Part 2
Kacau!!!Sore menjelang gelap, Park Shin Hye dan Seo Shin Ae masih asyik di kamar besar yang serba lengkap dengan fasilitas itu. Kasur busa telah berpindah ke lantai, boneka-boneka besar segera berterbangan mencari sasaran.
Ini pekerjaan yang menyenangkan, batin Park Shin Hye. Seo Shin Ae sangat mudah untuk ditaklukkan. Jangankan cuma dua hari, setahun bersama Seo Shin Ae pun Park Shin Hye sanggup.
Park Shin Hye mengejar Seo Shin Ae, mengincar kepalanya dengan boneka ulat bulu raksasa.
“Aduh, ramai sekali kalau dua anak kecil sedang bercengkerama …”
WHUUUUAAAA ….!!!
Park Shin Hye menjerit keras. Ia kaget bukan kepalang karena tiba-tiba seseorang telah berdiri di ambang pintu.
“Kak Jang Geun Suk!!!!” Seo Shin Ae melepaskan bonekanya dan melompat ke dalam gendongan pemuda itu.
“Oo… my God! Jadi inikah manusia bernama Jang Geun Suk itu?” Batin Park Shin Hye segera paham.
“Hai! Pasti kau… Park Shin Hye yang terkenal itu. Ibu sudah sering sekali bercerita tentang dirimu.” Pemuda superganteng itu mengulurkan tangannya.
“Dan kau pasti Jang Geun Suk, si sulung yang …” Park Shin Hye meneruskan dalam hati, “Tampan, kuliah desain interior di Shinhwa University di Busan dan nyaris tidak pernah pulang.”
Park Shin Hye gemetaran ketika bersalaman. Satu hal yang di luar dugaannya adalah, Jang Geun Suk tak hanya tampan, tapi benar-benar luar biasa tampan. Park Shin Hye sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa hari ini Jang Geun Suk akan pulang ke rumah.
Ini anugerah atau musibah?
Park Shin Hye ingin saat itu juga memiliki keajaiban bisa menghilang. Tak terbayangkan betapa malunya tampil di depan pemuda supertampan itu dalam keadaan superkusut, dengan kaus kedodoran dan celana superpendek yang warnanya sudah tak karuan lagi. Satu hal yang bisa dilakukannya adalah menyambar bed cover dan melilitkannya di pinggang untuk menyembunyikan celana pendek ajaibnya.
“Papa dan Mama pergi ke Gwangju, kak Park Shin Hye menemaniku menjaga rumah.” Seo Shin Ae menyelamatkan situasi dengan penjelasannya yang polos. Jang Geun Suk masih melongo.
“Sampai kapan?”
“Minggu malam baru pulang,” jawab Park Shin Hye.
“Ah, jadi percuma aku pulang! Padahal Minggu sore aku sudah harus kembali ke Busan.”
“Tapi…” Park Shin Hye kembali salah tingkah. “Kebetulan juga, karena kau bisa menemani Seo Shin Ae yang sendirian.”
“Dan kau?”
“Pulang,” lirih Park Shin Hye. “Oh, melayanglah sekian ratus ribu itu.”
“JANGAN PULANG!!!!”
Seo Shin Ae melompat-lompat kesal di atas kasur yang tergolek di lantai.
“Kak Park Shin Hye tidak boleh pulang! Kan janjinya mau nonton kartun sampai after midnight!”
“Tapi… bukankah sekarang sudah ada kakakmu? Kau sudah tidak sendirian lagi.”
Jang Geun Suk terbatuk. Batuk yang dibuat-buat. “Ya, kau jangan pulang. Tugasmu harus kau selesaikan karena malam ini aku punya rencana sendiri. Ada acara reuni SMA, dan untuk urusan itulah aku pulang. Mana mungkin aku datang bersama Seo Shin Ae.”
Park Shin Hye tak yakin apakah pernyataan itu menguntungkannya atau justru sebaliknya.
Jang Geun Suk menengok arlojinya. “Sekarang aku mau mandi dan mungkin harus tidur sebentar supaya fresh. Tapi… uh? SEO SHIN AE!!! TURUN DARI KASURKU!!!”
Brrrr! Park Shin Hye gemetaran lagi. Baru sekarang ia sadari mereka berdua telah memporak-porandakan kamar. Dan kamar itu adalah kamarnya Jang Geun Suk.
“Sebaiknya kita pindah ke kamarmu sendiri, Seo Shin Ae.” Park Shin Hye menarik tangan Seo Shin Ae dan mengajaknya keluar kamar. Ia menatap sebentar ke arah Jang Geun Suk. “Nanti akan aku bereskan kamar ini seperti semula. Maaf kalau membuatmu jadi kesal. Mandilah dan selesai mandi, kamarmu siap kau tempati lagi.”
Jang Geun Suk tersenyum lebar. Tulus. “Ya, kalian yang harus bertanggungjawab atas kamar ini.” Jang Geun Suk meraih selembar poster yang terlepas dan tergolek di lantai. “Oh ya! Park Shin Hye…? Kau bisa masak sesuatu untukku? Sepanjang perjalanan aku menahan lapar. Harus ada yang masuk ke perutku, ini! Biasanya Mama selalu menyiapkan banyak bahan makanan di kulkas. Apa sajalah. Sup ayam, boleh juga. Favoritku buatan Mama. Selalu sup ayam yang kurindukan di rumah ini. Mudah-mudahan kau bisa memasak sepintar Mama.”
Park Shin Hye melotot tanpa sepengetahuan Jang Geun Suk. Ia buru-buru menarik tangan Seo Shin Ae dan mengajaknya turun ke bawah. Ia menyambar tas plastik berisi pakaiannya yang ada di atas sofa. Di dalam kamar Seo Shin Ae, Park Shin Hye segera merangkapi celana pendeknya dengan celana panjang. Park Shin Hye berdiri di depan cermin dengan penuh rasa sesal. Pertama kali bertemu dengan pemuda supertampan itu ia berpenampilan seperti gelandangan!
“Kakakmu itu …”
“Tampan, ya?” Seo Shin Ae menukas dengan senyum genit. “Setahuku Kak Jang Geun Suk belum punya pacar!”
“Bukan begitu, adik kecil! Maksudku, untunglah ia tidak marah karena kamarnya sudah kita rusak seperti itu.”
“Dia anak yang baik, kakak yang very-very nice.”
“Dan apa jadinya, jika dua hari aku tinggal serumah dengan si very-very nice itu? Oh my God! Help me please...” Batin Park Shin Hye.
“Park Shin Hye...?” Kepala tampan itu mendadak menyembul dari balik pintu. “Aku sudah lihat isi kulkas. Kau bisa membuat sambal tomat? Yang pedas, yang pas untuk menemani sup ayam kita?”
“Iiiiy... iya... iya... beres. Mandilah dulu!”
SAMBAL TOMAT ???!!!
SUP AYAM ???!!!
Ketika sayup-sayup terdengar suara nyanyian Jang Geuk Suk dari dalam kamar mandi, Park Shin Hye segera menghambur ke pesawat telepon. Siapa lagi kalau bukan Ny. Kim Hee Ae-ibunya yang menjadi tumpuan harapannya.
“IBU...!!!”
“Ada apa?” Dari seberang sana Ny. Kim Hee Ae terdengar agak cemas.
“Bu, aku sudah siap membawa pulpen dan catatan. Tolong, diktekan resep untuk membuat sup ayam dan sambal tomat! Aku siap mencatat...”
“Loh? Apa susahnya sup ayam dan sambal tomat? Semua orang bisa memasak itu, Park Shin Hye...!”
“IBU... !!!” Park Shin Hye menjerit lagi, makin kesal. “DIKTEKAN RESEPNYA SEKARANG JUGA!!!”
Lebih dari lima menit, Park Shin Hye mendengarkan dan mencatat setiap omongan Ibunya. Keringat bercucuran di pelipisnya.
“Hanya seperti itu? Sudah semua?”
“Ya hanya seperti itu. Memasak bukan pekerjaan yang sulit. Kau saja yang tidak pernah mau masuk dapur dan menganggap bahwa di jaman sekarang bisa memasak bukanlah kewajiban seorang perempuan lagi.”
Park Shin Hye tak ingin berdebat. Waktunya tak cukup untuk itu. Ia sudah hampir beranjak membuka kulkas ketika tiba-tiba teringat sesuatu. Ia berbalik dan buru-buru memijit tombol redial di telepon.
“IBU ...?!!!”
“Apa lagi? Kau kemasukan setan penunggu rumahnya Tn. Kim Gab Soo, ya?” Suara Ny. Kim Hee Aw terdengar kesal.
“Ibu, bagaimana caranya memasang bed cover?”
Beberapa detik berlalu tanpa jawaban. Park Shin Hye makin keringatan.
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers