Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Rabu, 20 Oktober 2010
Hanya Lelaki Biasa (Part 3-Tamat)
Part 3
Lelaki Dalam Cermin
Pagi tadi aku melihat wajahku di balik cermin, berkaca. Tanpa ada maksud untuk melihat lebih dalam wajah sendiri, hanya ingin memastikan rambut tidak acak-acakan, kantung mata tidak sembab dan menghadiahkan seulas senyum untuk diri sendiri.
Tapi pagi ini sungguh lain. Wajah yang berhari-hari, bertahun-tahun selalu aku saksikan itu memalingkan wajah. Apa gerangan. Aku heran.
“Aku sudah muak melihatmu, lelaki biasa!” sindirnya, wajahku di dalam cermin.
“Kenapa? Ada yang salah denganku?”
“Banyak sekali, tidak terhitung. Mungkin karena kau lelaki biasa sehingga selalu salah.”
“Ya, aku akui kau benar. Lantas apa?”
“Kenapa kau membiarkan wanita itu lepas dari tangamu. Bukankah kau menyimpan hati untuknya?”
Wajahku mulai tegang. Terdiam dalam kisah lama yang seharusnya telah hilang dalam hitungan waktu yang berlalu. Tapi kini kembali berdiri sombong menantang kelemahanku.
“Aku hanya lelaki biasa,” belaku.
“Karena itulah kau melepaskannya, bukan?!” tatapnya sinis.
“Dia wanita luar biasa, yang berhak untuk mendapatkan lelaki yang juga luar biasa.” Aku kalah.
Dia tersenyum sinis.
“Lelaki biasa yang hanya berharap ada wanita biasa yang menerima cintanya, romantis yang cengeng…” sindirnya lagi.
“Aku hanya inginkan wanita biasa. Wanita yang bersedia untuk memberikan satu cintanya kepadaku, sebagai pendamping hidupnya. Bukankah itu sudah jauh lebih cukup bagiku,” aku coba melepaskan diri dari tatapan matanya.
“Benar dugaanku, kau hanya lelaki biasa yang selamanya tidak bisa menjadi luar biasa.”
“Itu pilihan hidupku.”
“Wanita biasa seperti apa yang kau inginkan?”
“Aku tidak mensyaratkan yang lain. Hanya itu saja, dia berani untuk menerima cintaku apa adanya. Itu sudah sangat cukup menutupi semuanya.
“Aku tidak ingin mematok syarat yang lain, yang selama ini selalu menjadi patokanku untuk memilih seorang calon pendamping hidup. Aku kuatir semakin banyak kriterianya, maka itu hanya sanggup dipenuhi oleh wanita yang luar biasa. Padahal aku, seperti yang kau dugakan hanyalah lelaki biasa yang tidak pernah sanggup menjadi lelaki luar biasa.”
“Hanya satu syarat itu saja?” tatapnya heran.
Aku menghembuskan nafas, berharap dia tidak menatap lebih dalam mataku, mata yang selalu menyisakan sebuah senyum untuk seorang wanita biasa. Di manakah ia kini?
TAMAT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar