Part 2
Sebuah Rahasia
Tante Lee Mi Sook mengawasi cara kerja Kim Hyun Joong yang cekatan. Meski bukan seorang tukang cat profesional, Kim Hyun Joong terlihat bisa belajar dengan cepat. Ia menggerakkan kuas dengan benar, membuat hampir tak ada setitik pun cat yang menetes di lantai.
“Yang di kamar anak-anak warnanya pink, ya.” Tante Lee Mi Sook mengingatkan. “Gudangnya tetap kuning saja, biar terang.”
“Iya, Tante.” Kim Hyun Joong menjawab sambil terus menyapukan kuas cat ke tembok. Sebenarnya Kim Hyun Joong agak gugup ditunggui Tante Lee Mi Sook. Di rumah ini ada dua orang tukang batu dan tiga tenaga serabutan, tapi Tante Lee Mi Sook lebih sering mengawasi dan menunggui Kim Hyun Joong bekerja. Pasti karena Tante Lee Mi Sook merasa paling dekat dengan Kim Hyun Joong.
“Mungkin juga karena kasihan,” pikir Kim Hyun Joong.
“Ap kau tidak dimarahi orangtuamu, Kim Hyun Joong?”
“Tidak, Tante. Bapak dan Ibu justru senang karena saya mau bekerja. Jadi kuli juga tidak apa-apa, yang penting halal.”
“Iya, ya. Lagi pula bagus juga kalau masih semuda dirimu sudah mau bekerja. Hanya saja, apa tidak sayang karenanya kau jadi kehilangan acara liburan sekolahmu?”
“Kebetulan saya tidak ada acara, Tante. Liburan cuma diam di rumah terus juga bosan. Eh, Jung So Min dan Hwang Seok Hyeon kapan pulangnya?”
“Katanya sih Sabtu sore, diantar tantenya sendiri. Senin, kalian sudah masuk sekolah lagi, kan?”
Kim Hyun Joong mengangguk. Lalu, “Tapi janji ya, Tante. Tante tidak perlu mengatakan apa-apa pada Jung So Min bahwa saya jadi kuli di sini.”
“Lho, siapa bilang kau jadi kuli? Kau jadi tukang cat, dan nyatanya kau bisa bekerja dengan baik. Kau akan menerima upah yang sepadan, karena hasil pekerjaanmu memang baik.”
“Iya, tapi tolong jangan beritahukan Jung So Min, jika saya kerja di sini, ya....”
“Kenapa? Malu? Pekerjaan halal kenapa harus malu! Di negeri ini banyak yang suka mencuri uang rakyat tapi mereka semua tidak malu.”
“Kenapa tante jadi membahas para koruptor?” Kim Hyun Joong menghentikan gerakan kuasnya. “Saya memang malu jika ketahuan Jung So Min saya kerja di sini. Kalau saja Jung So Min tidak pergi liburan ke Pulau Jeju, belum tentu saya sanggup meminta pekerjaan di rumah ini.”
Tante Lee Mi Sook menganguk-angguk paham. Ia bisa memaklumi jalan pikiran Kim Hyun Joong. “Ya sudah kalau begitu , kau teruskan saja kerjamu. Tante tinggal dulu untuk melihat kerjaan pekerja yang lain? Kalau sudah waktunya makan siang, kau harus makan. Ambil saja sendiri di meja makan dalam. Kau tidak usah makan bersama mereka. Oke?”
“Oke, Tante!” Kim Hyun Joong merasa senang karena ia sangat diistimewakan di rumah ini.
Kim Hyun Joong meneruskan pekerjaannya dengan hati riang. Semangatnya kian tumbuh ketika ia membayangkan satu masalah akan segera dapat diselesaikannya. Kado Valentine yang akan dipersembahkannya untuk Im Yoon Ah bukan lagi impian kosong semata.
Sebuah arloji berbentuk hati seharga tiga rutus ribu rupiah itu adalah hadiah paling pas untuk Im Yoon Ah di hari Valentine. Hadiah yang harus ditebus dengan hasil kerja keras dan keringatnya sendiri.
Lagi-lagi Kim Hyun Joong tersenyum.
Bersambung…
“Yang di kamar anak-anak warnanya pink, ya.” Tante Lee Mi Sook mengingatkan. “Gudangnya tetap kuning saja, biar terang.”
“Iya, Tante.” Kim Hyun Joong menjawab sambil terus menyapukan kuas cat ke tembok. Sebenarnya Kim Hyun Joong agak gugup ditunggui Tante Lee Mi Sook. Di rumah ini ada dua orang tukang batu dan tiga tenaga serabutan, tapi Tante Lee Mi Sook lebih sering mengawasi dan menunggui Kim Hyun Joong bekerja. Pasti karena Tante Lee Mi Sook merasa paling dekat dengan Kim Hyun Joong.
“Mungkin juga karena kasihan,” pikir Kim Hyun Joong.
“Ap kau tidak dimarahi orangtuamu, Kim Hyun Joong?”
“Tidak, Tante. Bapak dan Ibu justru senang karena saya mau bekerja. Jadi kuli juga tidak apa-apa, yang penting halal.”
“Iya, ya. Lagi pula bagus juga kalau masih semuda dirimu sudah mau bekerja. Hanya saja, apa tidak sayang karenanya kau jadi kehilangan acara liburan sekolahmu?”
“Kebetulan saya tidak ada acara, Tante. Liburan cuma diam di rumah terus juga bosan. Eh, Jung So Min dan Hwang Seok Hyeon kapan pulangnya?”
“Katanya sih Sabtu sore, diantar tantenya sendiri. Senin, kalian sudah masuk sekolah lagi, kan?”
Kim Hyun Joong mengangguk. Lalu, “Tapi janji ya, Tante. Tante tidak perlu mengatakan apa-apa pada Jung So Min bahwa saya jadi kuli di sini.”
“Lho, siapa bilang kau jadi kuli? Kau jadi tukang cat, dan nyatanya kau bisa bekerja dengan baik. Kau akan menerima upah yang sepadan, karena hasil pekerjaanmu memang baik.”
“Iya, tapi tolong jangan beritahukan Jung So Min, jika saya kerja di sini, ya....”
“Kenapa? Malu? Pekerjaan halal kenapa harus malu! Di negeri ini banyak yang suka mencuri uang rakyat tapi mereka semua tidak malu.”
“Kenapa tante jadi membahas para koruptor?” Kim Hyun Joong menghentikan gerakan kuasnya. “Saya memang malu jika ketahuan Jung So Min saya kerja di sini. Kalau saja Jung So Min tidak pergi liburan ke Pulau Jeju, belum tentu saya sanggup meminta pekerjaan di rumah ini.”
Tante Lee Mi Sook menganguk-angguk paham. Ia bisa memaklumi jalan pikiran Kim Hyun Joong. “Ya sudah kalau begitu , kau teruskan saja kerjamu. Tante tinggal dulu untuk melihat kerjaan pekerja yang lain? Kalau sudah waktunya makan siang, kau harus makan. Ambil saja sendiri di meja makan dalam. Kau tidak usah makan bersama mereka. Oke?”
“Oke, Tante!” Kim Hyun Joong merasa senang karena ia sangat diistimewakan di rumah ini.
Kim Hyun Joong meneruskan pekerjaannya dengan hati riang. Semangatnya kian tumbuh ketika ia membayangkan satu masalah akan segera dapat diselesaikannya. Kado Valentine yang akan dipersembahkannya untuk Im Yoon Ah bukan lagi impian kosong semata.
Sebuah arloji berbentuk hati seharga tiga rutus ribu rupiah itu adalah hadiah paling pas untuk Im Yoon Ah di hari Valentine. Hadiah yang harus ditebus dengan hasil kerja keras dan keringatnya sendiri.
Lagi-lagi Kim Hyun Joong tersenyum.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar