Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Sabtu, 23 Oktober 2010
Duniaku (Part 2)
Part 2
Duniaku
Malam ini, aku kembali melanglang buana. Melenggang di antara remangnya Seoul. Kupamerkan lekuk indah moleknya tubuhku pada mobil-mobil mewah yang lewat. Aku tertawa, aku melirik genit menunggu lelaki hidung belang turun dari mobilnya dan membawaku pergi. Kucari mangsa baru dalam hiruk-pikuk dan pekatnya udara malam Seoul. Kubasuh dukaku untuk sejenak membaur dalam hingar-bingarnya euforia sesaat yang kini kurasa.
“Selamat malam, sayang. Siapa namamu?” tanya seorang lelaki dari balik kaca mobil mewahnya.
“Namaku Kang Hae Won.”
“Ayo masuk!”
Kubuka pintu mobil sedan mewah itu dengan elegan. Perjalanan panjang seperti yang sudah pernah kulakukan kembali kulalui.
“Benar namamu Kang Hae Won?” tanya lelaki itu.
“Tergantung!”
“Besok namamu apa?”
“Belum bisa kukatakan sekarang.”
Tangan lelaki itu mulai bergentayangan. Kutepis perlahan jemarinya yang kasar. Namun, semakin aku menolak, ia semakin beringas.
“Sudahlah, jangan sok suci. Kau sama seperti yang lainnya,” katanya sambil menarik bahuku kasar.
Aku diam, kubiarkan dia berbuat sesukanya. Malam jahanam seperti malam-malam yang telah berlalu kembali kujalani. Kini aku menjadi Kang Hae Won, esok entah aku akan menjadi siapa, aku tak tahu, karena aku belum merancangnya. Di kamarku yang kumuh, kubuka kembali diaryku. Kutulis dengan jelas apa yang kurasakan. Aku kembali menangis. Di sana, di balik kata-kata indah aku sadar, aku bukanlah aku.
Kujalani hari-hariku dengan beragam kejadian, dengan predikat baru yang mengukuhkan diriku menjadi seperti yang kuinginkan. Remangnya malam adalah kehidupanku. Saat seorang pria kaya bersedia memeliharaku dengan imbalan gaji bulanan, aku menerimanya dengan senang hati. Saat virus penyakit mematikan itu datang menghampiriku, aku kembali berteriak dan bertanya pada siapa saja yang mendengarkan, mengapa… mengapa ini menimpaku?
Hidupku terus bergulir mengikuti berlalunya waktu. Kadang aku ingin mengubah hidup ini, menjadi manusia normal, bekerja dengan aman di sebuah perusahaan yang biasa-biasa saja, menikah dan memiliki anak, memiliki cucu yang bisa kuajak berkeliling kota, namun semuanya hanya mengendap dalam keinginan sesaat. Aku kembali berhadapan dengan jeritan jiwa yang terus meletup-letup dan terus meradang mempertanyakan, mengapa… mengapa aku seperti ini?
Tuhan, aku berdiri menatap-Mu di antara linangan air mataku. Seandainya saja aku bisa meminta, aku ingin mengubah waktu, aku ingin dilahirkan seperti manusia pada umumnya. Itu adalah keinginanku yang terdalam. Tapi aku tetaplah aku, aku selalu meronta dan mempertanyakan ketidakadilan ini.
Kadang aku bernyanyi dari satu bis kota ke bisa kota yang lain. Kadang, aku terjerembab dalam pelukan lelaki ke lelaki lain. Meski hampa, semua kujalani dengan ikhlas. Aku tahu ini salah, tapi aku tetap manusia, manusia yang butuh cinta.
“Terimalah dirimu seperti kau apa adanya,” seolah cermin itu menjawab
kegundahanku.
“Harusnya bukan aku yang berada di dalam raga ini!” bentakku kesal.
“Kalau begitu, lakukanlah apa yang hendak kau lakukan!”
“Percuma. Aku telah melakukan semuanya. Tapi semua orang menganggapku hina!”
Aku yang berada di dalam cermin, menatap wajahku sendiri dengan bingung.
Kucoba untuk kembali ke wujud asal sebagaimana aku dilahirkan, gadis polos yang suci. Aku bertekad untuk memusnahkan semua kenangan masa kecilku. Di dalam nama itu aku telah menjalani hari-hari kelamku yang tak pernah berwarna putih cerah. Di dalam nama itu hidupku abu-abu.
Di dalam nama itu sosok wanita tersembul bagai perempuan sempurna yang selalu menebar pesona, mencari mangsa dalam remangnya Seoul. Di dalam nama itu aku berusaha menjelma menjadi perempuan jelita yang berhak memperoleh cinta. Di dalam itu pula terletak alasan mengapa aku menolak pinangan beberapa lelaki yang mabuk kepayang padaku. Di dalam nama itu kini bersemayam penyakit HIV yang kuperoleh dari beragam lelaki yang mengencaniku. Di dalam nama itu aku telah berbuat banyak kesalahan. Di dalam nama itu pula kelak aku dimakamkan.
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar