Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 21 Oktober 2010

Antara Chuncheon-Gwangju (Part 1)


Part 1
“Pemuda Nilai 7”


Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Pukul 4 sore tepat. Tapi bus yang kutumpangi ini belum penuh terisi penumpang, berarti akan ngetem cukup lama. Wah, alamat telat tiba di kampus. Kuhapus peluh di pelipis dengan tissue. Panasnya yang tak tertahankan. Padahal baru saja mandi sore. Percuma menaburkan bedak baby ke tubuh toh sampai di kampus sudah bau keringat lagi.

"Boleh duduk di sini?" tanya seorang pemuda berwajah cukup tampan, mengejutkanku. Tangannya menunjuk bangku kosong di sampingku. Aku mengangguk dengan heran. Baru kali ini ada orang yang bertanya seperti itu padaku dalam bus kota. Bukankah ini kendaraan umum, siapa saja berhak untuk duduk di bangku yang dipilihnya, kenapa harus bertanya?

"Kuliah?" Pemuda itu bertanya setelah duduk di sampingku. Aku mengangguk.

"Universitas Shinhwa?“ tanyanya lagi. Aku mengangguk.

"Fakultas apa?"

"Hukum," sahutku pendek.

"Ouw.... mau jadi hakim rupanya?" Dia tersenyum. Lumayan. Nilai 7. Aku menikmati senyumnya yang enak dipandang.

"Kalau jadi hakim yang benar, jangan asal menghukum orang," katanya sok tua. Aku tersenyum tipis.

"Saya tidak mau jadi hakim. Mau jadi pengacara saja!" ujarku.

"Hmm, mau menyaingi Hotman Paris!” guraunya.

"Kalau bisa…..” Aku tertawa. Sementara bus mulai penuh lalu bergerak meninggalkan terminal Chuncheon. Kamipun membisu dalam pengapnya udara dalam bus. Aku melayangkan pandang ke luar lewat jendela yang tertutup. Memerhatikan kendaraan yang lalu lalang, berharap mendapatkan ilham cemerlang. Soalnya, sudah dua minggu ini, otakku blank. Tidak ada satupun ide menarik yang bisa kutuangkan dalam sebuah cerpen.

"Terima kasih," Suara yang halus itu mengusikku. Aku menoleh. Pemuda itu sedang bangkit berdiri dan mempersilakan seorang gadis seusiaku untuk duduk di bangkunya. Boleh juga pemuda ini. Sudah wajahnya lumayan tampan, sopan pula.

“Ke tengah bu. Masih kosong!” seruan kondektur menepis lamunanku.

Seorang ibu yang sedang hamil tua berjalan pelan dan berdiri dekat tempat dudukku.

“Bu..,” panggilku sembari bangkit dari dudukku. Ibu itu tersenyum dan menggumamkan ucapan terima kasih.

"Akhirnya kita sama-sama berdiri," Pemuda bernilai 7 itu tersenyum ketika aku berdiri di sampingnya. Aku balas tersenyum. Bus melaju cepat. Kadang oleng ke kiri, kadang oleng ke kanan. Penumpang bertambah banyak. Udara semakin pengap.

Cittt…!! Bus direm mendadak menghindari sebuah mobil yang nyelonong seenaknya. Supir dan kondektur memaki bersamaan. Aku dan beberapa penumpang terdorong ke samping.

"Hati-hati, nanti jatuh!” Si pemuda nilai 7 memegang lenganku, menahan agar tidak jatuh.

"Terima kasih." Kataku merasa risih dengan cekalan tangannya. Dia mengangguk sambil melepaskan pegangannya.

"Gwangju! Gwangju!" Seruan kondektur membuatku bersiap turun.

"Sampai jumpa lagi!" Masih sempat kudengar ucapan itu, dari si pemuda nilai 7 sebelum aku melangkah ke pintu.

Dalam Bus yang membawaku melanjutkan perjalanan ke kampus, aku meraba tas mungilku. Resletingnya terbuka Akh, perasaan tadi sudah kututup. Barangkali longgar, pikirku lalu mengancingkannya kembali.

"Halte, pak!" teriakku ketika Bus melaju di depan halte yang terletak dekat Universitas Shinhwa. Kurogoh saku celana jinsku dan menyerahkan sejumlah uang pada Kondektur sebelum turun.

Tiba di kampus aku membuka tasku mencari sisir, tetapi….hei, mana dompetku? Kuraba-raba dasar tas kulitku. Tapi…ya ampuunnn! Dompetku hilang! Dan… wajah si pemuda nilai 7 melintas di benak. Kurang ajar! Pantas, dia begitu ramah. Pantas…. oh, my God! Tulang-tulangku melunglai! Lenyap sudah honor cerpenku yang baru saja kuambil tadi siang!

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...