Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 13 September 2011

Pahit Manis Cinta (Chapter 4)



KIM SO EUN
Pria itu diperkenalkan seorang teman di sebuah kafe. Sebenarnya, sulit bagi Kim So Eun membuka lagi hati untuk kehadiran pria lain. Tapi, pria ini sangat menawan. Berkulit putih dengan Bola mata berwarna cokelat muda, sehingga tampak tembus pandang di kegelapan. Dan secara keseluruhan, Kim So Eun berani memberinya nilai 8. Namanya Choi Siwon.

Pendekatan Choi Siwon intens sekali. Ia pandai memenangkan hati ibunya. Ia bisa membaca keresahan seorang ibu, yang anaknya dikhianati. Yang 10 tahun setelah itu masih belum berani membuka hati. Choi Siwon langsung menghadap ibunya, mengobrol. Kadang-kadang ia sengaja datang sebelum Kim So Eun pulang kerja, supaya punya waktu lebih lama untuk mengobrol dengan ibunya, kakak dan adiknya, bahkan para pelayan di rumahnya kalau perlu. Kehadirannya di rumah menjadi sangat terasa. Hati Kim So Eun mulai berbunga-bunga, nyanyian di hatinya sudah kembali berkumandang. Kiranya Tuhan berbaik hati sekali ini, batinnya.

Choi Siwon menelepon hampir setiap hari, dan berusaha menjemputnya dari tempat kerja, tak peduli lalu lintas macet atau lengang. Mereka sudah sangat dekat, kemesraan mereka sudah tak ditutupi. Meski Choi Siwon belum resmi melamarnya, Kim So Eun telah sering meng¬khayalkan pesta pernikahan mereka. Sebuah pesta sederhana dengan bunga melati dan mawar merah memenuhi ruangan, menghadirkan harum lembut yang melingkupi dirinya dan Choi Siwon, sementara alunan suara seruling membawa kedamaian di jiwa mereka.

Sore ini ada mendung di wajah Choi Siwon. Ia tak banyak bicara. Jika mereka tidak berkomunikasi, Choi Siwon akan menggenggam tangannya, dalam hening hati mereka bicara, dan itu lebih dari cukup bagi Kim So Eun. Tapi, hari ini pria terkasihnya itu muram dan lesu.

“Ada yang kau pikirkan? Kalaupun aku tidak bisa memberi jalan keluar, setidaknya aku bisa sedikit meringankan.”

“Terima kasih, Kim So Eun. Mungkin, besok sudah ada jalan keluar,” Choi Siwon menyentuh pipinya dan mengecup keningnya, lalu berlalu.

Esok pagi-pagi sekali, Choi Siwon sudah berdiri di depan pintu rumah. Wajahnya kusut. Ia tak pernah mengantarnya pergi kerja, ia biasa menjemputnya pulang kerja. Sesuatu telah terjadi.

“Bisnisku merugi. Aku terlibat hutang besar, Kim So Eun,” Choi Siwon tertunduk.

“Berapa jumlahnya?” tanya Kim So Eun.

“Hampir dua ratus juta,” Choi Siwon berbisik, tapi Kim So Eun mendengarnya bagai gelegar petir, membuat matanya membelalak, napasnya tiba-tiba sesak.

Keduanya kemudian membisu, sebelum akhirnya Kim So Eun berjalan ke dalam rumah untuk menemui ibunya, tanpa Choi Siwon sempat mencegahnya. Ibu Kim So Eun tentu tidak keberatan membantu calon menantunya, merelakan beberapa butir berlian untuk menutupi hutangnya. Bulan-bulan setelah itu, Choi Siwon agak jarang menjemputnya. Sudah tidak meneleponnya sesering dulu.

Jika Kim So Eun meneleponnya, jawabnya hanyalah bahwa ia sedang berusaha mengganti berlian-berlian ibu Kim So Eun. Ketika dua minggu penuh tidak terdengar kabar apa pun, Kim So Eun mulai cemas. Ia menelepon Han Hyo Joo, yang memperkenalkan mereka berdua.

Belum-belum, Han Hyo Joo langsung memberi kabar buruk.

“Kau masih ingat Choi Siwon? Ia sebentar lagi menikah. Dulu hubungan mereka sempat ditentang keluarga kekasihnya, karena mereka dari keluarga terpandang.”

Kim So Eun pingsan.

Kakak-kakak lelakinya memburu perampok itu sampai ia bersumpah akan mengembalikan berlian itu, berikut bunga, biarpun harus mencicil seumur hidup. Rupanya, ia berkeliaran mencari mangsa yang bisa diraup hartanya.

Itulah kesalahan keduanya, mencintai pria yang keliru.


PARK SHIN HYE
Park Shin Hye serba salah. Ia sadar telah jatuh cinta. Ia sadar inilah cinta sejatinya yang kedua. Tapi, pria itu pandai sekali menarik ulur tali perasaannya, meresahkan hatinya. Ia tak pernah memberi sinyal lebih dari sekadar menghabiskan kesenangan bersama.

Terombang-ambing dalam ketidakpastian, Park Shin Hye masih menggapai-gapai dalam pencarian cinta. Kadang-kadang, ia ingin sekali menyudahi semuanya, dan memindahkan hatinya pada pria lain. Tapi, hatinya tak dapat didustai. Ia sadar telah terjebak dalam cinta sepihak.

Pria yang lain ini gigih sekali berusaha memenangkan hatinya. Lee Seung Gi namanya. Mereka bertemu di acara komunitas. Sayangnya, tak pernah ada debar di hati Park Shin Hye, meskipun pria itu jelas-jelas memperhatikannya. Terkadang Park Shin Hye merasa kekurangan ruang gerak karena Lee Seung Gi tidak melonggarkan pendekatannya. Tanpa sadar ia sering menunjukkan sikap kurang bersahabat, tetapi Lee Seung Gi tak pernah marah atau menunjukkan rasa sakit hati.

Park Shin Hye sering berpikir, hatinya ingin menunggu hingga Jang Geun Suk membawa hatinya. Tapi, yang datang menyodorkan cinta di nampan perak malah pria yang sama sekali tidak dicintainya, tidak pernah diharapkan kehadirannya. Tadi sore Lee Seung Gi melamarnya. Malam ini Park Shin Hye kian resah, jarum jam di dinding sudah memeluk angka tiga, tapi matanya belum juga terpicing.

Keputusan besar telah dibuatnya. Mereka bertunangan di kapel kecil, kota kecil di pinggir laut yang penuh bangun¬an kuno. Rencana pernikahan akan dilangsungkan di Korea, saat liburan musim panas datang nanti. Jang Geun Suk menyalaminya tanpa berkata-kata, sama diamnya seperti saat Park Shin Hye mengatakan telah menerima lamaran Lee Seung Gi dan akan menikah dengannya.

Park Shin Hye tak tahu apa yang ada di dalam kepalanya, meski ia sangat berharap Jang Geun Suk sedang menyesali kekalahan langkahnya. Tapi, apakah ini memang kekalahan untuk Jang Geun Suk? Park Shin Hye malu memikirkan itu. Tapi, ia tetap berharap Jang Geun Suk mengejarnya. Tapi, itu hanya dalam khayal¬annya. Jang Geun Suk tidak mengejarnya ke pintu, juga tidak bereaksi. Justru itulah yang membuat Park Shin Hye gemas, sekaligus perih dan merindu.

Park Shin Hye merasa jarak Lee Seung Gi dan dirinya kian menyempit. Ini malam pertama mereka berada dalam ruangan tertutup ukuran 3 kali 3. Sebelumnya, mereka selalu ada di tempat terbuka. Tanpa sadar, Park Shin Hye mulai gemetar.

“Kau sakit? Mungkin, kau kelelahan. Kita istirahat, ya.”

Park Shin Hye sudah menghentikan pencarian cintanya. Ini hidup yang telah dipilihnya, ia akan belajar mencintai Lee Seung Gi. Tapi, hatinya tak mau berdamai dengan kepalanya.


JUNG SO MIN
Jung So Min mau membayar apa saja, demi memenangkan hati Kim Hyun Joong. Tapi, pria itu belum menginginkan komitmen. Ia terlalu menyadari kelebihannya, ia merasa mudah mendapatkan wanita mana saja. Jung So Min kecewa.

Setelah perpanjangan cutinya karena ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Kim Hyun Joong, tidak ada tanda hubungan itu akan dibawa ke mana. Jung So Min pulang ke Korea dengan merana. Jung So Min menangis. Mengapa ia harus selalu berjuang untuk cintanya?

Jung So Min masih berkomunikasi dengan Kim Hyun Joong lewat e-mail. Setidaknya, ia tidak membiarkan tali kemungkinan itu terputus sama sekali, membiarkan segala kemungkinan tetap terbuka. Tanpa putus asa, Jung So Min tetap mengundang Kim Hyun Joong untuk datang berkunjung.

Ketika akhirnya Kim Hyun Joong mengatakan bahwa ia akan datang, Jung So Min merasa ingin melompat-lompat dan memeluk semua orang, senyum tak lepas dari bibirnya selama berhari-hari. Antara geli dan bahagia, ia merasa bagai gadis remaja yang baru pertama kali jatuh cinta.

Minggu ini sangat sibuk bagi Jung So Min. Ia sudah mempersiapkan diri selengkapnya. Potong rambut dengan model baru, merapikan kamar yang akan diisi Kim Hyun Joong, dan mengatur tanggal untuk makan malam bersama teman-temannya. Ketika Kim Hyun Joong benar-benar muncul di bandara, berdiri di hadapannya dengan senyum polos, Jung So Min tiba-tiba menyadari betapa ia sangat merindukannya. Saat Kim Hyun Joong memeluknya, Jung So Min tidak ingin melepasnya.

Tapi, Jung So Min harus menelan kecewa, karena Kim Hyun Joong lebih suka menjual pesona pada teman-temannya, daripada mencoba menjalin kasih mereka yang terpaut jarak. Setelah bertemu teman kantornya, Kim Hyun Joong berkomentar, “Park Gyu Ri kelihatan seksi dengan bibirnya itu.” Jung So Min tidak pernah mengajaknya bertemu Park Gyu Ri lagi.

“Aku rasa, Baek Suzy menyukaiku.” Keterlaluan! Bahkan, Baek Suzy yang sedingin itu pun dikira suka padanya. Jung So Min kesal, tapi ingin tertawa.

Dua bulan setelah itu, Kim Hyun Joong mengiriminya e-mail dari Jepang, mengabarkan ia sudah punya kekasih, seorang gadis bernama Song Ji Eun. Meski Jung So Min kesal dan sakit hati karena tingkah laku Kim Hyun Joong, hatinya tetap merasa terluka. Jung So Min tak bisa membunuh perasaannya, tak bisa memindahkan cintanya pada yang lain.

“Walau ia pria terakhir di dunia, aku tak akan memilihnya. Apa hebatnya ia, sampai dipikirnya semua wanita memburunya?” kata Baek Suzy, pedas. “Aku tidak mengerti, Jung So Min, apa yang kau sukai dari dia?”

Jung So Min tidak bisa menjawab, karena ia sendiri memang tidak tahu. Jung So Min malah bertekad untuk menyusul Kim Hyun Joong. Apalagi, ketika adik bungsunya menikah. Ini kali kedua Jung So Min dilangkahi adik lelakinya. Bagi keluarganya, itu peristiwa yang sangat memalukan.


BAEK SUZY
Baek Suzy keluar dari tempat kerjanya. Perusahaannya gulung tikar. Ia harus menerima pekerjaan di sebuah perusahaan ekspor dengan bayaran kecil. Tetapi, bos besar suka padanya. Usianya hampir 75 tahun. Dari tiga perkawinannya, ia tidak punya anak perempuan. Karena itu, bos besar sangat menyayanginya, sering memberi uang tambahan, malah dua kali lipat dari gaji resminya.

Baek Suzy menghormati bos besar, tak pernah terlintas dalam pikir¬annya bahwa ia akan menjadi istrinya yang keempat. Pikiran itu membuat Baek Suzy bergidik. Baek Suzy percaya, kasih sayang bos besar padanya benar-benar kasih seorang ayah untuk anaknya. Tapi, kecemburuan dari istri bos besar dan pandangan iri dari teman-teman sekantor, membuatnya marah.

Baek Suzy menelepon ayahnya, menyampaikan maksudnya untuk berhenti. Ayahnya berkata, ”Kasihan bos besar, ia pasti kecewa. Kau harus bertahan Baek Suzy. Orang yang sukses adalah orang yang berhasil mengatasi segala rintangan.” Dan, Baek Suzy harus bertahan, menelan perlakuan tak adil akibat kecemburuan yang menurutnya tak beralasan. Baek Suzy hampir putus asa.

Baek Suzy ingin berontak. Hidupnya dikuasai orang-orang yang tidak berhak, ia merasa sesak napas. Ini hidupnya, ia berhak menentukan jalannya sendiri. Mungkin, ia harus lebih tegas, lebih egois memikirkan kepentingan sendiri.

Inilah titik balik hidupnya. Bos besar menolak surat pengunduran dirinya. Ketika Baek Suzy tidak muncul di kantor, bos besar menyuruh sopir menjemputnya, tapi Baek Suzy menolak. Bos besar meneleponnya tiap hari, tapi Baek Suzy tak mau menerimanya. Ia mengepak semua barangnya di Apartemen, dan seminggu kemudian berangkat ke Seoul.

Krisis belum berlalu, tapi roda ekonomi sudah mulai kembali bergerak. Baek Suzy berhasil masuk di perusahaan multinasional.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...