Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 23 Oktober 2010

Lagi-Lagi Uang (Part 2)


Part 2
Gara-Gara Honeymoon


Pipi kiri dan kanan ini masih terasa pegal karena kebanyakan cipika cipiki saat menyalami para tamu yang hadir di perhelatan pernikahan kami sehari sebelumnya. Namun, girangnya hati membuat tawa canda dan senyum tak henti-hentinya lepas untuk satu sama lain saat pesawat lepas landas meninggalkan bandara KangSan.

Lalu, apakah benar honeymoon itu semanis madu? Seheboh persiapannya? Tak terlupakan sepanjang masa? Ah, itu omong kosong! Lho?

Sungguh, mungkin tak akan ada orang percaya. Di masa honeymoon yang kata orang enak dan berkesan, aku dan Rain Bi bertengkar! Meski tidak sampai berteriak-teriak, ini yang paling pahit dalam hubungan kami. Rain Bi bahkan mengutarakannya saat kami menanti pesta kembang api di River Hong Bao, yang sebelumnya kubayangkan bakal romantis sekali.

Kecewa sudah pasti. Banget, malah. Siapa sih yang ingin impiannya dirusak. Dan penyebab dari semua itu tak lain dan tak bukan adalah uang. Rain Bi merasa 'kaget', bahkan dibuat 'ngeri' dengan pengeluaranku yang menurutnya boros. Padahal, barang-barang yang kubeli itu kebanyakan titipan ortu. Aku bahkan tak sempat membelikan oleh-oleh untuk teman-teman dan saudara-saudaraku yang lainnya.

Dari masalah boros tersebut, dia jadi sangsi mempercayakan pengelolaan uang padaku. Dia juga takut aku membelanjakan uang bersama untuk hal-hal yang menurutnya sekunder. Menurutnya, aku harus menyusun prioritas dalam berkeluarga. Menghabiskan 90.000 rupiah untuk eye shadow merek cukup ternama menurutnya hanya membuang-buang uang, sementara di pasar bisa diperoleh merek lain dengan harga jauh lebih murah. Hello?

Aku tak menampik jika suamiku memang orang yang sederhana. Dia baru mengganti barang jika sudah rusak atau menurutnya tidak layak pakai lagi. Tapi wanita mana yang tak butuh aksesoris penunjang penampilannya? Lagipula, barang-barang bermerek yang kupakai sekarang, sebagian besar diberi ortu. Aku bukan penggila merek, hanya saja terkadang baju yang jatuhnya lebih bagus itu kebetulan bermerek.

Toh, ada juga kaos-kaos milikku yang harganya tak lebih dari 20.000 rupiah per potong. Yang penting bagus dan nyaman dipakai. Kosmetik yang cukup mahal pun, aku beli dengan hasil keringat sendiri. Kecuali pembersih wajah, kebanyakan habis pakai lebih dari setahun. Sebagai salah seorang pembicara di perusahaan, aku rasa wajar bila penampilan perlu sedikit dipoles.

Sejak zamannya masih ditunjang ortu, aku telah terbiasa mandiri untuk pos-pos pengeluaran penunjang penampilan. Aku juga penganut paham yang mengatakan bahwa dengan cinta, semua bisa teratasi. Asal ada cinta, hidup susah pun jadi senang. Ah, naif sekali rasanya sekarang.

Memang logis kalau dia bilang kebutuhan menabung untuk membeli rumah, biaya pendidikan anak kelak, dan hal-hal lain menyangkut keluarga harus diprioritaskan. Tanpa disinggung olehnya pun, aku sudah tahu, mengerti, dan berniat melakukannya. Begitu dini dia memvonisku gila belanja, padahal belum sepeser pun uangnya kuhabiskan untuk berfoya-foya membeli baju, tas atau kosmetik pribadi.

Aku dan Rain Bi sangat jarang bertengkar. Jadi wajar jika tak pernah terlintas dalam pikiranku, di masahoneymoon pun pertengkaran bisa terjadi. Serasa ada benda tajam yang menikam ulu hatiku. Aku merasa terusik oleh kata-katanya, ketidakpercayaannya. Kok tega-teganya ya, dia merusak bulan madu kami gara-gara uang. Ironisnya, kami baru saja melewati Fountain of Wealth... di Suntec City. Bahkan make a wish segala di sana.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...