Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 22 Oktober 2011

Biarkan Aku Menangis (Chapter 3)



Aku terus saja berlari. Biarkan aku menangis bebas seperti ini dengan ditemani air hujan dari atas langit. Aku menengadah. Merentangkan kedua tanganku ke samping. Menikmati kucuran air yang menampar-nampar wajahku. Setelah itu aku berlari kembali. Tepat di depan rumah Nichkhun aku berhenti. Di depan pintu gerbang. Tangisanku semakin deras kontras dengan volume hujan yang mulai berkurang.

Belum saja aku membuka mulut hendak memanggil Nichkhun. Seseorang sudah terlebih dahulu menepuk pundakku dari belakang. Jantungku berdetak cepat. Aku berbalik badan.

Wajah itu... wajah tercintaku... berdiri di depan mataku! Air hujan perlahan berhenti. Dan mendung sedikit demi sedikit menyingkir membiarkan sinar masuk sejenak untuk memantulkan wajah tercintaku itu. Wajah seorang Nichkhun.

"Kau kenapa, Nichkhun? Kenapa menangis?" ujarku gugup.

Mata tajam itu. Mata yang selalu menyorot tanpa keramahan itu kini terlihat merah. Aku bisa melihat ada butir-butir air mata menetes di pipinya. Aku bisa melihat jelas bahwa air di pipinya itu bukan air hujan. Tapi air mata! Yang masih saja keluar perlahan-lahan dari ujung matanya.

Apakah dia juga menangisiku seperti halnya aku menangisinya?

Melihat aku memandanginya dengan heran. Nichkhun segera menghapus air matanya. Ia memalingkan wajah malu.

"Victoria... selingkuh dengan pria lain..." desisnya pelan.

Dug! Dia menangisi Victoria?

"Apa dia tidak tahu kalau aku benar-benar mencintainya, Kim So Eun? Apa dia tidak tahu kalau aku benar-benar mencintainya... mencintai Victoria!" kalimat-kalimat itu meluncur cepat dari mulut Nichkhun. Meruntuhkan segala harapan kalau-kalau saja Nichkhun juga mencintaiku.

Kugenggam tangan kananku erat. Menahan sakit hati yang sangat. Kusadari ada sesuatu yang sedari tadi kugenggam. Ternyata selembar fotoku bersama dengan Nichkhun. Foto yang selalu kujaga dari basah dan rusak kini harus berantakan terkena air hujan. Dengan menggigil dingin aku membuka lembaran foto yang sudah lusuh tergenggam. Aku memandangi gambarnya yang sudah luntur. Seiring cintaku yang diiris-iris oleh luka.

"Nichkhun?" tak lama kemudian sosok Kim Bum hadir di antara kami. Dengan payungnya yang lumayan besar ia mencoba melindungi kami dari sisa-sisa hujan. "Nichkhun? Kenapa kau menangis?"

"Jangan komentar, biarkan aku menangis. Aku juga manusia," jawab Nichkhun dingin. Dia membuka pintu gerbang rumahnya dan menutupnya cepat. Tanpa rasa bersalah masuk ke dalam rumah.

Meninggalkan aku dan Kim Bum kuyup oleh basah.

''Aku mencintaimu, Nichkhun.''

Kukulum kata-kata terakhir itu dalam sepi. Karena Nichkhun tak pernah mempersilahkanku untuk mengatakannya di hadapannya.

Maka biarkan aku menangis.... untuk kemudian menciptakan tegar.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...