Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 01 Oktober 2011

Romansa Di Atas Awan (Chapter 3)



Kami melepas lelah. Setelah hampir 2 jam berjalan, apa yang ingin ditunjukkan Kim So Eun sangat menakjubkan. Tempat menepi dari kegundahan, keresahan, dan perasaan haus akan bersama dengan diri sendiri bisa kutemukan disini.

''Apa yang kau lihat ini belum apa-apa, Kim Bum.” Kim So Eun menerawang pada bekas petang yang tersisa. Bulan sabit mulai meninggi. Kabut bergumul dengan alam, memberi hawa dingin bagi kami.

''Bukit ini masih menyisakan kenangan.”

''Kau sering kesini, Kim So Eun?”

''Tubuhku sudah tidak mengizinkannya lagi, Kim Bum.”

''Maksudmu apa, Kim So Eun?''

''Tak ada yang lebih mengerti keadaan ini dari pada diri sendiri.”

Kali ini Kim So Eun ingin menerjemahkan semua perasaannya. Kim So Eun memetik setangkai bunga, dan memberikannya padaku. Bunga itu hampir layu. Aku kembali bertanya pada diri sendiri kenapa Kim So Eun tidak memetik bunga yang baru mekar di sebelahnya. Sikap Kim So Eun memang membuatku heran. Selama perjalanan dia membuat peristiwa yang kurasa janggal untuk dilakukannya. Dia bukan Kim So Eun yang aku kenal. Malam ini sikapnya sangat berbeda, mulai dari mencium bibirku, membuatku kesal, bahkan semangatnya untuk mencapai bukit ini begitu besar.

''Kau kenapa, Kim So Eun?”

Kim So Eun hanya tertawa.

Benar dugaanku, sikapnya mulai aneh.

''Nikmati saja dunia ini. Bukankah kini semua yang ada bersamaku punya tujuan. Termasuk kau. Selama masih ada waktu, kita bisa mencapai tujuan itu. Namun sayang, aku sudah tidak punya waktu untuk mencapai tujuanku sendiri.”

''Hari ini Kau aneh sekali, Kim So Eun?” Sambil tertawa ia memegangi kedua pundakku.

”Apanya yang aneh. Lihatlah mataku. Air mataku tidak akan mengalir, karena aku masih punya waktu untuk mengenang tempat ini. Setelahnya aku akan pergi.”

Bicara Kim So Eun semakin melantur. Peristilahan yang diucapkannya menambah kejenuhanku untuk berpikir.

”Kau mau kemana? Mati?” ejekku.

Kim So Eun menertawaiku sambil menepuk pundakku.

”Jika kematian terjadi malam ini, aku siap. Mungkin waktuku sudah tidak banyak lagi.”

Kami terkesiap oleh hempasan angin. Suara di sekitar kami hening. Kami tidak berbuat apa-apa. Kami duduk berpaku lutut, memandangi alam berjumawa pada keadaan. Aku melihat Kim So Eun. Penampilannya yang tomboy kadang membuatku bosan mewanti-wanti untuk merubah penampilan seperti wanita pada umumnya. Malam ini ada cahaya seakan keluar dari tubuh Kim So Eun. Begitu terang, mengalahkan semua cahaya di bukit ini.

”Kim So Eun…” Tiba-tiba tubuh Kim So Eun terkapar. Ia pingsan. Wajahnya pucat. Tubuhnya demam. Aku berteriak. Aku mencoba melakukan sesuatu yang bisa aku lakukan demi menolongnya. Pikiranku langsung tertuju pada tas ransel miliknya. Aku mencari sesuatu di dalamnya, entah itu obat-obatan atau barang lainnya. Dan aku menemukan sebuah bungkusan kecil, sepertinya berisi obat-obatan.

”Kim So Eun bangunlah.” Ia tak bereaksi. Demamnya semakin tinggi. Aku membuka bungkusan itu, dan ternyata….

''Obat ini??”Aku tidak percaya. Kim So Eun mengkonsumsi obat-obatan ini. Obat-obatan yang pernah aku belikan untuk Baek Suzy. Kim So Eun mengidap penyakit….!

”Arggghhh.. kenapa harus terulang lagi. Kejadian 3 tahun lalu kenapa harus dialami lagi oleh orang terdekatku.”

Dengan sisa tenaga yang aku miliki, tubuh Kim So Eun kugendong. Aku berlari sekencang mungkin melewati semak, menerobos padang ilalang, dan menghancurkan ranjau-ranjau perbukitan. Kim So Eun harus diselamatkan. Sebagai teman dekatnya aku sangat menyesal, karena tidak tahu keadaannya. Apa lagi mengenai sakit yang diderita. Aku ini teman tak berguna. Kim So Eun, maafkan aku. Kau tidak sendiri, masih ada aku yang setia menemanimu. Kita adalah dua insan yang berkarakter sama. Sifat kita introvert. Kita punya dunia sendiri. Dunia yang kita cipta sendiri. Bertahanlah Kim So Eun. Kita hampir sampai di pemukiman penduduk. Kau akan baik-baik saja.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...