanya bisa bengong, dan sesekali menghembuskan nafas panjang yang menunjukkan tanda tak percaya. “Ini seperti mimpi,” gumamnya pelan. Lalu, ia melanjutkan membaca komiknya. Sehingga Sooyoung pun tak menyadari kedatangan seorang pemuda yang juga duduk di bangku taman itu.
Jarum jam terus berputar tanpa terasa. Sooyoung sejenak menghentikan membaca dan mulai melihat jam yang ada di tangan. Lima tiga puluh. Masih ada waktu tiga puluh menit lagi untuk pulang. Pemuda yang sejak tadi berada di samping Sooyoung pun tampak gelisah dan seperti ada yang dinanti.
“Maaf, jam berapa ya?” tanya pemuda itu. Sooyoung tersentak mendengar suara khas itu. Ia menengok ke arah suara tersebut.
Dug! Set...
Ditatapnya dengan jelas wajah tampan itu, secara tidak sengaja. Sooyoung hanya bisa terdiam dengan mulut menganga.
”Benar-benar ajaib!” gumam Sooyoung dalam batinnya tak percaya.
“Maaf, jam berapa ya sekarang?”
Sooyoung masih bengong dan sepertinya tidak mendengarkan pertanyaan pemuda itu. Pemuda itu bingung, dengan kerut di kening yang menandakan keheranan. Lalu tangan pemuda itu menyentuh pundak dan melambai-lambaikan tangan di depan mata Sooyoung yang masih tak sadarkan diri.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar