Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Sabtu, 01 Oktober 2011
Darkness (Chapter 5)
Aku keluar dari lubang kegelapan yang kosong itu sekitar sebulan setelah kejadian tersebut. Sadarkan diri dengan harapan hampa yang melemahkan semua sistem syaraf di tubuh serta otakku, sepenuhnya belum mampu dan sama sekali tak mau menerima kenyataan takdir yang menimpaku secara telak. Aku mengutuk takdir!
Omong kosong dengan takdir! Jika hidup memang ada diantara takdir, lalu untuk apa hidup dan kehidupan?! Aku terhenyak, kutarik diri dari dunia nyata ini. Mengurung setiap gerakan kehidupan di sebuah tempat yang tak akan bisa dijamah orang, mengasingkan diri di dunia sendiri. Persetan dengan semua orang yang berusaha menarik kembali cahaya kehidupan yang benar-benar sudah meredup di hatiku. Aku tak perduli.
Berbulan-bulan aku bertahan diantara hidup dan kematian, membiarkan setan-setan luka menggerogoti setiap centi sistem pikiranku. Menghancurkannya. Hingga tak ada lagi usaha yang dapat dilakukan, selain membuangku ke dalam kegelapan di dalam kegelapan. Aku semakin hancur, mendapati diriku kini berada di tempat terkutuk ini. Tapi aku sama sekali tak bisa berontak, meski aku benar-benar tak sudi menjadi bagian dari sekian banyak tubuh hidup tak bernyawa di tempat ini. Rumah sakit jiwa!
Semakin terpuruk, ketika otakku terasa sudah tak lagi di tempatnya. Direnggut iblis dan dicokoli bayangan-bayangan kelam yang terus berputar bagaikan lingkaran setan, terus dan tak mau berhenti. Sampai aku benar-benar muak melihatnya. Iblis kini menari dan tertawa diantara kepedihanku. Brengsek!
Hah...aku sudah muak, aku lelah berteriak di ruang kosong tak berujung di dalam hatiku. Muak memukul angin dan mengutuk takdir yang tak jua berdamai denganku. Aku menyerah ketika para iblis itu memperbudak otakku paksa. Aku menyerah ketika mereka menarikku kembali ke ruang putih tampa sekat. Kembali berada di pelataran kematian, tapi sama sekali tak tahu bagaimana cara memasukinya.
Dan ketika aku menangis parau di tepian itu, dia datang dengan senyum yang sama sekali tak pernah berubah. Senyum yang ditaburi serbuk-serbuk cinta yang ia bawa dari surga. Membisikanku kembali alunan nada indah yang sangat aku rindukan hingga dadaku terasa sangat sesak.
“Kembalilah Kim So Eun, Pelihara cinta yang kutinggalkan untukmu. Dan singgahi singgasanku.”
Lalu lingkaran hitam itu merenggutnya kembali, mencampakkanku di ruang putih pengap ini. Aku menangis, hingga kemudian semuanya berubah gelap.
***
“Akhirnya kau sadar juga Kim So Eun.”
“Dia sudah keluar dari komanya.”
Aku mengerjap-ngerjap, mencoba membuka mata yang terasa berat dan lemah. Menguatkan indra pengelihatanku untuk membantu indra pendengaranku yang menangkap suara-suara tadi.
“Ibu...” Hanya kata itu yang dapat terlontar dari mulutku, menelan ludah untuk membasahi kerongkonganku yang gersang, Pahit.
“Iya sayang, ibu di sampingmu.” Wanita itu menggenggam tanganku erat, seolah tak mau lagi melepaskanku hingga terjerembab ke lubang yang sama untuk kesekian kalinya.
“Kim Bum...” Aku menangis begitu menyebut nama itu, suaraku terdengar sangat jauh. Bagaikan bukan aku yang melontarkannya, Sakit menusuk dadaku. Ibu memelukku, membiarkanku menangis tanpa suara di dalam tangisannya.
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar