Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 01 Oktober 2011

Darkness (Chapter 4)



Perjalanan malam ini terasa sangat lambat dan lama. Aku menggelayut manja di bahu Kim Bum, larut dalam setiap kata cinta yang ia bisikan di gendang telingaku. Memblokadenya secara lembut hingga tak ada suara lain yang dapat memasukinya. Bahkan suara sirine firasat itupun tak dapat menembusnya.

Percikan air langit yang berjatuhan lirih, membasahi kaca mobil yang sedang membawa kami ke pelataran surga. Kusapa rembulan yang menyembul diluar jendela, tapi cahaya samar yang kudapatkan, seolah sang rembulan sedang memandang iri ke arah kami berdua. Hem...aku menghela nafas. Resah!

Entah darimana datangnya resah itu, yang jelas keresahan itu semakin menjadi ketika gerimis kecil di luar sana berubah menjadi hujan deras. Membawa kabut tebal yang melingkupi area di luar mobil.

Aku meliriknya resah, tapi ia hanya membalasnya dengan senyuman yang akhirnya membuatku terpaksa tersenyum juga. Aku bertambah gusar, ketika aku tak sengaja melihat wajah kalut Kim Bum yang terpantul dikaca spion depan.

Aku kembali melirik Kim Bum, tapi kini ia merengkuhku dalam pelukannya. Entah untuk yang ke berapa kali ia mengungkapkan nada cinta yang sama, tapi kali ini sungguh itu hanya perasaanku atau apa, suaranya terdengar berbeda.

Tapi lagi-lagi ia meredam keresahanku yang kini sudah berubah menjadi kecemasan dan rasa takut. Aku tersenyum, dan baru saja aku membuka mulutku untuk membalas ungkapan cintanya, sebuah kilatan cahaya menyeruak masuk dan menyilaukan segalanya. Kejadian itu terlalu cepat, secepat terpelantingnya mobil kami ke bahu jalanan setelah sebelumnya menghantam tronton besar. Terus berguling, hingga akhirnya mobil berhenti sama sekali.

Aku membuka mataku, mencoba mencerna semuanya diantara batas kesadaranku. Tapi terlambat, semuanya sudah terjadi. Aku tidak bisa merasakan apapun, tubuhku mati rasa karena terjepit diantara badan mobil yang hampir remuk. Aku tak mampu bergerak, bahkan bernafas saja rasanya paruku tak kuasa melakukannya. Aku mengerahkan sisa kekuatanku untuk menoleh ke samping kananku. Suamiku masih di sana, masih menggnggam erat tanganku tapi sudah terpejam dengan senyum yang sangat damai. Aku mengalihkan pandanganku karena sudah tak kuasa memandang tubuh suamiku yang sudah....ah! Bahkan aku tak kuasa menyebutnya. Kupejamkan kembali mataku, dan sayup kudengar suara teriakan di luar sana, sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...