Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Selasa, 13 September 2011
Orang Berwajah Sama (Prolog)
Udara menjelang siang di Pantai Pyongtaek itu masih menyisakan sedikit kesejukan.
Kim Bum merasa hari itu adalah miliknya. Ketika membuka tasnya yang sudah lusuh, ia nyaris tak percaya, sebuah amplop secara misterius ada di dalamnya.
Isinya, 5 lembar uang 100 ribu. "Wah, rezeki nomplok," pikirnya.
Berbulan-bulan sejak peristiwa Terdamparnya Kapal Pesiar Posaideon karena sebuah Badai dahsyat yang meluluhlantakkan dua kafe dan menewaskan ratusan orang serta mematikan denyut kehidupan di kawasan Pantai Seongjusan itu, ia hidup seperti gelandangan. Gara-gara kehilangan pekerjaan sebagai tukang bersih-bersih di sebuah bar, ia menganggur berkepanjangan.
Selama itu pula julukan tunawisma, pengembara dekil, atau gelandangan menempel pada dirinya. Demi mendapat sesuap nasi, ia rela menebalkan muka melakukan pekerjaan apa pun. Bahkan meminta-minta, mengemis, atau menipu dia lakukan.
Padahal sebenarnya ia tidak ingin menjalani hidup seperti itu.
Sekarang, untuk sementara, ia bisa tertawa lebar. Amplop itu terus dirogoh-rogohnya sekadar untuk meyakinkan, uangnya masih aman di tempatnya. Tapi bersamaan dengan itu tangannya menyentuh barang lain. Begitu diambil, ternyata secarik kertas yang bertuliskan,
Harap uang ini diterima. Tak ada niat buruk apa pun terhadap Anda. Tolong datang ke sebuah rumah yang letaknya tertera dalam peta di balik kertas ini. Di sana Anda akan menerima nasib yang lebih baik. Ingat, hanya Anda yang tahu semua ini. Selamat menikmati mimpi indah.
Kening Kim Bum berkerut. Ia tak mengerti. Teka-teki apa ini?
Tampangnya yang semula ceria kini pudar begitu saja. Di saat seperti itu, uang 500 Ribu membuat dirinya merasa kaya. Namun, isi surat yang menantang itu mengusik hatinya. Ia tahu, dirinya sudah terjebak. Kim Bum curiga, jangan-jangan ini satu mata rantai dari sebuah skenario kejahatan besar. Sindikat mafia kah?
Sebegitu murahkah orang seperti dirinya sehingga orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu memanfaatkannya?
Baginya, uang 500 Ribu begitu berharga. Tuntutan perut tidak bisa ditawar-tawar.
Namun, di sisi lain akal sehatnya mengatakan, ia harus mengembalikan surat itu beserta isinya. Cuma, kepada siapa? Ataukah ia harus melapor ke polisi?
Belum juga ia mengambil keputusan, perutnya terus menggedor minta segera diisi. Sambil menghela napas dalam-dalam, Kim Bum meninggalkan gundukan pasir yang tadi didudukinya.
Tanpa ragu-ragu Kim Bum lalu masuk ke sebuah rumah makan yang ditata ala kafe. Sekaleng minuman ringan yang dingin dan dua potong donat mengusir rasa lapar dan dahaganya. Ditambah sepotong pastel ayam, energi dan semangat hidupnya pulih kembali.
Sampai siang itu Kim Bum tidak tahu entah ke mana kaki akan melangkah. Ketika berjalan sambil mengisap rokok dalam-dalam, ia teringat ucapan temannya,
"Sebenarnya, hidup ini tak ubahnya berjudi."
"Sekarang saatnya bagiku untuk membuktikan ucapan temanku itu," bisiknya dalam hati.
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar