Aku masih sibuk membereskan buku-buku yang berserakan di atas meja belajar ketika Jung So Min datang dan mengagetkanku. Kedatangannya yang seperti hantu membuatku sangat terkejut.
“Ya ampun Kim So Eun kau masih saja belajar?! Ini kan hari libur, waktunya jalan-jalan…” tanyanya heran.
Aku hanya tersenyum simpul. Suasana baru di kelas baru juga teman-teman sekelas baru membuatku semakin bersemangat dalam belajar tak peduli itu kapan. Karena semangatnya membuatku lupa makan. Sebenarnya bukan perasaan itu yang membuat semangatku menggebu-gebu. Tapi karena kehadiran anak baru yang pintar itu yang membuatku takut tersisih dari peringkat satu yang selama ini selalu menghiasi raportku.
Dia adalah Kim Bum. Murid pindahan dari Seoul. Seminggu menjadi murid baru di Sekolahku dia sudah terkenal karena kepintaran dan ketampanannya. Tak heran banyak yang mengaguminya terutama dari murid-murid perempuan. Mungkin satu-satunya perempuan yang tidak mengharapkan kehadirannya adalah aku.
Hari ini Jung So Min datang untuk mengundangku hadir di pesta Ulang tahunya besok malam. Dia juga tidak lupa mengundang anak baru itu.
“Jangan sampai lupa ya, pokoknya besok kau harus datang…!!” tegasnya padaku. Dia langsung pergi begitu saja tanpa memberiku kesempatan untuk menjawab.
* * *
Aku datang terlambat ke Pesta itu. Jung So Min sempat kesal padaku tapi aku tidak peduli terlebih disana ada Kim Bum. Sejak awal aku melihatnya aku sudah tidak senang. Dan ketidak senanganku bertambah saat dia mendapat nilai 1 angka lebih tinggi dariku. Terlebih dia menjadi sangat popular di sekolah. Aku merasa tidak bisa bernafas lagi.
Seperti biasa dia selalu tampil paling gagah dan paling tampan. Dan seperti biasa dia selalu di kelilingi gadis-gadis cantik. Jung So Min pun tidak mau kalah untuk berada di dekatnya. Hingga aku harus terpaksa melihat Kim Bum dari dekat saat aku memberikan kado Ulang tahun pada Jung So Min.
“Terima kasih, Kim So Eun… Aku pikir kau tidak datang…” Aku hanya tersenyum simpul tanpa melihat ke arah Kim Bum yang berada di sampingnya. Malam ini Jung So Min begitu cantik dengan gaun yang sangat indah seperti gaun pengantin. Kehadiran Kim Bum di sampingnya membuatnya semakin tampak bersinar. Mereka terlihat sangat serasi.
* * *
Aku berjalan seorang diri sepulang dari Pesta yang membosankan itu. Betapa tidak? Hampir semua orang yang datang bersama pasangannya masing-masing. Hanya aku yang terlihat sendirian. Mau bergabung dengan Go Ah RA rasanya tidak enak dia datang bersama kekasihnya, aku takut mengeganggu. Mau bergabung dengan Baek Suzy, dia sedang sibuk dengan kenalan barunya. Dengan Jung So Min, ada Kim Bum yang menyebalkan itu.
Langkahku terhenti sejenak ketika ingatanku kembali pada Kim Bum. Mengapa aku begitu tidak menyukainya? Padahal dia cukup baik dan ramah padaku. Apakah karena dia pernah mengalahkan nilaiku? Tapi itu kan hanya sekali saja Karena di lain waktu aku tetap menjadi juara di semua pelajaran. Lantas apa yang membuatku muak padanya?!
Aku tak menyadari sebuah bayangan terus mengikutiku sejak aku keluar dari rumah Jung So Min. Langkahnya begitu hati-hati takut ketahuan. Perasaan tidak enak menjalar di sekujur tubuhku. Hari sudah larut.
Tidak!! Buluk kudukku tiba-tiba meremang. Aku memang penakut, sangat penakut! Hiruk pikuk pesta membuatku lupa akan rasa takut ini. Rasa ini tiba-tiba hadir tepat pada saat aku berada di persimpangan jalan menuju rumahku. Dimana aku harus melewati rimbunan pohon yang memisahkan rumahku dengan jalan raya.
Aku begitu panik tak tahu harus bagaimana. Pulang kembali ke tempat Jung So Min rasanya tidak mungkin. Karena saat ini adalah acara dansa dengan pasangan masing-masing. Mungkin itu salah satu alasan kenapa aku memilih pulang lebih cepat. Sementara bayangan itu terasa lebih dekat, terasa berada tepat di belakangku. Dadaku berdegup kencang begitu hebatnya. Nafasku turun naik tidak teratur. SRAK!! Suara dahan kering terinjak menghentikan langkahku. Ku pasang tajam telingaku untuk menangkap suara sehalus mungkin. Dan ku tajamkan tatapan ku menembus kegelapan malam.
Tiba-tiba sesuatu melesat begitu cepat dari balik semak-semak dan itu membuatku terkejut. Aku menjerit tidak karuan karena kaget. Tanpa melihat dengan jelas aku langsung berbalik arah dan mengambil seribu langkah sampai langkahku terhenti dengan paksa saat aku menubruk seseorang yang sudah berdiri tepat di belakangku. Aku semakin menjerit sekeras mungkin karena takut. Penjahat atau hantukah? Yang jelas bayangan hitam yang terselubung kegelapan itu membekap mulutku dengan erat. Aku tak bisa mengenalinya meski nafas kami terasa dekat.
“Sssst…ini aku… Kim Bum.!!” Bisiknya memintaku untuk diam. Aku langsung lemas dan langsung terjatuh lunglai. Aku sedikit lega setelah mengenali suara itu. Meski tak bisa melihat wajahnya dengan jelas tapi aku yakin dia benar-benar Kim Bum. Tapi untuk apa dia berada disini? Bukankah dia sedang berdansa bersama Jung So Min?!!
“Kau jangan takut, yang tadi Cuma tikus…” hiburnya sembari membantuku berdiri. Tanpa sadar aku langsung memeluknya begitu erat seakan ingin menyalurkan rasa takutku. Aku tak bisa melihat jelas bagaimana ekspresi wajah Kim Bum saat itu. Aku tidak peduli yang jelas aku ingin ada seseorang yang melindungiku. Aku menangis karena terlalu takut.
Ketika nafasku sudah teratur kembali aku tersentak kaget saat aku sadari aku menangis di dada laki-laki yang selama ini kubenci karena berusaha merebut tempatku sebagai juara sekolah.
“Sedang apa kau disini!!” bentakku sembari melepaskan pelukan yang membuat wajahku panas. Tak bisa kubayangkan semerah apa pipiku saat itu. Aku benar-benar malu pada diriku sendiri dan malam ini adalah malam yang paling buruk.
“Tadi aku melihatmu pulang sendirian. Aku hanya khawatir, jadi aku mengikutimu. Tidak apa-apa kan…?!” jawabnya ramah seperti biasa.
Khawatir??!! Dahiku sampai berkerut mendengarnya. Memangnya dia siapaku? Aku merasa wajahku terasa semakin panas dan jantung yang sudah kembali normal ini berdegup lebih kencang dari yang tadi.
“Boleh aku antar…?!” tawarnya.
“Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri!! “ jawabku pedas sembari beranjak dari tempatku berdiri.
“Baiklah, sampai bertemu besok…” ujarnya tanpa memaksaku dan itu membuat langkahku terhenti.
Kulihat bayangan Kim Bum menjauh dari tempatku berdiri. Tiba-tiba bulu kudukku merinding lagi, Kim Bum meninggalkanku sendirian di tempat sepi dan gelap seperti ini. Bagaimana kalau ada sesuatu yang melesat seperti tadi dan itu bukan tikus.
Tidak!! Kepergian Kim Bum membuatku benar-benar merasa sendirian. Aku takut!! Langkahku bergerak sendiri mengejar Kim Bum.
Kim Bum mengantarkanku pulang sampai ke depan pintu di sambut oleh Ibu.
“Tidak mampir dulu…?!”
“Terima kasih bibi, kapan-kapan saja. Ini sudah terlalu malam…” jawabnya.
“Ya sudah kalau begitu hati-hati di jalan ya,…” seru Ibu sementara aku langsung menghambur ke kamar tidur dan membenamkan wajahku di atas bantal.
Malam ini aku telah mempermalukan diriku 2x. Pertama tanpa sadar aku memeluk Kim Bum karena terlalu takut. Padahal dia adalah pemuda yang tidak kusukai, yang kedua aku meminta diantar pulang padahal 2 menit sebelumnya aku menolak tawarannya mentah-mentah. Aduk… aku jadi malas berangkat sekolah besok. Ratapku dalam hati. Aku hanya berharap Kim Bum tidak menceritakan kejadian malam ini pada siapapun.
* * *
Kejadian malam itu telah menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku. Diam-diam aku menaruh hati padanya. Lagipula gadis mana yang tidak tertarik pada pemuda seperti Kim Bum? Sudah baik, ramah, tampan, pintar pula. Tapi kenapa aku baru menyadari hal itu sekarang? Tepat pada saat Kim Bum menjadi milik orang lain. Yaitu Jung So Min.
Mereka resma berpacaran di malam pesta ulang tahun Jung So Min. Tapi malam itu juga Kim Bum menumbuhkan perasaan cinta di hatiku. Dan kini saat aku benar-benar mengaguminya aku benar-benar tak bisa menggapainya.
Jung So Min adalah temanku sejak kecil. Hubungan kami sudah seperti saudara dan diantara kami sudah tidak ada rahasia lagi. Dia selalu menceritakan daftar nama-nama pria yang silih berganti berlabuh di hatinya. Dan kini Jung So Min menambah daftar baru dengan nama Kim Bum. Sialnya Kim Bum adalah Pria pertama yang mencuri hatiku.
Sejak awal Jung So Min tahu aku tidak menyukai Kim Bum jadi dia memaklumi saja jika ekspresi wajahku berubah kecut ketika setiap kali dia menceritakan pengalaman baru dan serunya berpacaran dengan pemuda tertampan di sekolah itu. Tapi sebenarnya bukan karena aku benci pada Kim Bum, tapi perasaan cinta membuatku merasa marah dan tidak senang terhadap kemesraan Kim Bum dengan gadid lain meski itu dengan kekasihnya sendiri. Mungkin ini yang namanya cemburu. Tapi aku tidak pantas untuk cemburu dan aku belum siap untuk merasakan cinta yang terasa sangat asing dalam hidupku.
* * *
“Kim So Eun, Kim Bum itu sekarang sudah menjadi kekasihku, kau harus menerima dia sebagai temanmu juga, lagi pula Kim Bum itu baik…” ujar Jung So Min suatu hari.
Baik apanya?!! Laki-laki itu brengsek semua, termasuk dia, sudah berhasil memelukku berpaling pada yang lain. Umpatku dalam hati. Tapi sebenarnya aku yang memeluknya. Aku sangat gusar, bagaimana kalau dia ceritakan hal ini pada pada teman laki-lakinya yang lain? Nanti apa kata mereka? Imag ku bisa rusak seperti sampah.
Selama ini aku dikenal sebagai gadis pintar, pendiam dan anti laki-laki. Apa jadinya kalau ternyata si anti laki-laki itu memeluk pria yang terang-terangan di bencinya. Memalukan sekali. Rasanya aku ingin pindah sekolah dan tidak usah melihat Kim Bum lagi, juga tidak perlu mendengar cerita-cerita tentang hubungannya dengan Jung So Min yang begitu mesra.
Satu yang membuatku penasaran, mengapa di malam pesta ulang tahun Jung So Min itu, Kim Bum bersikeras ingin mengantarku pulang, mengkhawatirkanku, meninggalkan pesta itu untukku padahal dia sedang berdansa dengan gadis yang baru saja menjadi kekasihnya.
Bersambung…