"Dia bilang begitu?" pekik Baek Suzy.
Kim So Eun mengangguk.
"Ya sudah, daripada Kim Bum juga kabur, Lebih baik kau yang lebih dulu menyatakan cintamu padanya langsung!"
Kim So Eun mengernyitkan kening. Sebenarnya ini persoalan siapa? Kenapa jadi Baek Suzy yang penuh semangat. Lagipula… menurutku menyatakan cinta terlebih dulu pada pria, rasanya tidak pantas.
"Aduh, Kim So Eun! Kau ini belum mengerti juga. Kalau Kim Bum sudah bicara seperti itu, itu berarti dia memberikan sinyal pendekatan. Sudahlah, mulai sekarang dekati saja Kim Bum terus."
"Iya kalau dia, mau menerima cintaku. Kalau tidak, bagaimana?”
"Ya ampun, Kim So Eun. Mana ada cinta tanpa usaha. Ini sudah era globalisasi, Kim So Eun. Hitungan statistik, jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Jadi menurutku...."
Kim So Eun tertawa geli mendengar Baek Suzy sampai mengikutsertakan perhitungan statistik. Biar bagaimanapun juga, apa mungkin dia berani menyatakan cinta pada Kim Bum? Dia kan masih penganut era telenovela yang menunggu cinta jatuh dari langit. Moment-nya juga tidak ada yang tepat untuk menyatakan cinta. Tapi, menunggu Valentine juga masih terlalu jauh.
* * *
Sebulan dua bulan berikutnya tidak ada tanda-tanda Kim Bum akan mengucapkan sesuatu yang menjurus ke arah cinta. Padahal Kim Bum tahu persis kalau Kim So Eun tetap masih sendirian.
"Kim Bum, Kau mau menemaniku makan Ice Cream sepulang sekolah nanti?" tanya Kim So Eun.
Kim Bum hanya mengangguk sekilas.
Sampai tiga kali berturut-turut Kim So Eun minta ditemani makan ke sana kemari, pembicaraan mereka tetap hanya seputar sekolah, acara musik atau tentang reality show.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar