Part 1
Rencana Kim Hyun Joong
“Apakah aku harus mencuri uang?” Sebersit pikiran kerap mengganggu pikiran Kim Hyun Joong, setiap kali ia merasakan jalan buntu.
Satu-satunya barang berharga yang dimiliki hanya telepon genggam, hadiah ulang tahun dari ibunya setahun yang lalu. Jika tiba-tiba benda itu raib, tak cuma Ibu, tapi seisi rumah pasti akan geger mempermasalahkannya. Dan tipis harapan untuk bisa memiliki lagi sebuah ponsel.
“Jika anak-anak sedang istirahat, atau ketika jam olahraga di lapangan, aku bisa menyelinap masuk ke kelas dan mencuri uang dari salah satu tas,” pikir Kim Hyun Joong lagi. Ia tahu, banyak anak orang kaya yang ke sekolah bawa uang ratusan ribu. “Tapi jika katahuan? Resikonya besar, bisa dikeluarkan dari sekolah. Dan malunya itu!”
Kim Hyun Joong tentu saja tak ingin berbuat konyol. Mencuri bukan hanya konyol, tapi dosa besar. Kim Hyun Joong cepat-cepat menepis pikiran jahat itu. Uang memang harus ia dapatkan, tapi harus dengan cara yang halal.
“Kim Hyun Joong, liburan kau mau kemana?” tanya Jung So Min, yang batal keluar dari kelas ketika dilihatnya Kim Hyun Joong masih terpekur di bangkunya.
“Ke mana, ya? Tidak kepikiran sama sekali, kau sendiri?” Kim Hyun Joong balik bertanya pada teman sekelas sekaligus tetangga dekatnya itu. Jung So Min tinggal satu blok dengan Kim Hyun Joong.
“Sepertinya aku harus me ngungsi ke rumah Tante di Pulau Jeju.”
“Memangnya kenapa? Takut banjir? Memangnya daerah kita banjir? Tidak, kan?”
“Memang tidak. Tapi kebetulan sebentar lagi rumah mau direnovasi. Mama ingin kamar anak-anak dipisah semua. Enak juga membayangkan akan punya kamar sendiri, jauh dari usilnya si Hwang Seok Hyeon, adikku itu. Tapi jadi repot selama rumah dibenahi. Lebih baik aku mengungsi saja, daripada nanti terpaksa bantu-bantu jadi kuli bangunan. Hi hi hi....”
Kim Hyun Joong cukup kenal dengan keluarga Jung So Min. Mereka keluarga paling kaya di Blok H. Sebersit pikiran muncul di benak Kim Hyun Joong.
“Memang siapa yang akan merenovasi rumahmu?”
“Paling juga tetangga-tetangga kita sendiri. Atau orang-orang dari kampung belakang. Sepertinya bukan pekerjaan yang berat. Paling juga makan waktu seminggu, pas dengan masa liburan kita. Jadi nanti, sepulang dari Pulau Jeju, rumah sudah beres lagi.”
“Baguslah kalau begitu,” kata Kim Hyun Joong.
“Bagus apanya?”
“Eh, kau jadi punya alasan untuk liburan ke Pulau Jeju.”
“Kau mau juga?”
“Mau apa?”
“Liburan ke Pulau Jeju.”
“Maksudmu?”
“Yaaa, siapa tahu kau mau mengantarku kesana.”
Kim Hyun Joong tercenung sebentar. “Sepertinya tidak, Jung So Min.”
Jung So Min cemberut.
“Aku mendadak ada rencana baru untuk mengisi liburan kita nanti.”
“Uh? Kok mendadak?”
“Tidak! Bukan! Aku memang punya rencana.”
“Pasti kau mau menyusun karya tulis, untuk diikutkan Lomba Karya Ilmiah pertengahan tahun nanti, ya? Ya sudah, kerjakan saja!” Jung So Min mendengus kesal dan meninggalkan Kim Hyun Joong. Kim Hyun Joong hanya mengawasi gadis manis itu menghilang di luar kelas.
Satu-satunya barang berharga yang dimiliki hanya telepon genggam, hadiah ulang tahun dari ibunya setahun yang lalu. Jika tiba-tiba benda itu raib, tak cuma Ibu, tapi seisi rumah pasti akan geger mempermasalahkannya. Dan tipis harapan untuk bisa memiliki lagi sebuah ponsel.
“Jika anak-anak sedang istirahat, atau ketika jam olahraga di lapangan, aku bisa menyelinap masuk ke kelas dan mencuri uang dari salah satu tas,” pikir Kim Hyun Joong lagi. Ia tahu, banyak anak orang kaya yang ke sekolah bawa uang ratusan ribu. “Tapi jika katahuan? Resikonya besar, bisa dikeluarkan dari sekolah. Dan malunya itu!”
Kim Hyun Joong tentu saja tak ingin berbuat konyol. Mencuri bukan hanya konyol, tapi dosa besar. Kim Hyun Joong cepat-cepat menepis pikiran jahat itu. Uang memang harus ia dapatkan, tapi harus dengan cara yang halal.
“Kim Hyun Joong, liburan kau mau kemana?” tanya Jung So Min, yang batal keluar dari kelas ketika dilihatnya Kim Hyun Joong masih terpekur di bangkunya.
“Ke mana, ya? Tidak kepikiran sama sekali, kau sendiri?” Kim Hyun Joong balik bertanya pada teman sekelas sekaligus tetangga dekatnya itu. Jung So Min tinggal satu blok dengan Kim Hyun Joong.
“Sepertinya aku harus me ngungsi ke rumah Tante di Pulau Jeju.”
“Memangnya kenapa? Takut banjir? Memangnya daerah kita banjir? Tidak, kan?”
“Memang tidak. Tapi kebetulan sebentar lagi rumah mau direnovasi. Mama ingin kamar anak-anak dipisah semua. Enak juga membayangkan akan punya kamar sendiri, jauh dari usilnya si Hwang Seok Hyeon, adikku itu. Tapi jadi repot selama rumah dibenahi. Lebih baik aku mengungsi saja, daripada nanti terpaksa bantu-bantu jadi kuli bangunan. Hi hi hi....”
Kim Hyun Joong cukup kenal dengan keluarga Jung So Min. Mereka keluarga paling kaya di Blok H. Sebersit pikiran muncul di benak Kim Hyun Joong.
“Memang siapa yang akan merenovasi rumahmu?”
“Paling juga tetangga-tetangga kita sendiri. Atau orang-orang dari kampung belakang. Sepertinya bukan pekerjaan yang berat. Paling juga makan waktu seminggu, pas dengan masa liburan kita. Jadi nanti, sepulang dari Pulau Jeju, rumah sudah beres lagi.”
“Baguslah kalau begitu,” kata Kim Hyun Joong.
“Bagus apanya?”
“Eh, kau jadi punya alasan untuk liburan ke Pulau Jeju.”
“Kau mau juga?”
“Mau apa?”
“Liburan ke Pulau Jeju.”
“Maksudmu?”
“Yaaa, siapa tahu kau mau mengantarku kesana.”
Kim Hyun Joong tercenung sebentar. “Sepertinya tidak, Jung So Min.”
Jung So Min cemberut.
“Aku mendadak ada rencana baru untuk mengisi liburan kita nanti.”
“Uh? Kok mendadak?”
“Tidak! Bukan! Aku memang punya rencana.”
“Pasti kau mau menyusun karya tulis, untuk diikutkan Lomba Karya Ilmiah pertengahan tahun nanti, ya? Ya sudah, kerjakan saja!” Jung So Min mendengus kesal dan meninggalkan Kim Hyun Joong. Kim Hyun Joong hanya mengawasi gadis manis itu menghilang di luar kelas.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar