Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 01 Oktober 2011

Bersama Hujan (Chapter 2)



“Aku sudah merekam contoh suaraku. Semoga produser itu tertarik,” ujarmu malam itu.

“Suaramu bagus. Semoga rezekimu juga. Kenapa tidak ikut kontes menyanyi saja?” tanyaku.

“Aku sudah pernah mencobanya, tapi tidak berhasil. Mungkin suaraku tidak cocok dengan selera mereka. Aku yakin suatu hari nanti aku bisa jadi penyanyi terkenal.”

“Aku akan selalu mendoakanmu, Kim Bum.”

Begitulah. Kita saling mendukung satu sama lain. Terus terang, aku tertarik padamu saat itu. Entahlah dengamu. Aku tidak mungkin menanyakannya. Walaupun hidup di zaman serba canggih dan modern, tapi untuk yang satu ini aku tetap bersikap konvensional.

Akibatnya, aku selalu bertanya-tanya dalam hati tentang perasaanmu. Aku selalu mengira-ngira apa arti semua perlakuanmu itu. Suka kah? Atau hanya bersikap gentle saja? Seandainya aku pria dan dia perempuannya, maka akan mudah bagi bibirku untuk menanyakan apakah dia suka padaku dan mau menjalin hubungan yang lebih dekat denganku. Itu memang tugas pria kan, untuk menanyakan hal macam itu? Benar kana pa kataku?

“Aku sudah tidak sabar ingin bertemu produser itu, Kim So Eun!”

“Waah aku juga tidak sabar melihatmu di televisi, menjadi selebritis!”

“Selebritis? Perutku mual mendengar itu. Ada-ada saja kau ini.”

“Tapi semua itu mungkin kan? Dan tinggal selangkah lagi, Kim Bum. Bersiap sajalah.”

“Apa kalau menjadi selebritis nanti namaku jadi berubah ya?

“Maksudmu?”

“Nama Kim Bum terlihat tidak Komersil.”

“Walaupun tidak komersil, kalau menyanyi dengan bagus, tetap saja jadi bagus.”

“Ada-ada saja. Kau memang temanku yang terbaik, Kim So Eun.”

Baiklah.

Teman. Sebenarnya kata itu cukup menggambarkan perasaanmu padaku bukan? Huh, teman? Tidak rela rasanya aku mendengar kata itu keluar dari mulutmu. Aku ingin lebih! Ah, mulai lagi. Keegoisan seorang Kim So Eun mulai tampak. Dan sifat buruk itu justru muncul pada saat hari-hari terakhir kita bersama, sebelum kau pergi ke Seoul dan menemui produser itu. Kemanapun kau pergi, harus ada aku. Harus. Aku tidak mau membuang kesempatan untuk terus bersamamu. Aku bertindak seolah-olah tidak ada hari esok. Dan, memang.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...