Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Rabu, 13 Oktober 2010

Masih Ada Hari Esok (Part 1)


Part 1
Kenangan Bersamanya


Butuh satu jam untuk mengenal seseorang, satu hari untuk jatuh cinta, namun untuk melupakannya bisa jadi butuh seumur hidup.

Pagi belum lagi beranjak siang, namun langit di atas kota Seoul kelabu tua. Mendung menyelimutinya. Hujan turun rintik-rintik. Air yang jatuh dari atas langit bagai jutaan jarum lembut. Membasahi genting, dedaunan, lalu mengalir sepanjang jalan menuju selokan.

Hari ini adalah hari keempat belas Son Ye Jin berada di rumah sakit. Setelah dioperasi pada hari pertama dan beristirahat total selama hampir dua minggu, dia akhirnya diperbolehkan pulang. Luka-luka di kakinya sudah mengering. Semua barang-barang Son Ye Jin juga sudah dimasukkan ke mobil.

Gadis itu mencoba berdiri meski dengan bantuan tongkat.

"Pagi, Dok!" sapanya begitu melihat dokter yang ikut membantu perawatannya sedang berbicara dengan seorang suster di pintu kamar.

Dokter muda itu memandangnya sejenak, lalu membalas sapaannya.

"Sudah mau pulang?"

"Ya, Dokter. Sekalian saya mau pamit."

"Baiklah, Son Ye Jin. Satu saja pesan saya, hidup harus berjalan terus. Kau tetap kuat dan tabah ya? Selain berusaha menjaga kondisi badan, mulailah berlatih berjalan setahap demi setahap."

Son Ye Jin mengangguk. "Terima kasih atas bantuannya, Dokter."

Lalu dibantu papa dan mamanya, gadis itu masuk ke dalam mobil. Semenit kemudian, mobil sedan yang membawanya telah melaju di jalan.

Son Ye Jin beralih ke tepi jendela. Hujan masih menyisakan rintiknya. Dia teringat kembali tentang Kim Ji Suk, Pria yang sangat dicintainya, yang dulu pernah menemaninya merenda hari. Sampai detik ini, Son Ye Jin belum mampu melupakannya. Padahal cukup hitungan waktu untuk mengenang kehangatan dan cinta Kim Ji Suk padanya. Kecelakaan mobil telah membawa pria itu tidur lelap ditemani kedamaian. Sementara Son Ye Jin terpuruk dalam kesendiriannya kini.

Memang, tak seorang pun dapat menduga kapan musibah itu datang. Semuanya terjadi begitu cepat. Son Ye Jin sama sekali tak pernah menyangka, malam itu adalah malam terakhirnya bersama Kim Ji Suk. Pria itu mengajaknya dinner seminggu menjelang keberangkatannya untuk melanjutkan sekolah ke negeri Paman Sam.

"Jika rentang waktu setahun ada 365 hari, maka berapa kali matahari terbenam yang akan kita lewatkan hingga kita bertemu lagi?"

"Aku tidak tahu, Kim Ji Suk." Son Ye Jin menatap kosong. Dia bahkan belum menyentuh potongan steak -nya yang terhidang di meja.

"Suatu hari nanti, aku ingin kita bisa menikmati matahari terbit bersama-sama. Begitu terus setiap hari." Kim Ji Suk menggenggam jemari Son Ye Jin lembut. Mencoba memberi keyakinan pada gadis itu.

Tapi nyatanya, apa yang terjadi sungguh ironis.

Son Ye Jin masih ingat betul, dalam perjalanan pulang Kim Ji Suk membanting setir mobilnya ke kanan guna menghindari tabrakan dengan mobil depan yang mengerem mendadak. Namun bukannya terhindar dari maut, tiba-tiba malah muncul mobil dari arah sebaliknya menabrak mereka.

Mobil Kim Ji Suk yang ringsek berat menjadi saksi bisu betapa kecelakaan itu demikian parah dan tak menyisakan ampun. Saat keduanya tak sadarkan diri di rumah sakit, Pria itu lebih dulu menghembuskan napas terakhirnya. Son Ye Jin beruntung masih selamat. Dia hanya menderita patah kaki ringan dan beberapa luka gores.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...