Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 22 Oktober 2011

Biarkan Aku Menangis (Chapter 2)



Satu setengah bulan ini aku mencoba melupakan Nichkhun. Mencari kesibukan di organisasi atau memfokuskan diri untuk membuat sebuah karya tulis yang bisa menghasilkan uang. Tapi begitu sulit membuang bayangan Nichkhun jauh-jauh.

Tiba-tiba selembar fotoku yang sedang berdua dengan Nichkhun terjatuh dari salah satu koleksi album fotoku, ketika aku mencari-cari sebuah buku untuk kujadikan bahan tulisanku. Aku terduduk lesu di pinggir kasur. Menatap dua pasang senyum yang merekah itu. Senyumku dan senyum Nichkhun.

"Nichkhun, boleh minta foto berdua?" pintaku ketika itu.

Setelah Nichkhun bertanding Basket di sebuah event.

Tidak ada jawaban. Nichkhun hanya memandangku tanpa kesan. Ia melengos.

"Nichkhun? Boleh minta foto berdua?" ulangku.

“Ayolah... Nichkhun! Kasihan Kim So Eun sudah beli kamera baru hanya untuk mengambil gambarmu saja!" serta merta Kim Bum mendorong bahu Nichkhun agar bisa berdiri sejajar denganku. Ia hanya tersenyum tipis. Nyaris tanpa lengkungan.

"Kemarikan kameranya, biar aku yang ambil foto kalian berdua," Kim Bum mengambil kamera yang sebelumnya kugenggam erat. Aku tersenyum senang. Berdiri di samping Nichkhun. Merasakan napas Nichkhun yang lelah setelah bermain basket. Degup jantungku memburu cepat. Aku harap aku bisa berada di samping Nichkhun selamanya.

"Nichkhun... Tersenyumlah sedikit! Wajahmu terlihat jelek di kamera kalau cemberut seperti itu!" tegas Kim Bum. Dia belum juga mengambil gambar kami berdua sampai Nichkhun benar-benar tersenyum lebar. "Nah... Begitu baru bagus! Smileee....."

Blassh!

Indah. Seindah hasil di foto itu. Kenangan indah bagiku bersama Nichkhun yang mungkin hanya dianggap angin lalu saja olehnya. Nichkhun selalu saja bersikap dingin dan tidak ramah kepadaku. Karena dia tahu kalau aku jatuh cinta kepadanya. Segala perhatianku tidak dia gubris. Segala pemberianku hanya diletakkan saja di ruang tamunya. Tanpa disentuhnya sama sekali. Setiap sms yang kukirimkan selalu hanya dijawab dengan 'iya' atau 'tidak'. Dan setiap kali aku meneleponnya ia selalu diam saja sambil terus menghela napas. Membiarkan aku mengoceh terus sampai lelah. Kenapa Nichkhun? Apa aku salah kalau mencintaimu? Kenapa sikapmu seperti itu padaku?

Tanpa aku sadari air mataku menetesi foto itu. Bergegas aku mengelapnya dengan kaos yang kukenakan. Aku tak mau foto itu rusak. Karena selama ini foto itu selalu tersimpan dengan baik. Tapi ternyata kristal bening terus saja mengaliri pipiku. Seolah tak mau berhenti bahkan aku sampai tersedu. Dadaku sesak hingga susah mengambil napas. Oh... aku menjadi begitu melankolis.

"Kim So Eun! Kau kenapa?" itu adalah suara Kim Bum.

Ia sudah biasa keluar masuk kamarku. Kami memang bertetangga.

"Kim So Eun? Kenapa kau menangis?" Kim Bum melirik ke arah foto yang aku pegang, "oh... Menangisi Nichkhun lagi? Sudahlah, jangan menangis seperti itu. Kau ini cengeng sekali!"

"Kenapa kau tidak suka melihatku menangis, Kim Bum? Aku hanya ingin mencurahkan isi hatiku, ingin mengeluarkan semua beban dan kesedihanku lewat air mata!"

“Tapi, Kim So Eun, mengeluarkan masalah di hati tidak harus selalu dengan menangis," Kim Bum duduk di sampingku. Merangkul bahuku hangat. "Terkadang kita butuh tertawa lebih banyak. Karena tertawa itu membuat kita bahagia. Meskipun tawa itu berdiri di atas duka. Air mata hanya akan membuatmu rapuh...."

Aku menyingkirkan tangan Kim Bum dari bahuku. Menghapus air mata di pipiku. Pasti aku terlihat sangat jelek saat ini.

"Kalau menangis sesekali, kan tidak apa-apa," lagi-lagi aku membela diri.

Kim Bum tergelak.

"Masalahnya kau menangis tidak hanya sesekali. Setiap kali aku ke sini pasti kau selalu menangisi Nichkhun."

"Aku hanya mau Nichkhun tahu kalau aku benar-benar mencintainya, air mata ini jadi saksinya," ujarku setengah terisak.

"Kim So Eun jangan bodoh! Nichkhun itu tidak peduli padamu. Dia hanya setia pada kekasihnya, Victoria. Berkali-kali kau menangis pun tidak ada gunanya, Nichkhun tidak akan pernah tahu kalau kau selalu menangisinya. Kecuali kalau kau menangis di hadapannya mungkin dia akan mengerti tentang patah hatimu itu."

Aku mendorong bahu Kim Bum kesal dan berdiri. Meninggalkan dirinya di kamar sendirian. "Biarkan aku menangis!"

"Kim So Eun... Kau mau kemana?"

"Mau mencari Nichkhun! Aku mau menangis di hadapannya... aku mau memperlihatkan air mata ini di depan matanya sampai dia mau mengerti kalau aku mencintainya!"

"Eh... Apa kau sudah gila, Kim So Eun?!"

Aku berlari keluar kamar. Melewati ruang tamu dan keluar rumah. Ternyata di luar sudah hujan deras. Tapi aku tidak peduli. Aku kesal dengan perkataan Kim Bum. Kenapa aku tidak boleh menangisi orang yang aku cintai?! Aku berlari melawan deras hujan. Ke arah rumah Nichkhun yang hanya berbeda beberapa blok dari tempat tinggalku. Di sudut mataku aku melihat Kim Bum yang tergopoh menyusul. Ia memakai payung, kepayahan berlari mengejarku.

"Kim So Eun... nanti kau bisa sakit kalau hujan-hujanan seperti ini!"

Aku terus saja berlari. Sambil menangis. Membayangkan segala keangkuhan wajah Nichkhun. Wajah yang tak pernah tersenyum tulus kepadaku. Wajah yang selalu tegas dalam berkata-kata. Seolah dialah pria paling kuat di jagat raya ini. Wajah yang membuatku ingin selalu memandangnya.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...