Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 08 Desember 2011

Misteri Hantu Merah (Chapter 7)



Chapter 7
Eunhyuk Beraksi

Sudah sejam lamanya Eunhyuk duduk seorang diri di ruang duduk, di rumahnya yang ditinggali bersama Junsu dan Yoona. Ia sedang sibuk berpikir, sambil mengusap-usap dagunya. Tiba-tiba ia merentangkan tangan dan kakinya dan berteriak sekeras mungkin. Setelah itu ia menyandarkan diri, seakan menunggu. Wajahnya merah sehabis berteriak.

Sesaat kemudian terdengar langkah orang datang di luar. Pintu depan terbuka dengan cepat. Sungmin, pekerja di Huang Zhou Workshop, menjengukkan kepala ke dalam. Ditatapnya Eunhyuk dengan mata terbelalak.

"Siapa yang baru saja berteriak, Eunhyuk?" tanya orang itu. Nampak jelas bahwa ia kaget. "Aku yang berteriak," jawab Eunhyuk. "Apa kau mendengarnya?"

"Tentu saja!" tukas Sungmin. "Jendela di sini terbuka, jendela di tempatku juga terbuka... jadi tentu saja aku mendengarmu! Kedengarannya seperti kau tadi menduduki paku, atau tersandung."

Eunhyuk memandang dengan kesal ke arah jendela di belakangnya yang terbuka. "Kenapa kau berteriak, Eunhyuk?" tanya Sungmin. "Tapi, aku lihat... Sepertinya kau baik-baik saja!"

"Memang, kecuali aku lupa... kalau jendela yang ada disini terbuka," jawab Eunhyuk.

"Kalau begitu, kenapa berteriak?" tanya Sungmin berkeras.

"Aku sedang latihan menjerit," kata Eunhyuk.

"Kau benar tidak apa-apa, Eunhyuk?" tanya Sungmin. "Maksudku, tidak ada yang sakit atau apa... misalnya?"

"Aku baik-baik saja," kata Eunhyuk. "Kembali sajalah ke tempatmu. Malam ini aku tidak akan berteriak lagi."

"Syukurlah kalau begitu," kata Sungmin. "Aku benar-benar kaget tadi."

Sungmin menutup pintu, lalu kembali ke rumah kecil yang ditinggalinya bersama saudaranya, Ryeowook. Rumah itu letaknya sekitar lima puluh meter di belakang tempat tinggal keluarga Eunhyuk.

Sementara itu Eunhyuk masih tetap duduk di tempat semula. Otaknya berputar keras. Mencari ide tentang Hantu Merah! Tapi walau sudah dipusatkannya seluruh pikiran, ide itu tidak mau terbayang secara jelas. Akhirnya ia mendesah. Eunhyuk sudah putus asa. Lagi pula saat itu sudah waktunya tidur. Hari sudah larut malam.

Sementara menaiki tangga menuju tingkat atas, ia teringat pada kedua temannya. Ia ingin tahu, apa yang dilakukan Donghae dan Heechul saat itu di Namchoseon Valley.

Seolah-olah menjawab pikirannya itu, tahu-tahu ponselnya berdering. Ternyata Heechul yang menelepon dari Namchoseon Valley.

"Ada apa, Heechul?" tanya Eunhyuk dengan bersema­ngat. "Kalian melihat Hantu Merah itu?"

"Bukan kami, tapi Victoria," kata Heechul. Suaranya kedengaran bersemangat. "Selain itu ada lagi kejadian lain yang menggemparkan. Di sini..."

"Tenang, tenang!" sela Eunhyuk. "Jangan terburu-buru. Ceritakan semuanya, dengan tenang dan berurutan. Jangan lupakan sedikit pun!"

Itu tidak mudah bagi Heechul, karena ia ingin langsung melaporkan bahwa Mutiara Hantu hilang dicuri orang. Tapi Eunhyuk selalu menekankan perlunya memaparkan segala fakta yang ada secara berurutan. Temannya itu juga mengatakan jangan sampai ada yang ketinggalan, karena hal yang kelihatannya sangat sepele pun mungkin kemudian ternyata penting sekali artinya. Karenanya Heechul lantas memulai laporannya dengan menceritakan perjumpaannya dengan Nichkhun, disusul dengan kejadian-kejadian berikutnya.

Akhirnya ia sampai juga pada peristiwa pencuri­an mutiara. Kejadian itu diceritakannya secara terperinci.

"Hmmm," gumam Eunhyuk, ketika Heechul berhenti sebentar untuk mengatur napas. "Ini perkembang­an yang sama sekali tidak kusangka. Lalu sekarang bagaimana perkembangan selanjutnya disana? Apa sudah diadakan pemeriksaan?"

"Leeteuk sudah memanggil petugas hukum setempat, Sheriff Seulong," kata Heechul. "Tapi petugas itu kurang sigap! Kelihatannya ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Rumah ini letaknya tidak di dalam kota, jadi tidak ada polisi yang bisa dihubungi. Yang ada cuma sheriff serta wakilnya, yang tidak henti-hentinya mengucap, 'Astaga'!"

Eunhyuk tertawa geli.

"Tapi sheriff kemudian mengajukan suatu teori," kata Heechul meneruskan laporannya. "Menurutnya, pasti mutiara itu dicuri penjahat yang datang dari kota besar, setelah membaca berita-berita tentang Hantu Merah di koran. Penjahat-penjahat itu setelah melihat Leeteuk bergegas pergi, lalu menyelinap masuk lewat jendela samping. Mereka langsung mengambil mutiara itu dari lemari besi dan mencari barang-barang lain yang berharga, ketika tahu-tahu Leeteuk kembali. la langsung disekap dari belakang begitu masuk, lalu diringkus dan kepalanya diselubungi kantong kertas supaya tidak bisa melihat apa-apa. Yang diketahuinya hanya, salah seorang di antaranya berbadan atletis. Menurut pendapat sheriff, para penjahat itu kini pasti sudah di tengah jalan kembali ke kota. Ia akan menelepon polisi kota Seoul, walau dirasakannya tidak akan banyak gunanya."

Eunhyuk mengusap-usap dagunya. Teori yang dikemukakan Sheriff Seulong cukup logis. Mengingat begitu banyak pemberitaan di koran mengenai kalung mutiara itu, rasanya malah aneh jika tidak ada kawanan pencuri dari kota besar yang mencari kesempatan untuk mencurinya. Dasar sedang sial, karena terburu-buru Leeteuk lupa mengunci lemari besi ketika ia pergi. Jadi bagi para pencuri itu menjadi sangat mudah!

Tapi walau begitu masih timbul pertanyaan dalam hati Eunhyuk, adakah hubungan antara Hantu Merah dengan peristiwa pencurian kalung mutiara? la tidak bisa membayangkan hubungan apa, tapi siapa tahu!

"Kalian berdua harus tetap waspada, Heechul," katanya kemudian. "Aku ingin sekali bisa ada disana," tambahnya, "tapi apa boleh buat, aku harus tetap di sini, karena Junsu dan Yoona baru bisa kembali besok. Kalau ada kejadian baru, segera telepon aku!"

Selesai menelepon, Eunhyuk berpikir sebentar. la sebetulnya masih ingin merenungkan laporan Heechul tadi, tapi kantuknya tidak bisa ditahan lagi. la langsung merebahkan diri ke tempat tidur. Eunhyuk tidur nyenyak. Dalam tidur ia bermimpi, mendengar suara yang rasanya seperti tidak asing, tapi tidak bisa dikenal dengan jelas.

Keesokan harinya ia tidak bisa mengingat lagi apa yang dimimpikannya. Ia sebenarnya berharap hari itu pekerjaan tidak begitu banyak, supaya ia bisa memikirkan hal-hal yang dilaporkan Heechul malam sebelumnya. Tapi harapannya sia-sia. Hari itu ia sibuk sekali melayani orang-orang yang datang untuk menjual atau membeli barang bekas. Walau sudah dibantu oleh Sungmin, tapi boleh dibilang tidak pernah ada waktu luang lima menit saja yang bisa dimanfaatkannya untuk berpikir. Tapi akhirnya kesibukan menyusut setelah pukul lima sore.

Eunhyuk mengambil keputusan dengan cepat, karena ia tiba-tiba mendapat ide. la memperoleh ide penting.

"Sungmin," katanya pada pekerja Huang Zhou Workshop itu, "kau sajalah yang meneruskan menjaga toko. Kalau sudah pukul enam nanti, tutup saja. Aku sekarang mau melakukan penyelidikan sedikit."

"Beres, Eunhyuk," kata Sungmin dengan ramah.

Eunhyuk naik sepeda menuju daerah berhutan yang letaknya di dekat sebuah sungai. Di situlah letaknya Shinhwa Mansion. Ketika ia memasuki pekarangan rumah yang akan dibongkar itu, dilihatnya ada mobil polisi berhenti di depan rumah. Ketika Eunhyuk mendekat, dilihatnya seorang polisi menjulurkan badan dari dalam mobil.

"Jangan berhenti disini," kata polisi itu dengan nada agak lesu. "Sedari pagi kerjaku tidak lain kecuali mengusir orang-orang iseng yang ingin menonton dan mencuri souvenir di sini."

Eunhyuk turun dari sepedanya, lalu merogoh kantong.

"Banyak orang yang datang ke sini?" tanyanya.

"Ya, sejak hantu itu muncul," kata polisi itu. "Kami ditugaskan di sini, untuk mencegah jangan sampai ada barang-barang yang diambil orang iseng. Sekarang pergilah! Aku sudah bosan mengusir orang terus."

"Aku bukannya mau mencari souvenir," kata Eunhyuk. "Kau kemarin tidak melihatku datang bersama Chief Siwon, ketika kamar tersembunyi itu ditemukan?"

Kini polisi itu menatapnya dengan lebih seksama. Polisi itu kemarin memang ada di situ. Dialah yang menjaga di luar.

"Ya, aku ingat sekarang," katanya kemudian, "Kau memang datang bersama atasanku."

Eunhyuk mengeluarkan selembar kartu nama dari kantong, lalu disodorkannya pada polisi itu. Pada kartu itu tertera,

TRIO DETEKTIF

"Kami Menyelidiki Apa Saja"
???
Penyelidik Pertama... Eunhyuk
Penyelidik Kedua... Donghae
Catatan dan Riset... Heechul

Polisi itu sebenarnya mau tertawa, tapi tidak jadi. la sempat ingat bahwa Eunhyuk kemarin datang naik mobil Chief Siwon.

"Jadi kau ini penyelidik?" katanya. "Kau menyelidiki sesuatu untuk Chief Siwon?"

"Saat ini aku menyelidiki sesuatu, yang jika ternyata benar... pasti akan menarik untuk Chief Siwon," jawab Eunhyuk. Ia lantas memaparkan apa yang mau dilakukannya. Polisi itu mengangguk.

"Baiklah, kau boleh masuk!" katanya.

Sambil menghampiri rumah tua itu, Eunhyuk memperhatikan dengan seksama. Bentuknya kokoh dan berdinding tebal, seperti nampak pada bagian samping yang sudah dibongkar sebagian.

Kini Eunhyuk masuk ke dalam. la tidak bermaksud membuang-buang waktu dengan meneliti, barangkali masih ada kamar rahasia lainnya disana. Karena, menurut Chief Siwon rumah itu sudah diperiksa dengan teliti sampai ke setiap sudut ruangan.

Eunhyuk langsung menaiki tangga, menuju ke tingkat atas. Sesampai di ujung atas tangga ia berpaling... lalu menjerit!

Ia menunggu satu menit disana. Lalu turun lagi ke tingkat bawah. Disana ia berteriak sekali lagi. Setelah itu ia keluar, mendatangi polisi yang masih ada di depan.

"Apa kau dengar tadi?" kata Eunhyuk.

"Aku mendengarmu menjerit dua kali," jawab polisi itu. "Sekali samar-samar dan yang kedua kalinya lebih nyaring sedikit. Pintu rumah tertutup, jadi aku tidak begitu jelas mendengar!"

"Pintu juga tertutup waktu hantu muncul," kata Eunhyuk. Ia memandang berkeliling. Dilihatnya di sudut rumah ada semak hias yang lebat. "Sekarang coba dengarkan lagi," katanya, lalu menuju ke semak itu.

la berdiri di balik semak. Sambil menjulurkan badan agak ke samping, ia berteriak sekali lagi sekuat-kuatnya. Setelah itu ia kembali ke mobil patroli. Polisi yang duduk di dalam mengangguk.

"Ya, kalau itu... Aku dengar dengan jelas," katanya. "Hei, apa sebenarnya yang mau kau buktikan?"

"Aku ingin mengusut di mana hantu itu berada ketika menjerit," kata Eunhyuk. "Berdasarkan pengamatanku, seharusnya di luar rumah. Sebab kalau menjerit sewaktu ada di dalam, Hmm... paru­parunya harus kuat sekali hingga jeritannya terdengar jelas."

"Masa hantu punya paru-paru," kata polisi itu sambil tertawa geli. Tapi Eunhyuk sama sekali tidak tersenyum.

"Itulah maksudku," katanya. Dilihatnya polisi itu menggaruk-garuk kepala. Ketika ia melangkah menghampiri sepedanya, polisi itu memanggilnya.

"Hei, ketiga tanda tanya di kartu namamu, apa artinya?"

Nyaris saja Eunhyuk tertawa. Tapi sempat ditahan olehnya. la merasa senang, karena tanda tanya itu memang selalu menarik perhatian.

"Itu lambang kami," katanya dengan bangga. "Artinya misteri yang belum dipecahkan, teka teki yang tidak terjawab dan masalah yang memerlukan penyelesaian."

Seteleh itu ia pergi dengan sepedanya, meninggalkan polisi yang masih menggaruk-garuk kepala dengan bingung. Tapi cuma beberapa blok saja ia bersepeda. Kini ia berada di daerah pemukiman modern dan rapi, yang letaknya bersebelahan dengan pekarangan Shinhwa Mansion yang luas.

Di kantongnya ada guntingan koran setempat dengan nama dan alamat empat orang yang melapor pada polisi. Mereka itu termasuk kelompok yang bersama Heechul dan Donghae melihat hantu dan mendengarnya menjerit.

Eunhyuk mendatangi alamat yang posisinya paling jauh dari Shinhwa Mansion. Ketika ia sampai di situ, sebuah mobil datang dan langsung masuk ke pekarangan. Seorang laki-laki turun dari kendaraan itu. la bernama Woohyun, satu dari keempat orang itu. Dengan senang hati ia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Eunhyuk padanya.

Ternyata pada malam itu, ia sedang duduk-duduk di beranda rumahnya beserta seorang tetangga yang tinggal di seberang jalan. Mereka berdua sedang duduk-duduk sambil merokok dan mengobrol tentang pertandingan Baseball. Kemudian dua orang laki-laki lewat di depan rumah dan menyapa mereka. la tidak kenal pada mereka, tapi menurut dugaannya pasti tetangganya juga. Kedua laki-laki itu mengajaknya berjalan-jalan untuk melihat Shinhwa Mansion di bawah sinar bulan, sebelum bangunan itu dibongkar. Satu di antara kedua laki-laki itu, seseorang bertubuh atletis, begitu pandai membujuk sehingga akhirnya Woohyun mau ikut. Begitu pula tetangganya yang sedang mengobrol dengannya.

Sebelum berangkat Woohyun masih sempat meng­ambil dua senter dari garasi. Satu diserahkannya pada temannya.

Mereka berempat lantas berjalan menuju Shinhwa Mansion. Di tengah jalan mereka melihat dua orang lagi yang juga tinggal di kompleks pemukiman itu. Laki-laki yang bertubuh atletis mengajak mereka ikut. Orang itu pintar sekali membujuk. Katanya, pasti menyenangkan melihat rumah yang katanya berhantu pada saat malam terang bulan. Sambil tertawa ia menambahkan, siapa tahu... mungkin mereka akan melihat hantu itu.

"Dia benar-benar mengatakan itu? Maksudku, ada kemungkinan akan melihat hantu?" tanya Eunhyuk.

"Kurang lebih begitulah ucapannya," jawab Woohyun sambil mengangguk. "Dan ternyata kami benar-benar melihatnya. Kalau dipikir-pikir, kejadian itu aneh sekali."

"Kau tidak kenal dengan kedua orang yang pertama itu?" tanya Eunhyuk.

"Satu di antaranya, rasa-rasanya pernah kulihat," kata Woohyun, "tapi yang satu lagi tidak! Tapi seharusnya dia juga tinggal di daerah sini. Cukup banyak tetangga yang belum saling mengenal. Kebanyakan dari kami baru setahun tinggal di sini."

"Kelompokmu waktu itu terdiri dari berapa orang, ketika sampai di rumah itu?" tanya Eunhyuk lagi.

"Kami berenam," jawab Woohyun. "Walau ada yang mengatakan tujuh, tapi aku tahu pasti kami berenam ketika memasuki pekarangan itu. Tentu saja mungkin ada lagi orang yang menyusul, karena ingin tahu! Setelah jeritan terdengar dan perhatian kami terarah ke dalam rumah, tidak ada lagi yang begitu peduli berapa jumlah kami waktu itu. Lagi pula saat itu sangat gelap. Bulan belum terbit. Kemudian kami berpencar, setelah masuk ke dalam rumah itu. Aku, tetanggaku yang di depan serta tetangga yang dua lagi berpendapat, sebaiknya kami melaporkan kejadian itu pada polisi. Aku tahu apa yang terjadi dengan yang dua lagi. Mungkin mereka tidak ingin nama mereka dimuat di koran."

Saat itu seekor anjing kecil berbulu keriting datang berlari-lari melintasi pekarangan, lalu melonjak-lonjak menyambut Woohyun.

"Duduk, ayo duduk!" kata Woohyun sambil tertawa senang. Ditepuk-tepuknya anjing itu, yang membaringkan diri di atas rumput dengan lidah terjulur ke luar.

Eunhyuk teringat lagi pada laporan Heechul, bahwa satu dari kelompok yang datang ke Shinhwa Mansion malam itu membawa seekor anjing. Hal itu ditanyakannya pada Woohyun.

"Ya, waktu itu aku membawa si Snopy ini," kata Woohyun. "Aku mengajaknya, karena aku biasa berjalan-jalan dengannya setiap sore."

Eunhyuk memperhatikan anjing itu yang mengangakan moncongnya dengan lidah terjulur ke luar. Kelihatannya seperti menertawakan dirinya, seolah-olah mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh Eunhyuk. Kening pemuda itu berkerut. Lagi-lagi ia merasa ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Tapi ia tidak bisa tahu dengan jelas, apa yang mengganggunya itu.

Ia masih mengajukan beberapa pertanyaan lagi. Tapi ternyata tidak ada keterangan baru yang bisa ditambahkan. Karena itu Eunhyuk mengucapkan terima kasih, lalu pergi.

la bersepeda pelan, kembali ke rumahnya. Sementara itu otaknya bekerja keras. Ketika ia sampai di tempat penimbunan barang bekas, ternyata pintu gerbang utamanya sudah tertutup. Matahari sudah terbenam. Ternyata dia pergi lebih lama dari perkiraannya semula.

Sungmin dilihatnya sedang santai di rumahnya.

"Hai, Eunhyuk," sapa Sungmin, ketika melihat Eunhyuk masuk. "Kau kelihatannya seperti habis berpikir keras. Tampangmu kusut!"

"Kemarin malam, kau mendengarku menjerit kan, Sungmin?" kata Eunhyuk, tanpa mengacuhkan gangguan pemuda baik hati itu.

"Tentu saja, kedengarannya seperti suara kambing disembelih," kata Sungmin. "Jangan marah, ya! Tapi kedengarannya memang begitu!"

"Aku memang sengaja melakukannya, supaya terdengar seperti itu," jawab Eunhyuk. "Tapi, kau tidak akan bisa mendengar, jika jendela disini dan jendela ruang duduk tempat aku berada waktu itu tertutup, kan?"

"Ya, aku rasa begitu. Kau ini sebenarnya mau membicarakan apa?"

Air muka Eunhyuk berubah, membayangkan gerak perasaannya saat itu. Jeritan yang didengar setiap orang yang hadir di sana... dan Snopy, anjing itu! Anjing yang kelihatannya seperti mengetahui sesuatu. Tiba-tiba ia terkenang pada suatu kisah detektif Spy Locked. Dalam kisah itu juga ada seekor anjing, yang banyak sekali membantu penyelidikan detektif ulung itu, Binatang itu membantu, dengan jalan sama sekali tidak berbuat apa-apa!

Eunhyuk bergegas kembali ke rumahnya. Tiba-tiba saja begitu banyak ide yang muncul dengan jelas dalam benaknya!

Polisi yang menjaga di depan Shinhwa Mansion tidak bisa mendengar teriakannya dengan jelas, ketika ia berada di dalam rumah yang pintu depannya tertutup. Tapi di luar... ya, di luar teriakannya terdengar jelas! Itu suatu petunjuk penting.

Begitu sampai di dalam rumah, Eunhyuk langsung memutar kembali rekaman suara jeritan yang diambil oleh Heechul, serta cuplikan pembicara­an orang-orang yang waktu itu ada disana. Eunhyuk menyimak rekaman itu selengkapnya. Setelah selesai, ia termenung selama beberapa menit. Diingatnya kembali penuturan Heechul kemarin malam. Semuanya cocok. Harus cocok!

Pertama-tama suara jeritan, lalu kenyataan bahwa tidak ada yang tahu pasti apakah enam atau tujuh orang yang datang ke Shinhwa Mansion malam itu... ya, bahkan anjing kecil itu! Kini Eunhyuk sudah tahu apa yang bisa diceritakan anjing itu padanya, jika bisa bicara. Masih banyak lagi yang belum berhasil diketahui Eunhyuk... tapi untuk sementara, sudah lumayan!

Ruangan tempatnya duduk sudah gelap. Tapi tanpa menyalakan lampu, ia langsung meraih ponselnya untuk menghubungi Heechul di Namchoseon Valley. Setelah menunggu agak lama, akhirnya ia mendengar suara seseorang wanita. Ternyata Victoria yang menerima.

"Eunhyuk? Kau teman Heechul, kan?" tanya wanita itu. Menurut Eunhyuk, suara Victoria kedengarannya seperti agak gemetar.

"Betul, Victoria," jawab Eunhyuk. "Kalau boleh, aku ingin bicara sebentar dengannya. Aku sudah mencoba menelpon ponselnya tapi tidak aktif. Rasanya ada beberapa hal yang..."

Kalimatnya dipotong oleh Victoria.

"Heechul tidak ada di sini," kata wanita itu dengan gugup. "Begitu pula Donghae dan Nichkhun! Ketiga-tiganya lenyap!"

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...